Puluhan Roket Produksi Indonesia Berhasil Diujicobakan

on Thursday, March 29, 2012

28 Maret 2012


Roket R-Han 122 yang diujicoba telah dipasang di atas platform truk GAZ-63 (eks BM-14) dan truk Perkasa (all photos : Audrey)

Baturaja, Sumsel (ANTARA News) - Sebanyak 50 Roket R-Han 122 produksi Indonesia, berhasil diujicobakan dengan ditembakkan ke sasaran di udara, di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Rabu.

Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek, Budi Teguh Raharjo sempat menunjukkan contoh roket R-Han 122 itu, kepada Wakil Menteri Pertahanan, Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, sebelum melakukan uji coba roket tersebut.

Sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 diujicobakan sebagai hasil pengembangan konsorsium dari Kementerian Riset dan Teknologi dan komunitas iptek serta industri strategis, guna mendukung kemandirian roket 2014 bagi Kementerian Pertahanan.

Roket R-Han 122 memiliki kecepatan maksimum 1,8 mach dan jarak tembak hingga 15 km.



Selain Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, sejumlah pejabat Pemptov Sumsel dan Pemkab OKU, beberapa petinggi TNI, antara lain Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Nugroho Widyotomo dan Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal TNI Gatot Numantyo ikut pula saat menyaksikan uji coba roket R-Han 122.

Usai peluncuran, Wamenhan juga berkesempatan melakukan pengecekan pada mobil peluncur roket, untuk selanjutnya akan terus dikembangkan sebagai bagian program kemandirian penyediaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) nasional.

Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas Kemenristek, Anny Sulaswatty, Roket R-Han 122 itu merupakan produksi hasil kerja sama anak bangsa Indonesia, diwujudkan melalui penelitian bersama PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Dahana, didukung penuh Kemenristek.

Ujicoba dan demo penembakan Roket R-Han 122 itu menandai keberhasilan bangsa Indonesia untuk menuju kemandirian produksi roket nasional di masa depan.



View the Original article

Kementrian Pertahanan dan DPR Bahas Shopping List hingga 2014 yang Dibiayai Pinjaman

on Wednesday, March 28, 2012

28 Maret 2012

Marinir diusulkan untuk mendapatkan tambahan kendaraan 8x8 BTR-80A sebanyak 14 unit sehingga menjadi total 26 unit dan tank BMP-3F sebanyak 37 unit sehingga total menjadi 54 unit (photo : Kaskus Militer)

Ketua HLC dan Komisi I DPR Bahas Rencana Modernisasi Alutsista Melalui APP 2010-2014

Jakarta, DMC – Wakil Menteri Pertahanan dalam hal ini selaku Ketua High Level Comitte (HLC), Sjafrie Sjamsoeddin, bersama anggota Komisi I DPR RI, Senin (26/3) di Ged. DPR, Jakarta membahas rencana Modernisasi Alutsista dalam rangka kebutuhan TNI 2014 dengan menggunakan Alokasi Pinjaman Pemerintah (APP) atau Pinjaman Luar Negeri (PLN).


Ketua HLC pada kesempatan Raker tersebut mengatakan hingga tahun 2014 didalam proyeksi Minimum Esential Force khususnya modernisasi untuk Alutsista bergerak, Kemhan dan TNI ingin melengkapi postur kekuatan pertahanan di setiap Angkatan.


Sehubungan dengan hal tersebut, Kemhan juga memiliki rencana kebutuhan belanja (shopping list) alutsista bergerak prioritas hingga tahun 2014 akan mempergunakan pinjaman pemerintah dari luar negeri.


Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan, untuk Mabes TNI hingga 2014 memerlukan kendaraan taktis dan kendaraan angkut amunisi 5 ton dengan jumlah besar yang menurut jumlah pagu mencapai 110 juta Dolar.


Sementara untuk Angkatan Darat, terdapat empat prioritas yang ingin dicapai, diantaranya Helikopter serang dan serbu termasuk persenjataan sebanyak 24 Unit, kendaraan tempur Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 sebanyak 44 Unit, ME Armed 155 Howitzer, Rudal MLRS dan Rudal Arhanud.


TNI AL mengusulkan untuk membeli tiga kapal multi-role light frigates ex Nakhoda Ragam class (photo : Deadmans Handle)

Sedangkan untuk proyeksi kebutuhan modernisasi Alutsista untuk Angkatan Laut, Kapal Pemukul dengan jenis Klas Korvet, Kapal Pendukung, pesawat Udara jenis CN-235 MPA dan Helikopter AKS, Tank Amfibi BMP-3F serta Panser Ambfibi BTR 80 A. untuk penawaran baru yakni 3 kapal Selam dan 2 Unit PKR namun bisa dikirim setelah tahun 2014 dan 3 unit Fregat (MRLF) namun juga masih dalam proses pengusulan anggaran.


Untuk Angkatan Udara, Shoping list ini tertuju kepada pengadaan SU-30 MK2 dan dukungannya, pengadaan pesawat angkut CN-295 sebagai pengganti pesawat F-27. Ditambah lagi pengadaan Helikopter Full Combat SAR Mission, pengadaan pesawat latih sebagai pengganti AS-202 & T-34C. Totalitas pagu yang di butuhkan untuk bisa memenuhi kebutuhan khusus untuk alutsista bergerak pioritas mencapai 3,741 juta Dollar.


Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, pada akhir raker itu mengatakan, Komisi I DPR RI mendukung daftar pengadaan Alutsista TNI TA. 2010-2014 yang sumber pembiayaannya di alokasikan dari Alokasi Pinjaman Pemerintah (APP) Kemhan/TNI TA. 2010-2014.


Namun demikian Komisi I DPR RI memberikan beberapa saran, antara lain agar dapat mengupayakan dilakukannya amandemen terhadap daftar State Loan Agreement Tahun 2007 antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Federasi Rusia, sehingga pengadaan 6 unit Sukhoi Su-30 MK2 dapat menggunakan skema pembiayaan State Credit.


Memperhitungkan dengan cermat kondisi dan spesifikasi, dislokasi serta proyeksi biaya pemeliharaan dan perawatan dalam pengadaan MBT Leopard 2A6. Memperhatikan dengan serius dampak penggunaan pesawat intai tanpa awak (UAV) terhadap kerahasiaan pertahanan dan keamanan RI. Memastikan kelayakan pembelian 3 unit kapal perang kelas Fregat (MRLF) oleh TNI AL.


Dikatakan Mahfudz Siddiq, Komisi I DPR RI mendesak Kemhan/TNI untuk terus melakukan pembenahan terhadap sistem adminstrasi dalam pengadaan Alutsista TNI. Menurut dirinya Komisi I DPR RI akan menyelesaikan pembahasan terkait permohonan pencabutan dana bertanda bintang untuk pengadaan barang/jasa melalui PHLN/KE, sebelum penutupan Masa Persidangan III Tahun Sidang 2011 – 2012.


Forum Raker pembahasan tentang rencana modernisasi alutsista ini juga dihadiri oleh Para Kepala Staf Angkatan, Sekjen Kemhan dan sejumlah pejabat di jajaran Kemhan dan TNI. (MAW/SR).


(DMC)


View the Original article

Industri Pertahanan Nasional Bersiap Diri dengan Percepatan Modernisasi TNI

on

26 Maret 2012

Rancangan kapal cepat FPB-40 (photo : Defense Studies)

Rencana pemerintah untuk mempercepat modernisasi TNI disambut baik oleh kalangan industri pertahanan di tanah air. Dalam pameran APSDEX 2012 yang menyertai penyelenggaraan JIDD beberapa produk baru bermunculan sebagai bentuk pengembangan teknologi yang terus dilakukan oleh kalangan industri pertahanan Indonesia.

Riset & Pengembangan


Materi pameran dari sisi riset dan pengembangan banyak didominasi oleh karya dari BalitbangKemhan dan Dislitbang dari Ketiga Angkatan dan Polri yang menampilkan produknya, ataupun miniatur produknya.


Produk baru yang ditampilkan untuk matra darat diantaranya adalah Senjata Lawan Tank dengan nama SLT Latih 64mm dan dengan kaliber yang lebih besar yaitu 90mm. Demikian juga roket pertahanan 2 tingkat “Kartika” yang mampu menjangkau sasaran darat hingga 21 km dan kecepatan hingga 2-3 mach.

Untuk matra udara kali ini ditampilkan miniatur pesawat kerjasama Indonesia-Korsel KFX/IFX, juga UAV “Alap-Alap” yang telah diuji coba beberapa kali, termasuk diantaranya dengan pemakaian jaring untuk menghentikannya. Ciri khas UAV ini adalah ekornya yang berbentuk huruf V terbalik.

Untuk matra laut ditampilkan miniatur kapal FPB-40 yang dilengkapi dengan dua set rudal anti kapal dan satu sea-rider. Kapal ini menganut desain compact sehingga terlihat seperti jejalan senjata termuat di atasnya. Prototipe rudal permukaan ke udara juga ditampilkan, rudal berkecepatan 0,8 mach dengan seeker dari gimbal image processing ini untuk digunakan di atas kapal.

Matra Darat


Pindad kali ini menampilkan varian terbaru dari senapan SS2 yaitu SS2V5A1 yang diperuntukkan bagi satuan Brimob Polri. Pada varian ini handgrip senapan digantikan dengan lensa bidik.


