TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314

on Wednesday, May 30, 2012

30 Mei 2012

Sampai akhir tahun 2012 diproyeksikan 8 pesawat Super Tucano dapat diserahkan kepada TNI AU (photo : Airliners)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menanti kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314 buatan Brazil yang direncanakan tiba pada 28 Agustus 2012.

"Direncanakan pesawat Super Tucano dari Brasil tiba pada tanggal 28 Agustus 2012, namun apabila ada penundaan mungkin di awal September," kata Kepala Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 21 Lanud Abdurachman Saleh, Mayor (Tek) Anton Firmansyah, di Malang, Rabu.

Kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314, kata Anton, untuk memperkuat Skadron Udara 21 dan tentunya bagi seluruh jajaran TNI-AU dalam menjaga kesatuan wilayah Indonesia.

"Untuk yang pertama akan datang empat unit pesawat, dan hingga akhir tahun 2012 direncanakan delapan pesawat Super Tucano tiba di Lanud Abdurrachman Saleh," tambah Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, merupakan pesawat tempur taktis yang mampu melaksanakan operasi bantuan tembakan dari udara yang merupakan keunggulan pesawat itu. Dengan rencana itu, Anton menambahkan, TNI-AU juga telah mempersiapkan pilot-pilot terbaik untuk dikirimkan ke Sao Paulo, Brazil.

"Ada 12 orang pilot yang akan dikirim ke Brazil. Saat ini mereka telah ada di Jakarta untuk mendapatkan bimbingan, dan direncanakan pada bulan Juni akan berangkat ke Sao Paulo, Brazil, untuk menyelesaikan pelatihan," kata Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, juga telah dipergunakan oleh beberapa negara lain dan merupakan pesawat produksi baru. "Kami telah menyiapkan 'shelter' baru dan saat ini juga sedang dilakukan penyelesaian pembangunan tempat simulator," kata Anton.

Pesawat Super Tucano EMB-314 memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Kedatangan pesawat tempur itu akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah tidak akan dioperasikan. OV-10 Bronco telah berjasa di berbagai operasi, antara lain Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.



View the Original article

First Steel Cutting KCR-60 Dilakukan di PT. PAL

on Thursday, May 24, 2012

23 Mei 2012


Impresi artis tentang Kapal Cepat Rudal KCR-60 produksi PT PAL (image : incoherrent)

PT. PAL Indonesia Bangun 3 Unit Kapal KCR 60 M Pesanan TNI AL

Bersamaan dengan Sidang Pleno Ke-VI KKIP ini, dilaksanakan pula Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda).  Kapal tersebut merupakan pesanan dari TNI AL yang dibangun di PT. PAL Indonesia, sebagai wujud nyata komitmen PT PAL Indonesia (Persero) mendukung terciptanya kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan Alutsista dan kemajuan industri pertahanan nasional.

Pelaksanaan Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda) ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Menhan bersama dengan Menristek, Kepala Bappenas, Panglima TNI, Kapolri, Kasal, Wamenhan dan Dirut PT. PAL Indonesia.

PT.PAL Indonesia  menerima order pembuatan kapal KCR 60 M sebanyak 3 unit dan Kapal Tunda 2.400 HP sebanyak 2 unit.  Kontrak secara efektif telah ditandatangani  antara PT PAL Indonesia dan TNI AL melalui Dinas Pengadaan Mabesal pada tanggal 20 Desember 2012.

KCR 60 M memiliki spesifikasi panjang keseluruhan 59.80  M dan lebar 8.10 M, mampu melaju hingga 28 knot pada kecepatan maksimum dalam kondisi muatan 50 % . Kapal ini dipersenjatai dengan 1 x Meriam Utama 57 mm, 2 x senjata 20 mm, 2 x 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan dan 2 x Decoy Launcher. Kapal ini mempunya olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

Sementara itu Kapal Tunda 2.400 HP memiliki spesifikasi dengan panjang keseluruhan 29 M dan Lebar 9 M,  dan pada sarat kondisi muatan 50 % kecepatan kapal mencapai 12 knot.

Melalui pelaksanaan Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda) pesanan TNI AL ini kembali membuktikan bahwa PT.PAL Indonesia berkomitmen dan siap menjadi lead integrator pembangunan produk Alutsista dan Almatsus bidang kemaritiman.