Untuk kendaraan taktis kali ini Pindad memperkenalkan kendaraan berpenggerak 4x4 dengan nama Komodo dan dibuat dalam 2 versi : panser dan kendaraan pendobrak. Wujud asli kendaraan belum dibawa namun pengunjung dapat melihat foto dan brosur kendaraan tersebut.

Mengenai program pembuatan tank nasional, Pindad saat ini telah menyelesaikan prototipe tank ringan. Dalam triwulan kedua tahun 2012 perusahaan ini juga akan mulai mengembangkan prototipe tank medium, tank ini akan mempunyai berat sekitar 28-30 ton. Pada beberapa kesempatan TNI AD mengemukakan bahwa satuan kavaleri TNI AD membutuhkan 53 tank berukuran medium disamping MBT dan panser kanon.

PT Pindad juga menyatakan kesiapannya jika TNI AD jadi membeli tank Leopard 2 dan kemudian akan diupgrade menjadi tipe Leopard 2A6, seperti halnya ketika Angkatan Darat Singapore membeli Leopard 2A4 kemudian upgrade-nya dilakukan oleh ST Kinetics.

Matra Udara


Di anjungan PT Dirgantara Indonesia, Defense Studies sempat berbincang dengan Direktur Aerostructure Andi Alisjahbana mengenai CN-235MP, CN-235MPA, dan B737MR.

Tiga pesawat patroli maritim pesanan TNI AL dengan jenis CN-235MP dikembangkan berdasarkan pengalaman PT DI dalam memodifikasi pesawat CN-235 Angkatan Laut Turki menjadi versi anti kapal selam (ASW role) dikenal sebagai Meltem Project. Dengan konsep tersebut maka posisi radar tidak lagi ditempatkan di hidung (seperti CN-235MPA) namun akan diletakkan di perut (seperti CN-235 Korea Coast Guard). Sayap pesawat akan dilengkapi dengan 4 hardpoint untuk membawa torpedo ukuran medium dan atau rudal.

CN-235MPA untuk TNI-AU yang saat ini masih satu buah, akan segera diikuti dengan pesanan lagi sebanyak 2 unit sehingga menjadi genap 3 unit seperti pesanan awal. Rencananya TNI AU akan menjadikannya sebagai skadron intai taktis yang akan ditempatkan di Selat Malaka.


Mengenai rencana upgrade 3 pesawat intai B737MR milik TNI AU, Direktur PT DI ini mengatakan bahwa kondisi pesawat Boeing 737 tersebut masih bagus, namun PT DI siap untuk dilibatkan dalam rencana upgrade radar SLAMMR buatan Motorola tersebut. PT DI pun telah mempunyai konsep jika TNI AU berkehendak mengganti radar tersebut, tipe radar yang akan diajukan adalah radar non putar untuk menghindari adanya hambatan mekanis.

Matra Laut


Policy pemerintah untuk membagi pekerjaan pembuatan kapal perang TNI AL kepada 3 galangan utama dapat dipahami oleh PT PAL. Saat ini PT Palindo di Batam mengerjakan Kapal Cepat Rudal 40m (KCR-40), PT DKB di Jakarta selain menyelesaikan satu LCU untuk TNI Angkatan Darat juga akan mengerjakan kapal LST 117m dan Replenishment Oiler Ship (kapal BCM) untuk TNI AL.


PT PAL saat ini kebagian pekerjaan pembuatan Kapal Cepat Rudal KCR-60, upgrade Combat Management Systems SEWACO kapal kombatan milik TNI AL, dan saat ini PT PAL masih menunggu keputusan pemerintah mengenai pembangunan fregat PKR-105, dimana perundingan ToT dengan Damen Schelde dirasakan alot dan memakan waktu lama.


Pada sisi yang lain PT PAL juga menunggu keputusan Filipina atas tender pengadaan LPD untuk Angkatan Laut negara itu , PT PAL bersaing dengan Korea dan mengajukan konsep Strategic Sealift Vessel berdasarkan pengalamannya membangun KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh.

(Defense Studies)



View the Original article

UAV Pesanan Kemhan Berteknologi Israel dengan Mesin dari Italia

on

26 Maret 2012


Perusahaan Kital asal Filipina memenangkan tender UAV oleh Kemhan RI mengalahkan 5 kontestan lainnya dari Indonesia, Belanda, Ceko, Hongaria, dan Irkut-Russia (photo : mondoweiss)

RI akan beli pesawat tanpa awak teknologi Israel

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan berencana membeli empat pesawat tanpa awak dari Filipina.

Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsuddin dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin, pesawat tanpa awak yang akan dibeli dari Filipina itu menggunakan teknologi dari Israel.

Sejauh ini, rencana pembelian pesawat tanpa awak itu masih menunggu persetujuan DPR.

"Yang paling spesifik dalam masalah pembelian 4 pesawat tanpa awak ini sebesar 16 juta dolar Amerika Serikat, apabila disetujui oleh DPR sehingga kontraknya efektif, maka pesawat itu akan diterima dalam waktu 18 bulan setelah kontrak," kata Sjafrie.

Ia menjelaskan, pesawat tanpa awak ini mampu terbang dengan radiusnya 200-400 kilometer. Pesawat tanpa awak ini juga, kata dia, dapat dioperasikan manual dengan daya jelajah terbang selama 20 jam.

Ia menambahkan, produk Filiphina ini dibuat oleh Kital Philippine Corporation (KPC). Mereka mengkombinasikan mesin dari Italia, infrastruktur dari Filipina dan teknologi dari Israel.

"Kami membeli teknologi. Ini yang perlu bapak-bapak ketahui bahwa kita tidak membeli ke Israel tetapi membeli teknologi sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam sistem yang ada di pesawat tersebut. Kami berhubungan ke perusahaan asal Filipina, Kital Philippine Corporation (KPC) itu. Dan kami tidak berhubungan dengan Israel," jelasnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR dari Partai Gerindra Ahmad Muzani meminta rencana pembelian pesawat tanpa awak tersebut dibatalkan sebab Indonesia sudah bisa mempunyai produk serupa bahkan dibeli negara tetangga seperti Malaysia.

Ketika menjawab Muzani, Sjafrie menerangkan produk Indonesia belum memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Misalnya soal radius terbang yang 200 kilometer, tidak bisa digunakan secara otomatis serta soal kamera. Ia meminta agar Indonesia tetap membeli empat pesawat tanpa awak teknologi Israel itu.




View the Original article

Super Cobra Akan Jaga Perbatasan RI-Malaysia

on Tuesday, March 27, 2012

Balikpapan (ANTARA News) - Selain akan dijaga dengan tank-tank Leopard 2A6, perbatasan Indonesia-Malaysia juga bakal dilengkapi satu skuadron heli tempur Bell AH-1W Super Cobra, kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti.

"Kami akan tempatkan di Berau dan Nunukan," ujarnya di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.

Saat ini Kodam VI Mulawarman sedang menyiapkan basis bagi skuadron heli tersebut. "Kami gunakan anggaran antara Rp17 miliar hingga Rp19 miliar untuk persiapan pangkalan skuadron heli tempur tersebut," katanya.

Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, Amerika Serikat (AS), dan pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam. Persenjataannya senapan mesin Gatling 20 mm, roket Hydra, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.

"Super Cobra ini adalah pilihan utama. Namun demikian, kami punya pilihan lain yang lebih bersahabat dengan keuangan, yaitu heli serbaguna Agusta Westland," ujar mantan Asisten Perencanaan (Asrena) Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) tersebut.

Heli tempur buatan Bell itu senilai sekira 11,3 juta dolar AS (setara Rp96 miliar) per unit. Untuk komplet satu skuadron dengan 16 pesawat, maka pemerintah RI menyediakan tidak kurang dari Rp1,53 triliun. Harga tersebut belum termasuk persenjataannya.

Super Cobra berkemampuan jelajah hingga 510 km pada kecepatan maksimum 277 km per jam, kecepatan menanjak 8,2 meter per detik, dan bisa mengambang di udara pada ketinggian 3.720 meter.

Dengan berpangkalan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, maka SuperCobra hanya perlu beberapa menit untuk sampai di perbatasan dan menyelesaikan misinya.

Adapun helikopter Agusta Westland nilainya lebih murah. Heli tempur Agusta Westland AW 109LUH harganya 9 juta dolar AS (setara Rp76,5 miliar) per unit, atau total Rp1,22 triliun untuk satu skuadron.

Selanjutnya, Kodam Mulawarman akan dilengkapi tiga batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan anti tank yang dapat membidik tank dari jarak 6 km, serta sistem peluncur roket serentak (multiple launch rocket system/MLRS) Astros II buatan Brazil.

"Dengan amunisi roket aslinya, jarak tembaknya bisa mencapai 300 km, atau 70 km dengan amunisi roket lain," jelas Subekti.

Bersama satuan tank Leopard, maka seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai 2012. Menurut dia, akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, terutama yang berbatasan langsung di Kalimantan.

"Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi, setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser," demikian Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subekti. (T.KR-NVA)



View the Original article

Tiga Perusahaan Nasional Siap Pasok Radar Pertahanan Udara dengan ToT

on Monday, March 26, 2012

26 Maret 2012

Radar Northrop Grumman AN/TPS-78 (photo : Northrop Grumman)

Bertempat di Jakarta Convention Center, pada tanggal 21-23 Maret 2012 digelar perhelatan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) yang diikuti dengan penyelenggaran pemeran Asia Pasific Security and Defense Expo (APSDEX 2012). Pameran ini lebih banyak menampilkan alutsista produksi dalam negeri, meskipun beberapa peserta ada juga yang berasal dari negara lain.

Defense Studies menyempatkan diri untuk berkunjung ke anjungan PT LEN, PT INTI, dan PT CMI dalam kesiapannya untuk mengikuti tender pengadaan radar pertahanan udara setelah Thales Raytheon Systems menyelesaikan pemasangan tiga radar pertahanan udara jenis Master-T di Merauke, Saumlaki dan Timika.

Berkenaan dengan rencana pemenuhan MEF hingga tahun 2024 dalam bentuk tersedianya 32 instalasi radar yang dapat mengcover seluruh wilayah Nusantara maka beberapa daerah direncanakan untuk dipasang radar antara lain Jayapura, Manokwari, Morotai, Poso, Singkawang, dan Tabulang. Tender terakhir yang dilaksanakan mensyaratkan radar pertahanan udara jarak jauh jenis 3D dengan jangkauan 400km.

PT. Inti dan Northrop Grumman

PT Inti rencananya akan menggandeng perusahaan asal AS NorthropGrumman, radar yang ditawarkan adalah AN/TPS-78 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari AN/TPS-70 yang telah menyandang predikat ‘combat proven’ dan digunakan di lebih dari 20 negara termasuk Thailand. Radar ini disebutkan mempunyai keunggulan dalam air mobility. Keseluruhan sistem dapat diangkut dalam satu pesawat C-130 Hercules dan dapat diinstall dalam 30 menit. Keunggulan lainnya adalah radar ini lebih tahan jamming.

AN/TPS-78 adalah radar 3D yang beroperasi dalam frekuensi S-band (2-4 GHz) dan disebutkan mempunyai jangkauan 240 nautical miles (455km).

Kerjasama PT Inti dan Northrop Grumman akan dideklarasikan pada bulan April 2012 di Bali. Melalui kesepakatan tersebut PT Inti akan mendapatkan porsi pekerjaan 40% sedangkan sisanya dikerjakan oleh Northrop Grumman.

Radar Lockheed Martin AN/TPS-77 (photo : Lockheed Martin)

PT CMI Teknologi dan Lockheed Martin

PT CMI Teknologi telah menandatangani kerjasama dengan Lockheed Martin pada bulan Maret 2012. Sesuai dengan kesepakatan tersebut maka terhadap produk radar AN/TPS-77 yang dipasarkan oleh Lockheed Martin maupun CM-77 yang dipasarkan oleh PT CMI semuanya mengandung komponen modul buatan CMI.

Radar AN/TPS-77 beroperasi dalam frekuensi L-band (1-2 GHz), mempunyai jangkauan 250 nautical miles (463 km) dan telah digunakan di 22 negara, tetangga terdekat yang menggunakannya adalah Australia dan Singapore . Keunggulan radar ini adalah mampu mendeteksi sasaran di bawah horizon hingga -6°. Jika radar ini dipasang di atas bukit maka mampu mendeteksi penerbangan pesawat atau helicopter yang terbang rendah mengikuti kontur lembah.

PT CMI Teknologi sebagai perusahaan mikrowave asal Bandung sebelumnya telah berhasil membuat microwave signal processor untuk pesawat F-5 dan F-16 yang digunakan Indonesia ketika mengalami embargo. Kualitas produk yang dihasilkannya dinilai baik oleh Lockheed Martin sehingga memilihnya sebagai mitra untuk bekerja sama.

Radar Thales Raytheon Systems Groundmaster 400 (photo : Thales Raystehon Systems)

PT Len Industri dan Thales Raytheon Systems (TRS)

Thales Raytheon Systems baru saja menyelesaikan pemasangan 3 radar pertahanan udara jarak jauh jenis Master-T untuk Indonesia Bagian Timur. Dalam website resmi Thales Raytheon disebutkan bahwa TRS dan PT Len Industri telah sepakat untuk bekerjasama dalam pengadaan radar berikutnya bagi TNI, dan hal ini dibenarkan oleh anjungan PT Len Industri dalam pameran ini.


Mengenai jenis radar yang akan diajukan, pihak PT Len Industri mengatakan bahwa radar Master-T tetap akan diajukan, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan radar seri lain yaitu Ground Master 400 (GM-400). Radar GM-400 ini telah dipesan juga oleh Angkatan Udara Malaysia.

Sama seperti radar Master-T, radar GM-400 beroperasi pada frekuensi S-band (2-4 GHz) dengan jangkauan 470 km. Disain radar GM-400 tergolong unik karena radar head dan cabin-nya digabung, meskipun hal ini akan membuat ukuran cabin menjadi kecil namun menjadikannya sebagai radar yang kompak.


Dari kerjasama PT Len dan TRS ini maka PT Len akan mendapatkan porsi 40% dalam muatan lokal jika duet ini memenangkan tender.

(Defense Studies)



View the Original article

Exercise Helang Laut 13B/12 Initiated

on Wednesday, March 21, 2012

20 Maret 2012


‘HELANG LAUT 13B/12’ will be held in five days from 19 to 23 March 2012. (photo : Brunei MoD)

MUARA - The Royal Brunei Navy (RBN) and Tentera Nasional Indonesia - Angkatan Laut (TNI-AL) commenced their five days bilateral naval exercise codenamed ‘HELANG LAUT 13B/12’ in Brunei Darussalam commencing from 19 to 23 March 2012. The exercise is the thirteenth series conducted annually between the two navies and this year is hosted by the RBN.


The aim of the exercise is to strengthen the relationship and enhance mutual co-operation and understanding through the development of common operational doctrines, procedures and tactics.

The exercise is also aimed to provide personnel from both navies with the experience of working together. Some of the main exercises to be conducted will be Night Encounter Exercises, Surface Firing, Maritime Interdiction Training as well as sports interactions.


Two RBN ships are participating in the exercise namely KDB SYAFAAT and KDB AFIAT.

Meanwhile, two TNI-AL ships taking part in the exercise are KRI BARAKUDA and KRI LEMADANG. In addition to this year’s exercise, diving teams from both navies will also be participating. The TNI-AL ships will berth at Muara Naval Base during the period of exercise.

The opening ceremony of the exercise was officiated today by First Admiral Dato Seri Pahlawan Haji Abdul Halim bin Haji Mohd Hanifah, Commander of Royal Brunei Navy. TNI-AL senior officer in attendance at the ceremony was Commodore Pranyoto S.Pi., Commander West Sea Security Task Force.




View the Original article

KRI Singa Dipasang ESM di Fasharkan

on Saturday, March 17, 2012

16 Maret 2012

KRI Singa 651 adalah kapal tipe FPB-57 dan berfungsi sebagai kapal cepat torpedo (all photos : TNI AL)Fasharkan Dukung KRI Siap Operasi

Untuk menyiapkan unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) agar siap beroperasi, tidak hanya dilakukan oleh para awak kapal, namun juga melibatkan berbagai pihak. Salah satunya adalah Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Surabaya. Fasharkan Surabaya memilki peranan penting dalam mendukung penyiapan unsur KRI yang berada di jajaran Koarmatim agar siap melaksanakan operasi setiap saat.

Sebagai komponen tak terpisahkan, Fasharkan memiliki beberapa bengkel dalam memberikan dukungannya terhadap KRI. Bengkel tersebut adalah bengkel Bangunan Kapal (Bengbakap), Bengkel Mesin (Bengsin), Bengkel Senjata (Bengsen), Bengkel Elektronika (Benglek) dan Bengkel Listrik (Benglis). Masing-masing bengkel memilki personel dengan kemampuan khusus sesuai bidangnya. Untuk mendukung kerja para teknisi, bengkel yang ada di Fasharkan dilengkapi sarana dan peralatan yang memadai.


Banyaknya KRI dijajaran Koarmatim yang harus siap setiap saat, membuat personel Fasharkan dituntut bekerja ekstra keras. Bahkan tidak jarang dari mereka harus melaksanakan tugasnya sampai habis kerja. Hal itu beberapa kali pernah dilaksanakan ketika menyiapkan sebuah KRI yang mendapat tugas khusus secara mendadak, seperti pencarian korban Search And Rescue (SAR) kapal tenggelam, bencana alam dan sebagainya.


Salah satu tugas yang dilakukan personel bengkel di Fasharkan adalah pemasangan pesawat elektronika jenis Electronic Support Measure (ESM), diatas tiang gavel KRI Singa-651. Kapal perang tersebut sedang bersandar di Dermaga Semenanjung PT. PAL Indonesia untuk melaksanakan perbaikan. Pemasangan alat tersebut dilakukan oleh personel Benglek Fasharkan Surabaya bekerja sama dengan para awak KRI.
Letak posisi alat perusak frekuensi radar musuh ESM itu berada di ujung tiang paling tinggi. Untuk mencapai ujung tiang tersebut ahli elektro itu harus memanjatnya. Sedangkan peralatan tersebut bobotnya lumayan berat, sehingga para ahli elektronika itu menggunakan bantuan sebuah crane milik Fasharkan.