Sejak tahun 1980, PT. PAL Indonesia (Persero) telah menyelesaikan pembangunan kapal lebih dari 240 unit kapal berbagai jenis  dan ukuran untuk produk kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT, sedangkan untuk produk kapal perang telah diproduksi berbagai jenis dan tipe kapal diantaranya: KCR 14 Meter, 28 Meter, 38 Meter, FPB 57 Meter dan Landing Platform Dock 125 Meter.

PT PAL juga berpengalaman memodifikasi kapal dan pemasangan Rudal diantaranya: Rudal Yakhont dan Fire Control System di KRI OWA-354, Rudal C-802 dan Fire Control System di KRI AHP-355 dan KRI YOS-353.

Dengan berbekal pengamalan tersebut diatas, PT PAL Indonesia (Persero) menyatakan siap menyelesaikan pembangunan KCR 60 dan Kapal Tunda 2.400 HP pesanan Kemhan dan Pengadaan Alutsista lainnya di masa mendatang. (BDI/SR)

(DMC)


View the Original article

Hibah 25 Tank LVT Korsel Tunggu Izin AS

on

24 Mei 2012

Indonesia telah menerima 10 LVT-7 hibah dari Korea dari rencana 35 unit (photo : dixie)

Jakarta, InfoPublik - Kembali Indonesia akan menerima hibah 25 tank amphibi Landing Vehicle Tracked (LVT) dari Korea Selatan untuk digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Namun, prosesnya masih menunggu izin dari Amerika Serikat, pembuat tank tersebut.

"Hibah 25 unit alat tempur LVT itu harus mendapatkan izin dari Amerika Serikat, karena LVT itu merupakan buatan Amerika," jelas Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai mengikuti sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5).

Menurut Panglima TNI, Indonesia sebelumnya juga telah mendapatkan 10 unit LVT dari Korea Selatan, namun di Korsel masih ada 25 unit lagi yang masih layak digunakan dan dihibahkan. "Saat ini sedang diproses untuk mohon dihibahkan pada Indonesia tapi pelaksanaan hibah ini pun harus seizin Amerika. Kita masih menunggu keputusan dari Kemhan Korea dan Amerika Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak," kata Panglima.

Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai "Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal (PKR) maupun kapal angkut. "KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni PKR," katanya.

Terkait pembelian Tiga Kapal Selam Korea, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, tiga unit kapal masih dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh Korsel dan PT PAL. "Kapal selam pertama akan dilakukan oleh Korsel. Yang kedua separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL dan ketiga dibangun di PT PAL. Ini harus dibahas kembali karena harus dilihat kesiapan PT PAL sendiri," katanya.

Pasalnya, kata Menhan yang juga selaku Ketua KKIP, peralatan untuk pembangunan kapal selam itu tidak mudah, sehingga harus terus dibicarakan, sementara proses dari pembuatan ini tetap berjalan.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyebutkan proyek kapal selam ini ada dua macam, yakni pengadaannya dan transfer of technology-nya. "Kalau pengadaannya kan sudah selesai dan kita telah kontrak. Ini akan berjalan sekaligus," tuturnya.

Namun, dalam ToT, ada tiga tahapan, yakni pembangunan kapal selam di Korea, separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL, dan PT PAL sendiri. "Sejak fase pertama kita sudah melibatkan tenaga-tenaga teknis yang kita kirim dari Indonesia yakni PT PAL ke Korea. Yang menjadi tantangan apabila kita ingin masuk ke fase ketiga, infrastruktur yang ada di PT PAL harus dipersiapkan karena membangun kapal selam memiliki infrastruktur tersendiri dan yang paling penting, harus didukung oleh anggaran yang perlu dipersiapkan. Kemhan juga tengah membicarakan bagaimana kesiapan PT PAL yang terdiri dari Meneg bumn, dan tentunya yang ahli dalam kontrak Kemhan," urainya.(dry)



View the Original article

Bulgaria to Transfer Fuse Bomb Technology to RI

on

24 Mei 2012

PT Sari Bahari has produced bombs for Sukhoi Flanker fighter jets, both smoke and live versions (photo : Sari Bahari)

Indonesia will soon be ready to produce live bombs for fighter aircraft, particularly the Sukhoi 27 SK and 30 MK, as weapons manufacturer PT Sari Bahari Malang will receive technology from Bulgarian fuse-bomb producer Armaco.

Indonesia has only been able to produce casing, warheads and ammunition powder, while importing fuse bombs.