Rutinitas kerja personel Fasharkan telah terjadwal dengan baik sehingga target yang dicapai dapat berhasil dengan maksimal. Sebelum berangkat menuju kapal yang akan diperbaiki, mereka telah menyiapkan beberapa peralatan pendukung kerja dan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu kerja dan helm. Dalam menunaikan tugasnya, para personel Fasharkan memilki prinsip dasar yaitu kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas. Tiga prinsip dasar tersebut membuat pekerjaan yang mereka lakukan mendapat hasil yang maksimal.

(Armatim)



View the Original article

TNI AL Terus Revitalisasi Alutsista

on

16 Maret 2012


Kapal perusak kawal rudal PKR-105 (photo : Defense Studies)

JAKARTA- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut terus melakukan revitalisasi pada alat utama sistem senjata untuk menjaga wilayah laut dari segala ancaman karena peralatan yang ada sudah berusia di atas 30 tahun yang fungsinya mulai berkurang.

"Secara kuantitas, alutsista TNI sebenarnya sudah mencapai kekuatan pokok minimal (minimum essential forces/MEF). Namun, karena usianya yang sudah tua, fungsi alutsista TNI AL masih jauh dari MEF. Oleh karena itu, saat ini kita sedang gencar mendatangkan alutsista baru," kata Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno di Monumen KRI Harimau, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat.

Kasal Laksamana Soeparno mengatakan, selain menambah alutsista baru, strategi TNI AL ke depan adalah memelihara semua alutsista yang ada, merevitalisasi kemampuan alutsista yang sudah lama, merelokasi alih fungsi sesuai kebutuhan alutsista dan menghapus alutsista yang sudah tua.

"Prioritas pengadaan alutsista kami adalah produk dalam negeri," ujarnya.

Kekuatan alutsista TNI AL sendiri saat ini terdiri atas kapal perang sebanyak 151 unit, pesawat sebanyak 54 unit, dan kendaraan tempur sebanyak 339 unit.

Sementara alutsista yang saat ini sedang dipesan adalah tiga kapal selam diesel elektrik buatan Korea Selatan. Pengadaan kapal selam ini diperkirakan akan selesai pada 2015 dan 2016.

"TNI AL juga akan memesan kapal selam dari PT PAL," katanya.

Selain itu, lanjut Soeparno, TNI AL juga akan membeli empat kapal perusak kawal rudal dari PT PAL. Pesanan dari industri dalam negeri berikutnya adalah 16 kapal cepat rudal (KCR) dengan panjang 40 meter dan empat unit kapal cepat rudal Trimaran.

"KCR 40 meter diperkirakan akan selesai akhir 2014," ujarnya.

TNI AL juga telah memesan 15 kapal cepat rudal dengan panjang 60 meter, dua kapal survei, kapal latih pengganti KRI Dewaruci yang diharapkan tiba sebelum 5 Oktober 2014 dan 12 kapal angkut tank (LST).

Tak hanya itu, TNI AL juga memesan 11 helikopter antikapal selam, enam helikopter antikapal permukaan, helikopter angkut dan 54 tank amfibi.

Bahkan, TNI AL juga akan mendapat hibah kendaraan angkut personil (Armor Personel Carrier/APC) 10 unit dari Korea Selatan.

"Kita berharap ada tambahan hibah sebanyak 25 unit," katanya seraya menambahkan TNI AL juga akan mengajukan pengadaan tiga kapal "multi role light frigates" dari Inggris. (ant/hrb)




View the Original article

Hawk Mempunyai Skema Warna Baru

on Friday, March 16, 2012

15 Maret 2012


Skema warna baru pada Hawk 200 (photo : skyscrapercity)

Elang Khatulistiwa Ganti Kulit

Kurang lebih 13 tahun lamanya Skadron Udara 1 Lanud Supadio sudah memperkuat pengamanan kawasan di Indonesia bagian barat. Keberadaannya di bumi Khatulistiwa sangat dibutuhkan maklum saja Kalimantan Barat dan kawasan seputar Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah kawasan yang berhadapan langsung dengan corong laut China Selatan. Sehingga tidak mengherankan kedatangan Elang Khatulistiwa di Bumi Khatulistiwa ini disambut sangat meriah dan antusias dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat.

Diawal kedatangannya pesawat tempur taktis ini bercorak loreng coklat namun sejalan dengan waktu dan kebutuhan maka warna atau kulit si Elang Khatulistiwa ini akan diubah menjadi loreng abu-abu. Menurut Danflight Har Skadud 1 Kapten Tek Surat, S.T, perubahan warna ini berdasarkan Petunjuk Teknik Udara (PTU) No. 126 perbaikan Ke IV tahun 2011 tentang Standarisasi Pola dan Warna pengecetan pesawat TNI AU.

“Untuk tahap awal pengecatan dilakukan terhadap 3 pesawat yaitu pesawat TT 0223, TT 0224 dan TT 0234. Sekarang ini pesawat TT 0223 dan pesawat TT 0234 sudah dilaksanakan pengecetan dan masuk tahap finishing. Sedangkan pesawat TT 0224 baru tahap pengaplasan atau penghilangan cat asli”, jelas Danflight Har.

Ia menambahkan untuk proses dari awal hingga selesai pengecatan pesawat dilaksanakan oleh anggota Banharlap Depohar 30. Untuk satu pesawat memakan waktu lebih kurang 10 hari dan rencananya ketiga pesawat ini akan ditampilkan pada acara puncak HUT Ke-66 TNI Angkatan Udara tanggal 9 April mendatang di Jakarta.




View the Original article

Dankormar Terima Paparan Ranfib KAAVP7A1

on Tuesday, March 13, 2012

12 Maret 2012


Samsung Techwin KAAVC7A1 versi komando (photo : Chosun)

Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin didampingi Kepala Staf Korps Marinir (Kas Kormar) Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington menerima paparan teknis tentang kendaraan amfibi pengangkut personel (Korea Amphibious Assault Vehicle-KAAV) versi personel (KAAVP7A1) dan Komando (KAAVC7A1) di Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar), Jakarta, Senin (12/3).

KAAV yang merupakan produk Samsung Techwin (STW), Defense Program Division tersebut merupakan versi terbaru dari kendaraan amfibi pengangkut personel AAV-7/ LVT-7 yang telah dimiliki Korps Marinir. Kendaraan Amfibi ini dirancang untuk memenuhi persyaratan taktis Korps Marinir dalam peperangan abad 21. Sejak diperkenalkan, KAAV telah mengalami serangkaian modifikasi dan program upgrade yang mendapatkan reputasi sebagai kendaraan serbu amfibi terbaik di dunia.


Samsung Techwin KAAVP7A1 versi angkut personil (photo : RoKMC)

KAAVP7A1 memiliki beberapa kelebihan antara lain daya tembak efektif dengan proteksi lapis baja, komando, kontrol, dan kemampuan angkut pasukan dan kargo dari kapal ke pantai. Selain itu, kendaraan ini memiliki kemampuan untuk menaklukan pantai sulit dan medan kasar.

Turut hadir dalam acara tersebut, Inspektur Korps Marinir (Irkormar), sejumlah Asisten dan Kadis Korps Marinir, serta Danmenkav-2 Marinir dengan didampingi Danyon Tankfib-2 Marinir, Danyon Ranratfib-2 Marinir dan Danyon Kapa-2 Marinir.


Samsung Techwin KAAV7 (image : Samsung Techwin)

Presentasi yang diprakarsai PT Mitra Jala Dharma tersebut diakhiri dengan pemberian cindera mata dan acara foto bersama.



View the Original article

Army Considers German Tank Offer May be Best Option

on Monday, March 12, 2012

09 Maret 2012

Germany's Leopard MBT (photo : Militaryphotos)

The Indonesian Army revealed on Thursday that Germany’s offer of the Leopard 2A6 main battle tanks (MBTs) was much more interesting than those offered by the Netherlands.

“Germany’s offer is more promising in terms of filling in the gap. Besides, the Netherlands still has problem with its parliament [in terms of the deal],” Indonesian Military (TNI) chief of staff Gen. Pramono Edhie Wibowo said as quoted by Antara news agency on Thursday.

He said Germany not only offered the transfer-of-technology but also the possibility of joint production in which state-owned arms manufacturers PT Pindad could make some parts for the 60-ton tank.

The Germans, he said, even challenged the readiness of domestic defense industries because good preparation was needed to maintain high-technology systems and it took long time to master them.

“We cannot produce it [the MBT] in three years. The technology isn’t simple,” he said, admitting that the service would also buy the MBTs from Germany.

The Indonesian Army said it needed to modernize its weapons systems with MBTs because it only had light tanks such as the British-made Scorpion and French-made AMX13, which weighed 8 and 14 tons respectively.

Initially, Indonesia planned to buy German-made MBTs at a discounted price as the Dutch government was implementing harsh defense budget cutbacks that included disbanding its armored divisions in the wake of the economic downturn in Europe.

The plan was to buy 50 units of the 2A4 and another 50 units of the 2A6 variants of the MBT at a total price of US$280 including the cost of upgrading the A4 variant to the A6 standard.

Russian MBT T-90 (photo : Militaryphotos)

The plan, however, is reportedly on the brink of collapsing due to the Dutch parliament’s indecisive stance on the issue. The GreenLeft minority political party in the Dutch parliament voiced its concerns over selling the MBTs to Indonesia, claiming that there was a possibility of the MBTs being used to suppress human rights in Indonesia.

On Tuesday, Defense Deputy Minister Sjafrie Sjamsoeddin said the ministry had given the Dutch until the end of March to decide whether or not to sell its surplus Leopard MBTs, after which Indonesia would look for other sources.

Besides the Dutch and the German governments, Russia reportedly has offered its T90 tank to the Indonesian government, which already earmarked Rp 150 trillion (US$16.41 billion) until 2014 for modernizing its weaponry to meet the so-called minimum essential force (MEF). (sat/nvn)

(The Jakarta Post)



View the Original article

PT DI Delivers Last CN-235 to Korea Coast Guard

on

09 Maret 2012


CN-235 Korea Coast Guard (photo : Taegu Lee)

State-owned aircraft maker PT Dirgantara Indonesia (DI) dispatched on Friday the fourth CN-235 maritime patrol aircraft for the Korean Coast Guard (KCG) from its plant at the Husein Sastranegara International Airport in Bandung.

The aircraft is making a ferry flight from Bandung to Kimpo Airport in Seoul after a ceremony attended by, among others, Defense Deputy Minister Lt. Gen. Sjafrie Sjamsoeddin, Industry Deputy Minister Alex Retraubun and South Korean Ambassador to Jakarta Kim Young-sun.

Sjafrie said the delivery proved that Indonesian defense production, especially aircraft, had been accepted at a regional level and was preparing to gain acceptance at an international level.

“The airplane delivery is part of mutual-benefit cooperation between the two countries. We expect this reciprocal relationship to keep improving,” he said in his speech.

Meanwhile, Kim told the attendees that he was pleased and grateful that PT DI had finally delivered the fourth and last CN-235 for the KCG.

“It is particularly encouraging to know that the defense-industry cooperation has grown steadily and expanded considerably in recent years. I believe our defense-industry cooperation is characterized by mutual benefit based on mutual trust through win-win cooperation,” he said.

The ambassador pointed out that Indonesia had ordered a number of South Korean-made aircraft such as the KT-1 Wong Bee trainer and T-50 advanced jet trainer.

Indonesia has also signed a contract to buy three submarines from South Korea and both countries are currently developing a new jet fighter codenamed KFX/IFX.

PT DI president director Budi Santoso said the last aircraft should have been delivered in December 2011 but there was a technical problem with the radar delivery.

“The radar was ordered by the Koreans and the delivery was late. So it was not our fault and no penalties were imposed,” he told reporters on the sidelines of the ceremony.

Budi said the company received non-cash assistance of US$100 million from state lender Bank BNI. A loan of similar value had been secured from another state lender Bank BRI to work on nine C-295 medium transport airplanes procured by the Defense Ministry.

The C-295 is a larger derivative, developed by Spain, of the CN-235 which is jointly designed and jointly produced by both Spain and Indonesia.

Sjafrie expected two C-295s could be delivered before October this year.

PT DI aircraft integration director Budiman Saleh said the contract for the four aircraft was signed in December 2008 in Seoul. The first two aircraft were delivered in 2011 on March 7 and 13 respectively while the third aircraft was delivered on Dec. 23.

He said the aircraft was designed for maritime surveillance and SAR missions, being equipped with various features and instruments such as search radar, forward looking infra red (FLIR), IFF interrogator, tactical navigation, tactical computer system, camera and bubble windows.

Budiman and 10 technicians are on board the airplane during the ferry flight to demonstrate PT DI’s commitment to its customers. Capt. Adi Budi Atmoko is the pilot with Capt. Esther Gayatri Saleh as co-pilot.

Esther said the aircraft would first fly to Tarakan in East Kalimantan in a five-hour flight and rest overnight (RON) there. From Tarakan, the airplane will fly for about four hours to Clark Base in the Philippines for refueling before continuing the journey to Taipei in a three-and-a-half hour flight.

After another RON in Taipei, the aircraft is expected to arrive in Gimpo airport in Seoul on Sunday after flying for about four hours from Taipei.

South Korea is a potential market for PT DI as the Republic of Korea Air Force (ROKAF) currently operates six CN-235s for transport missions and two airplanes for VVIP transport. ROKAF also operates 12 CN-235s made in Spain. PT DI spokesman Sonny Saleh Ibrahim told The Jakarta Post that South Korea still had an option for another eight CN-235s.

“We will start negotiations in 2013 to convert this option into a firm order,” he said, adding that the option was for both the KCG and ROKAF.




View the Original article

TNI-AU Pertimbangkan F-5 Tiger Taiwan

on Sunday, March 11, 2012

09 Maret 2012


F-5 Tiger Angkatan Udara Taiwan (photo : Scramble)

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan pihaknya mempertimbangkan hibah pesawat tempur F-5E/F Tiger dari Taiwan.

Taiwan merupakan satu sekutu Amerika Serikat. Negara kepulauan itu berhadapan langsung dengan China dan senantiasa mendapat kemudahan dalam pengadaan atau peremajaan arsenal dari Amerika Serikat.

"Ya...itu baik...akan kami pertimbangkan," katanya, usai memimpin serah terima jabatan Komandan Komando Pendidikan TNI-AU, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan Taiwan akan menghibahkan sekitar satu skadron F-5E/F. "Kira-kira jumlahnya satu skadron," ungkapnya. Satu skuadron udara berkekuatan antara 12 hingga 20 pesawat terbang, dilengkapi sejenis depo pemeliharaan dan persenjataan.

Sufaat mengemukakan usia pakai pesawat-pesawat F-5E/F Tiger II TNI-AU, yang saat ini tergabung dalam Skuadron Udara 14, akan diperpanjang hingga 2020.

"Saat ini rata-rata jam terbang pesawat-pesawat F-5 kita tersisa 4.000 dari 10.000 jam terbang yang dimiliki. Jika setahun 200 jam terbang, maka bisa sampai 2020," ujar Sufaat.

Pada kesempatan yang sama Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo, mengatakan semua F-5E/F Indonesia masih dapat berfungsi baik tidak perlu ditingkatkan."Jika fungsi-fungsinya masih dapat berjalan baik dan maksimal ...ya tidak perlu di-up grade...hemat biaya," katanya. (R018/)




View the Original article

Kadispen AU: Tidak Ada Rencana Akuisisi F-5 Taiwan

on

09 Februari 2012


F-5 Tiger Angkatan Udara Taiwan (photo : nen186)

itoday - Terkait adanya pemberitaan TNI AU tertarik dengan rencana Taiwan yang akan menghibahkan pesawat tempur F-5 E/F Tiger II, Kadispen TNI AU, Marsma TNI Azman Yunus membantah adanya rencana tersebut.

“Kita tidak ada program F-5 dari Taiwan,” jelas Azman Yunus melalui pesan singkat kepada itoday, Jum’at (9/3).

F-5 E/F Tiger II adalah pesawat tempur buatan Northrop Grumman, Amerika Serikat (AS), yang mulai dikembangkan sejak dekade 1960-an.

Pesawat tempur yang dikenal dengan sebutan “needle fighter” ini, termasuk pesawat sukses dalam hal penjualan dan performanya, walau AS sendiri tidak menggunakan F-5 di jajaran tempur utamanya.

Sebagai pesawat tempur interceptor/pencegat, F-5 E/F Tiger II mampu menggotong senjata seperti, dua meriam kaliber 20 mm Pontiac M39A2, berbagai jenis rudal seperti AIM-7 Sparrow, AIM-9 Sidewinder, AGM-65 Maverick dan AIM-120 AMRAAM. Dan persenjataan jenis bom, seperti, M129 Leaflet, bom Mk82, bom Mk84 dan bom cluster CBU-24/49/52/58.

Indonesia sendiri sudah menggunakan pesawat tempur ini sejak 1980, lewat program Foreign Military Sales (FMS), dan pernah mengalami peningkatan kemampuan di 1995, lewat program Modernize of Avionics Capabilities for Armament & Navigation (MACAN) oleh SABCA, Belgia.

Kini setelah berumur 22 tahun, TNI AU berencana kembali meningkatkan kemampuan pesawat tempur mungil ini, dengan menggandeng PT. Infoglobal Teknologi Semesta, dimana rencananya perusahaan asal Surabaya ini akan meningkatkan kemampuan avionik sang Macan TNI A, agar bisa bertugas hingga 2020.*




View the Original article

Korea Selatan akan Hibahkan 16 Pesawat Tempur F-5 Tiger kepada Indonesia

on

Kementrian Pertahanan dalam upaya percepatan pemenuhan MEF TNI telah merencanakan untuk menambah puluhan pesawat tempur baru hingga akhir tahun 2014. Termasuk diantaranya adalah hibah 16 pesawat tempur F-5 (1 skadron) bekas pakai dari Angkatan Udara Korea Selatan.

Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam keterangannya menjelaskan mengenai rencana Kementrian Pertahanan untuk melengkapi alutsista yang diperlukan oleh TNI Angkatan Udara khusunya jenis pesawat tempur pada Lokakarya 50 Tahun Kohanudnas bulan lalu di Jakarta.

“Kita akan push pada akhir tahun 2014 nanti kita akan ada tambahan paling sedikit 78 pesawat tempur : 6 Sukhoi, 24 F-16, kemudian T-50 satu skadron, dan karena kita mendapatkan T-50 1 skadron maka kita akan mendapatkan hibah juga dari Korea - memang akan ada tambahan lagi 1 skadron F-5 Tiger dari Korea karena kita membeli T-50 - dan tambah lagi 16 pesawat atau 1 skadron Super Tucano” kata Menhan.

Menhan Purnomo Yusgiantoro melanjutkan “Jadi kalo dihitung-hitung kita punya 3 skadron penuh light fighters, untuk counter insurgency adalah Super Tucano, kemudian 2 lagi adalah 1 F-5 Tiger dan 1 T-50. Kemudian tambahan 6 Sukhoi dan 24 F-16 yang kita akan upgrade jadi setara block 52.”

Mengenai rencana upgrade 24 pesawat F-16 hibah dari AS Menhan menambahkan “Saya katakan setara blok 52 karena ini permintaan dari DPR, kita tadinya akan upgrade/falcon up setara blok 32 tapi kemudian kita memenuhi permintaannya jadi setara blok 52”.

“Jadi kalau ditotal at the end of 2014 kita akan mempunyai tambahan 78 pesawat tempur baru” tambah Purnomo sambil menutup penjelasannya

(



View the Original article

Korps Marinir Segera Realisasikan Yonif-10 di Kepulauan Riau

on Thursday, March 8, 2012

08 Maret 2012


Prajurit Marinir TNI AL (photo : Kaskus Militer)

Surabaya - Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington menyampaikan rencana Korps Marinir untuk segera merealisasikan Batalyon Infantri-10 (Yonif-10) Marinir/Berdiri Sendiri (BS) di Kepulauan Riau (Kepri).

"Yonif-10 itu tugas utamanya untuk menghadapi perompakan di Selat Malaka. Setelah itu juga akan direalisasikan pembentukan Batalyon Infantri-11 (Yonif-11) Marinir di Sorong," katanya saat menghadiri olahraga bersama dengan Prajurit Marinir Wilayah Timur (Marwiltim) di Bhumi Marinir, Gunungsari, Surabaya, Selasa.

Dalam acara yang diprakarsai Komando Pendidikan Marinir (KODIKMAR) dan dimeriahkan dengan senam dan jalan sehat keliling ksatrian itu, Komandan Pasmar-1 menyampaikan pesan dari Komandan Korps Marinir bahwa Marinir itu besar dan yang mampu membesarkan Korps Marinir adalah prajurit Marinir.

"Sebaliknya justru prajurit Marinir pula yang mampu merongrong dan mengerdilkan Korps Marinir itu sendiri melalui perbuatan-perbutan yang tidak terpuji, namun saya jamin Kasgartap III Surabaya sebagai penegak disiplin dan prajurit Marwiltim berkomitmen untuk mengurangi pelanggaran," katanya.

Dalam olahraga bersama yang juga dihadiri Kasgartap III Surabaya Brigjen TNI (Mar) Chaidir Pantonnory, Wadan Lantamal V Surabaya Kolonel Marinir I Ketut Suardana, dan Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Saud Tambatua itu, Komandan Pasmar-1 juga menyampaikan pesan dari Komandan Korps Marinir.

"Jaga Korps Marinir, jaga kebesaran nama Korps Marinir dan jaga citra nama baik Korps Marinir. Hanya kitalah prajurit-prajurit Marinir yang mampu membesarkan nama Korps Marinir," katanya.

Setelah sambutan selesai, ia menyerahkan hadiah kepada Atlet Bisam Marwiltim ke-10/2012 yang mendapatkan medali emas, perak dan perunggu di Brunei Darussalam dan "doorprize" oleh Komandan Pasmar-1.




View the Original article

The Dutch Told to Decide on Leopard Sale by End of March

on

07 Maret 2012

Dutch's Leopard MBT (photo : Militaryphotos)

Indonesia has given the Netherlands a deadline to decide whether or not to sell its surplus Leopard main battle tanks (MBTs) after which Indonesia will look for other sources, a top defense official said Tuesday.

Defense Deputy Minister Sjafrie Sjamsoeddin said the ministry had given the Dutch until the end of March before deciding to buy the MBTs from other countries.

“We can buy the tanks directly from Germany, although the quantity might be different,” he told reporters at the Defense Ministry after a press conference on the results of a meeting of the Defence Industry Policy Committee (KKIP).

Initially, Indonesia had planned to buy the German-made MBT at a discounted price as the Dutch government was implementing harsh defense budget cutbacks that included disbanding its armored divisions in the wake of the economic downturn in Europe.

The plan was to buy 50 units of the 2A4 and another 50 units of the 2A6 variants of the MBT at a total price of US$280 including the costs to upgrade the A4 variant to the A6 standard.

The Indonesian Army said it needed to modernize its weapons systems with MBTs because it only had light tanks such as the British-made Scorpion and French-made AMX13 which weigh 8 tons and 14 tons respectively.

The Leopard weighs more than 60 tons leading to heavy criticism from lawmakers and NGOs who oppose the buying of the MBT, which is made by German firm Krauss-Maffei Wegmann Maschinenbau (KMW).

Deputy Defence Minister studied the possibility of locally assembling Sherpa tactical vehicle in Indonesia (photo : Bronco1978)

A minority party in the Dutch parliament, the Left Green, has also voiced its concerns at selling the MBTs to Indonesia taking note of what it claims is the possibility of the tanks being used to supress human rights in Indonesia.

Sjafrie has just returned from a tour of several European countries to discuss various aspects of defense cooperation.

In France, Sjafrie studied the possibility of locally assembling Sherpa light tactical, armored vehicles at state-owned arms manufacturer PT Pindad.

(The Jakarta Post)



View the Original article

TNI Segera Tempatkan Radar Baru di Manokwari, Morotai, dan Jayapura

on Wednesday, March 7, 2012

05 Maret 2012


Tiga radar baru akan dipasang di Indonesia timur bagian utara yaitu : Jayapura, Manokwari dan Morotai (photo : Kemhan)

Di Jayapura, Morotai dan Manokwari akan Dipasang Radar

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA - Sistem pertahanan udara nasional, khususnya di kawasan timur Indonesia terus diperkuat Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Udara (AU). Salah satunya adalah adanya rencana menempatkan tiga radar di Jayapura, Morotai di Kepulauan Maluku dan Manokwari Papua Barat.

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat di Timika, Senin (5/3) mengungkapkan, rencana penempatan tiga radar baru tersebut merupakan bagian dari perencanaan TNI AU dimana hingga 2024 memiliki 32 satuan radar pertahanan udara yang tersebar dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.

Selain itu, TNI AU juga memiliki program untuk memasang radar-radar yang lebih kecil untuk dapat mendeteksi sasaran di ketinggian rendah yang tidak mampu terdeteksi oleh radar yang dimiliki saat ini karena khusus berfungsi untuk mendeteksi obyek dalam jarak jauh dan berada di ketinggian.

Hingga saat ini TNI baru memiliki 19 satuan radar, satuan radar ke-19 yaitu satuan radar 243 Timika. Sejauh ini TNI sudah memiliki tiga satuan radar di Papua yakni Biak, Merauke dan Timika yang tergabung dalam jajaran Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas) IV yang berpusat di Biak, ditambah satuan radar Buraen Kupang NTT dan satuan radar Saumlaki Maluku Tenggara Barat.

"Ke depan kita harapkan seluruh daerah di kawasan timur Indonesia tercover oleh radar yang dimiliki TNI," kata KSAU Imam Sufaat. Ia mengatakan, dengan diresmikannya satuan radar 243 Timika maka mata Komando Sistem Pertahanan Udara Nasional (Ko Hanudnas) akan semakin terbuka sehingga tidak ada lagi ruang terbuka yang bisa dilalui pesawat yang tidak dikenal dan tanpa izin.

"Dengan adanya beberapa satuan radar di Papua termasuk di Timika maka kita punya kewajiban untuk menjaga kedaulatan udara kita sehingga tidak ada lagi satu pesawat yang tidak dikenal atau pesawat asing yang masuk wilayah Indonesia tanpa ijin. Ini menyangkut harga diri atau kedaulatan bangsa," jelas KASAU Marsekal Imam Sufaat.




View the Original article

Disokong China, Indonesia Akan Bangun Pabrik Rudal

on Tuesday, March 6, 2012

06 Maret 2012


Rudal anti kapal permukaan C-705 (photo : Tiexue)

Jurnas.com INDONESIA direncanakan akan memiliki pabrik peluru kendali (rudal) dalam waktu dekat. Rencana ini merupakan tindak lanjut kerja sama Indonesia-China saat kunjungan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu.

"Sekarang sedang dibicarakan untuk membangun pabrik peluru kendali di Indonesia yaitu C-705," kata Purnomo di kantor Kemhan di Jakarta, Selasa (6/2). Kerja sama akan memberi keuntungan bagi Indonesia dalam penguatan pertahanan. Peluru kendali ini punya jarak tembak sampai 140 km.

Selain punya industri pertahanan baru yang akan memberi masukan finansial bagi negara, Indonesia dapat memperkuat benteng pertahanannya dengan rudal yang diproduksi di dalam negeri. "Kalau bisa produksi dalam negeri, kami akan memasang rudal-rudal itu di daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya.

Kerja sama dengan China ini tidak akan mempengaruhi hubungan dengan Amerika. Saat ini, hubungan China-AS sedang memanas terkait Laut China Selatan. "Indonesia menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif. Indonesia tak mau tergantung kepada salah satu negara atau kepentingan, termasuk masalah alutsista," kata Purnomo.

Muhibah Kemhan RI ke China berlangsung 19-21 Februari lalu, memenuhi undangan Menhan China Jenderal Liang Guanglie. Purnomo sempat meninjau dua kompleks industri pertahanan China yang terkait dengan produksi peluru kendali dalam kunjungan tersebut.




View the Original article

Satuan Radar Timika Diresmikan

on

05 Maret 2012


Dengan telah beroperasinya radar Timika maka tidak ada lagi blank spot di Indonesia bagian timur (photo : Radartutorial)

Timika (ANTARA News) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat meresmikan Satuan Radar 243 Timika yang berlokasi di Kampung Kamoro Jaya-SP1, Timika, Papua, Senin.

Bersamaan dengan itu, Kasau juga melantik Letkol (Lek) Sudirman sebagai Komandan Satuan Radar (Satrad) 243 Timika.

Marsekal Imam Sufaat mengatakan pembangunan Satuan Radar 243 Timika merupakan perwujudan dari program strategis yang telah disusun untuk mengcover situasi dan kondisi serta kerawanan wilayah udara bagian timur Indonesia terhadap pelanggaran udara. Satuan Radar 243 Timika yang berada di jajaran Kosek Hanudnas IV Biak dibangun sejak 2009 di atas lahan seluas 298.786 meter.

Radius jangkauan operasi radar di Timika akan over lapping dengan Satuan Radar 245 Saumlaki bagian barat di Provinsi Maluku dan juga akan over lapping dengan Satuan Radar 244 Merauke di bagian timur Papua.

Dengan telah beroperasinya radar-radar tersebut, maka seluruh wilayah udara Indonesia bagian timur dapat dicover dan tidak ada lagi area kosong yang tidak termonitor radar.

Melalui beroperasinya Satuan Radar Timika ini juga konsep strategis gelar Kosek Pertahanan Udara Nasional IV di wilayah Indonesia bagian timur dapat terus diwujudkan mengingat di wilayah ini terdapat sejumlah obyek vital nasional dan merupakan jalur penerbangan internasional.

Marsekal Imam Sufaat mengakui hingga saat ini kemampuan, kekuatan dan gelar radar TNI AU dibandingkan dengan luas wilayah udara nasional Indonesia belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan.

Dengan keterbatasan jumlah radar yang dimiliki itu mengakibatkan pelaksanaan tugas pengamatan dan pemantauan seluruh obyek yang bermanufer di wilayah udara Indonesia belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

Kasau berpesan agar seluruh satuan radar senantiasa melakukan analisis dan pengkajian dalam upaya meningkatkan kemampuan karena fungsi satuan radar sangat vital bagi organisasi perang dalam menjaga kedaulatan negara.

"Radar adalah mata dan telinga yang tidak boleh tidur dan sangat berbahaya apabila tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal," pesan Imam Sufaat.(E015/M026)




View the Original article

Hawk 200 Latihan Penembakan Rudal Maverick

on Monday, March 5, 2012

05 Maret 2012

Rudal AGM-65 maverick adalah rudal udara ke darat dengan jangkauan 13 hingga 27 km (photo : TNI AU)


Black Panther Latihan Maverick di Lanud Palembang


Satu Flight Black Panther Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru bertolak ke Lanud Palembang dalam rangka melaksanakan latihan penembakan dari udara ke darat (Air To Ground) jarak menengah dengan menggunakan rudal Maverick. Keberangkatan para penerbang tempur yang memiliki motto “Temukan dan Hancurkan” tersebut dilepas langsung oleh Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto, SE di Shelter Skadron Udara 12, Minggu (4/3).


Pada latihan yang direncanakan berlangsung selama satu minggu tersebut melibatkan seluruh penerbang dan beberapa teknisi pesawat yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, Letkol Pnb Prasetya Halim. Selain sebagai latihan rutin, latihan Maverick ini bertujuan untuk terus membina dan meningkatkan kemampuan para penerbang dalam melaksanakan misi-misi penerbangan maupun melaksanakan penembakan dari udara ke sasaran yang ada di darat dengan menggunakan rudal Maverick.

(TNI AU)


View the Original article

Sampai 2014, Kemhan Pesan 40 Helikopter

on Sunday, March 4, 2012

04 Maret 2012


Helikopter Bell 412 EP (Extra Performance) yang diserahkan PT DI kepada TNI AD dan TNI AL(photo : Kemhan)


BANDUNG- Kementrian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia berencana memesan kembali sekitar 40 unit helikopter untuk TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut kepada PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Hal tersebut disampaikan oleh Mentri Pertahanan (Menhan) RI, Purnomo Yusgiantoro.

Menurut Purnomo, sampai tahun 2010 hingga saat ini Indonesia sudah memiliki sekitar 76 helikopter yang digunakan untuk kebutuhan pertahanan. Namun, lanjutnya untuk menambah kekuatan pertahanan, pemerintah juga perlu melakukan penambahan jumlah helikopter, paling tidak 50 persen dari jumlah yang saat ini.

“Sampai saat ini, TNI sudah memiliki sebanyak 76 helikopter, tetapi untuk memperkuat pertahanan, paling tidak kita perlu membangun helikopter lebih dari 50 persen dari jumlah yang sudah ada, atau sekitar 40 unit helikopter,” katanya kepada wartawan saat ditemui usai penyerahan helikopter dari PT DI kepada TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut, di Hanggar Aircraft PT DI, Jalan Pajajaran, (2/3).


Sampai tahun 2014 jumlah pesanan tambahan Kemhan kepada PT DI sebanyak 40 helikopter lagi (photo : Tempo)

Untuk pembangunan sekitar 40 unit helikopter tersebut, Purnomo menyatakan, pihaknya kembali mengggandeng PT DI untuk bekerjasama. Namun, untuk menyelesaikan ke-40 unit helikopter tersebut, lanjut Purnomo, pihaknya hanya memberikan tenggat waktu yang cukup singkat kepada PT DI.

“Kami berharap ke-40 unit helikopter tersebut bisa diselesaikan pada tahun 2014 mendatang, jadi PT DI harus bekerja lebih giat, bekerja lebih keras lagi untuk menyelesaikan helikopter tersebut,” ujarnya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ketua Komisi I DPR RI, TB Hasanudin. Dirinya mengatakan, sampai saat ini pemerintah memang memprioritaskan pembangunan pertahanan negara.

“Selama tujuh tahun ini, pemerintah sudah memberikan anggaran tiga kali lipat untuk anggaran pertahanan, karena pertahanan memang menjadi salah satu prioritas dari pembangunan negara,” katanya.

Untuk pembangunan pertahanan tersebut, lanjut Hasanudin, pemerintah memberikan dukungan seratus persen, bahkan unlimited (tidak terbatas). Dan dirinya berharap anggaran yang sudah dan akan diberikan untuk pembangunan pertahanan negara bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.

“DPR RI mendukung pembangunan pertahanan negara ini, kami mendukung seratus persen bahkan unlimited, dan kami juga berharap agar setiap rupiahnya bisa digunakan untuk TNI,” ujarnya.

Dan untuk pembangunan pertahanan negara, Hasanudin mengatakan, pemerintah sudah mengalokasikan dana sekitar 4.2 triliun rupiah, termasuk untuk pembangunan ke-40 helikopter tersebut.

“Sampai 2014, kami sudah mengalokasikan dana sebesar 4.2 triliun rupiah untuk pembangunan pertahanan, hal tersebut juga berkat kebijakan dari Kemhan, dan dengan ini industri pertahanan perlu bekerja lebih giat lagi untuk membangun helikopter, kalau bisa dalam satu tahun bisa mengeluarkan 10 unit helikopter, sehingga industri pertahanan bisa menyelesaikannya sebelum pergantian kabinet,” jelasnya.

Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Utama PT DI, Budi Santoso mengatakan pihaknya siap menerima pesanan helikopter dari Kemenhan. Menurutnya, jika pihaknya pintar mengatur jadwal, pembangunan helikopter bisa diselesaikan tepat waktu.

“Kita perlu pintar-pintar mengatur schedule nya, agar pembangunan helikopter bisa selesai sesuai dengan target yang telah ditentukan,” katanya.

Hingga saat ini, Kemhan sudah memesan tujuh unit helikopter yang pengerjaannya dilakukan di PT DI. Tiga helikopter yang sudah diselesaikan, yakni seri Bell 421 EP, kemarin diserahkan kepada Kemhan untuk TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut. Sementara empat helikopter lainnya, kini masih dalam pengerjaan. (mga)




View the Original article

Pindad Targetkan Penjualan 2 Trilyun di Tahun 2012

on Saturday, March 3, 2012

03 Maret 2012


Pindad Raup Penjualan Rp1,5 triliun

BANDUNG (bisnis-jabar.com): PT Pindad (Persero) pelan-pelan menjadi salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang setiap tahun menghasilkan keuntungan cukup besar. Setiap tahun, angka penjualan yang ditargetkan BUMN yang memproduksi alat utama sistem persenjataan (alustsista) ini selalu tercapai.

Direktur Utama PT Pindad, Adik Avianto Soedarsono kepada bisnis-jabar.com menuturkan jika tahun 2011 lalu perusahaannya kembali meraih keuntungan. “Total penjualan tahun lalu kami mencapai Rp1,5 triliun,” katanya.

Angka penjualan produk terbesar masih dari Tentara Nasional Indonesia. “Itu sampai Rp1,3 triliun,” katanya. Dalam empat tahun terakhir, penjualan alutsista Pindad terus meningkat.


Konfigurasi peluncur PLM-861 dapat memakai 8 roket 122mm atau 6 roket 200mm atau 1 roket kendali 200mm (photo : Commando)

Dalam catatan Adik, trend positif ini terjadi sejak tahun 2008, di mana penjualan alutsista Pindad meraih Rp590 miliar. Jumlah itu meningkat menjadi Rp900 miliar pada tahun 2009, dan Rp1 triliun tahun 2010.

Tahun ini Pindad menargetkan penjualan mencapai angka Rp2 triliun. “Saya harapkan totalnya jadi Rp2 triliun,” katanya. TNI tetap akan menjadi penyumbang penjualan terbesar. “Dari TNI diharapkan menjadi 1,5 triliun,” tutur Adik.

Dari pengadaan amunisi untuk TNI saja, tahun lalu Pindad berhasil menjual hingga Rp700 miliar.(yri)




View the Original article

Tiga Unit Helikopter Bell-412 Perkuat TNI

on

02 Maret 2012


Bell 412 TNI Angkatan Laut (photo : Kaskus Militer)

Bandung (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia menyerahkan tiga unit helikopter Bell-412 kepada Kementerian Pertahanan untuk operasional TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut.

Penyerahan dilakukan Direktur PT DI Budi Santoso kepada Wakil Asisten Logistik Kasad Brigjen TNI Nengah Widana, Asisten Logistik Kasal Laksda TNI Sru Handayanto di hanggar helikopter PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jumat.

Penyerahan tiga capung besi itu disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Asisten Logistik Panglima TNI Mayjen TNI Hari Krisnomo, Kasal Laksamana TNI Soeparno dan Wakil Kasad Letjen TNI Budiman.

Tiga helikopter yang diserahkan itu terdiri atas dua unit Bell-412 EP untuk TNI Angkatan Darat dan satu unit Bell-412 EP untuk TNI Angkatan Laut.

Pengadaan tiga helikopter produksi bersama Bell Helicopter--divisi Textron Inc. dan PT Dirgantara Indonesia itu menggunakan APBN Tahun Anggaran 2011.

Kementerian Pertahanan menyatakan penyerahan dua helikopter itu merupakan bagian dari rencana strategis peningkatan skuadron udara serbu Puspenerbad dengan 32 helikopter yang terdiri atas 24 unit helikopter serbu dan delapan helikopter serang.

Helikopter angkur/serbu merupakan helikopter medium dengan kapasitas 15 personel. Helikopter ini sudah dioperasikan Skuadron-11/serbu dan Skuadron-21/Sena Puspenerbad.

Begitu pun satu unit Bell-412 2 EP. Helikopter itu merupakan helikopter generasi terakhir yang masuk jajaran Skuadron 400 Puspenerbal.

Skuadron-400 Puspenerbal telah mengoperasikan Bell-412 SP dan Bell-412 HP.

Helikopter Bell-412 EP merupakan seri terbaru di kelasnya dan merupakan helikopter angkut militer yang andal dengan kemampuan angkut 10-15 personel serta mampu mengangkut beban sekitar tiga ton.

Meski berfungsi sebagai helikopter angkut militer, helikopter tersebut dapat dipersenjatai dengan senapan mesin untuk mendukung kegiatan operasi militer.

Direktur PT DI Budi Santoso mengatakan dalam waktu dekat akan diserahkan kembali dua unit TNI AD dan dua unit TNI AL.

"Ini komitmen PT DI dan TNI untuk memprioritaskan pengadaan alutsista dari dalam negeri, dan dapat bersaing secara kompetitif,". (rr)




View the Original article

Skuadron 21 Kirim Teknisi ke Brasil

on Friday, March 2, 2012

01 Maret 2012


Pesawat Super Tucano buatan Embraer Brazil (photo : Patrick's Aviation)

MALANG- Skuadron 21 mengirim satu tenaga teknisi ke Brasil pada Maret ini sebagai persiapan datangnya pesawat Super Tucano di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang.

Super Tocano menggantikan OV-10F Bronco dijadwalkan tiba pada akhir Juli mendatang.

Kepala Skuadron 21 Mayor (penerbang) James Y Singal mengatakan, selanjutnya akan menyusul penerbang, serta ground and air crew.

Semula pesawat tersebut direncanakan tiba Maret ini sebanyak empat unit secara bertahap. Namun karena berbagai pertimbangan diperkirakan baru Juli tiba di Malang.'

'Sebagai persiapannya, kami sudah membangun sarana pendukungnya berupa hanggar, lima buah shelter pesawat, shelter GSE (ground support equipment), maupun ruangan kantor.

Sementara personel yang akan mengawaki pesawat EMB 314 Super Tucano juga sudah mulai disiapkan, termasuk personel yang akan melaksanakan pemeliharaan tingkat ringan dan sedang.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, usai Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Dansat 2012 di Gedung Serba Guna Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta baru-baru ini mengatakan, hingga 2014, TNI AU akan menambah empat pesawat tempur jenis Sukhoi dari Rusia, 16 unit pesawat tempur jenis Super Tucano dari Brazil, T/A-50 dari Korea sebanyak 16 unit, F-16 sebanyak 8 unit, serta 30 unit pesawat F-16.

Penambahan pesawat tempur ini untuk memperkuat tujuh skuadron tempur TNI untuk menjaga wilayah NKRI.

Selain pesawat tempur, TNI AU juga akan menambah pesawat jenis transport C 295, Hercules dan helikopter C 725 sebanyak 80 pesawat. Dalam pengadaan itu, TNI AU telah bekerja sama dengan Korea Selatan hingga 2024.

"Banyak pesawat TNI AU sudah tua atau berumur di atas 30 tahun sehingga perlu peremajaan. Tidak hanya pada pesawat saja tapi juga mencakup sistem persenjataan, seperti bom, roket dan peluru. Hingga tahun 2024, Indonesia akan memiliki 180 pesawat tempur". (jo-77).




View the Original article

TNI AL Ingin Beli Kapal Perang yang Batal Dipesan Brunei

on Thursday, March 1, 2012

01 Maret 2012


Ketiga kapal Nakhoda Ragam class ditawarkan ke TNI AL. Kapal tersebut cukup ditebus dengan harga 296 juta euro atau sekitar 380 juta dollar AS (photo : Militaryphotos)

Senayan - TNI AL meminta dukungan pada Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga kapal perang buatan Inggris. Pembelian alutsista ini guna memperkuat armada perang TNI AL dalam menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI di perairan.

Hal ini disampaikan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno di sela-sela raker dengan Komisi I DPR di Komplek Senayan, Rabu (29/1). Raker itu membahas hibah KRI Karang Ungaran 985 ke Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara.

Soeparno mengatakan, TNI AL ingin membeli tiga kapal perang buatan Inggris. Jenisnya multi role light frigates yang dibangun oleh galangan kapal BAE pada tahun 2001. Kapal pertama telah menyelesaikan tes di laut pada Desember 2003. Kapal kedua dites pada Mei 2004. Kemudian kapal ketiga mulai melaut pada Oktober 2004.

Kapal ini mulanya dipesan Kerajaan Brunei Darussalam. Namun setelah melihat hasil tiga kali uji coba tersebut, pihak Kerajaan membatalkan pesanan.

Jika Brunei enggan, kenapa TNI AL malah bernafsu membelinya?

"Kita sinyalir, pembatalan pembelian kapal perang dari Inggris oleh Brunei bukanlah karena alasan teknis tetapi alasan politis. Yaitu ada ketersinggungan Brunei pada Inggris pada isu tertentu," jawab Soeparno.

Informasi lebih dalam lantas didapat dari otoritas militer Brunei. Ternyata, ungkap Soeparno, jumlah personil angkatan laut negeri kaya itu terbatas jumlahnya. Hanya sekitar 800 personil. Sedangkan tiga kapal perang buatan Inggris itu butuh dioperasikan oleh 330 personil. Alhasil, Brunei bakal kerepotan mengurusnya.

Akhirnya, pada tahun 2007 kapal itu dipindahkan dari Brasko Brunei ke galangan kapal di Inggris. Setahun kemudian Kementerian Pertahanan menawarkan pada TNI AL untuk membelinya.

"TNI AL pun menindaklanjuti hal itu. Kami menyatakan, penawaran tersebut merupakan hal yang sangat baik dalam rangka pemenuhan armada TNI AL," ujarnya.

Brunei sempat membayar sekitar 600 juta poundsterling per kapal. Adapun penawaran ke TNI AL, kapal itu cukup ditebus dengan 296 juta euro atau sekitar 380 juta dollar AS. Angka ini terbilang murah. Di sisi lain pihak Brunei lebih senang jika kapal ini dibeli Indonesia karena punya dok galangan kapal sendiri untuk pemeliharaan. Pihak lain yang berminat adalah Malaysia.

Menurut Soeparno, kapal perang ini canggih karena sudah dilengkapi dengan misil anti kapal selam. Dengan kelengkapan itu, dia bilang, "Sudah dapat mengantisipasi kapal selama milik tetangga."




View the Original article