“This is a major step forward for Indonesia. From now on we will no longer depend on other countries because we are able to fulfill the Indonesian Military [TNI] needs of bombs,” company director Ricky Hendrik Egam told The Jakarta Post on Wednesday in Surabaya, East Java.

Ricky, however, refused to reveal the financial value of the cooperation between his company and Armaco.

He said that with the cooperation, Indonesia could also have the chance to provide fuse bombs for Asian countries that use Russian-made Sukhoi fighter jets.
The company has previously faced difficulties in finding countries producing fuse bombs that were willing to transfer the technology. China has rejected the company’s request for cooperation.

PT Sari Bahari has produced bombs for Sukhoi fighter jets, both smoke and live versions, with weights ranging from 100 kilograms to 250 kilograms. The company has also exported 70 millimeter smoke warhead rockets to the Chilean Air Force.




View the Original article

PT DI-SUKHOI Matangkan Rencana Produksi Ekor Pesawat

on Wednesday, May 23, 2012


23 Mei 2012

Cutaway pesawat Superjet 100 buatan Sukhoi (image : Flight International)

BANDUNG (bisnis-jabar.com): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Sukhoi sedang mematangkan kerjasama pembuatan ekor pesawat. Rencana kerjasama ini tidak terkendala kasus kecelakaan Sukhoi Superjet 100 beberapa waktu lalu.

Kepala Divisi Manajemen Mutu dan Koordinator Kehumasan PT DI Sonny Saleh Ibrahim mengatakan pihak Sukhoi sudah menjajaki kerjasama ini sejak dua tahun terakhir.

Rencananya PT DI akan membuat ekor pesawat Sukhoi, baik vertikal maupun ekor horizontal jika kerjasama itu terwujud.

“Bila terjadi kesepakatan kontrak, kami siap membuat sekitar 40 unit bagian ekor pesawat tersebut setiap tahunnya,” katanya hari ini.

Pembicaraan lanjutan soal ini, menurutnya, agak tertunda dengan kejadian kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak. PT DI sendiri yakin meski ada penundaan, kerjasama bakal terus berlanjut. “Prospek kerjasama ini sudah mencapai 90 %,” katanya.

Pembicaraan yang tersisa akan membahas secara detil mengenai komponen, pembuatan contoh komponen, termasuk nilai kontrak. Pembuatan komponen ekor pesawat sendiri menurut Sonny bisa dipenuhi pihaknya karena memiliki peralatan dan mesin yang dapat menunjang pesanan tersebut.

Apalagi, dalam waktu dekat PT DI bersiap menambah mesin baru. “Jadi, kami optimistis dapat memenuhi pemesanan tersebut,” ujarnya.

Selain Sukhoi, PT DI menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga sejenis asal berbagai negara. Di antaranya, Boeing, Airbus, dan Eurocopter. Sebagai contoh, pihaknya menjalin kerjasama dengan Airbus, Boeing, dan Eurocopter dalam hal produksi komponen. Untuk Airbus, komponen yang diproduksi PT DI yaitu punggung dan sayap. Jenisnya, Airbus A-320, A-321, A-349, A-380, dan A-350. (k57/yri)



View the Original article

30 Tank Leopard Jerman Siap ke Jakarta

on Tuesday, May 22, 2012

22 Mei 2012

Tank Leopard 2A6 Angkatan Darat Jerman (photo : Valka)

TEMPO.CO, Pontianak - Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan pada Oktober ini, sebanyak 30 tank jenis Leopard yang dipesan dari Jerman akan dikirim ke Jakarta.

“Awalnya tawaran datang dari Belanda dan Jerman, tetapi kita pilih Jerman karena lebih menjanjikan,” kata Pramono, di Markas Kodam XII/Tanjungpura, Selasa 22 Mei 2012, di Pontianak.

Sebanyak 30 unit tank ini, katanya, tinggal menunggu pihak Jerman untuk mengirimkannya ke Indonesia. Jenis yang akan dibeli adalah Leopard 2A6 yang merupakan hasil "retrofit 2A4" alias pengembangan teknologi terbaru karena cetak baru teknologi Leopard serupa sudah tidak diproduksi lagi.

Kelebihan memilih tawaran Jerman adalah dapat melakukan transfer of technology (TOT). Jerman juga menawarkan joint production untuk pembuatan beberapa bagian tank seberat 60 ton tersebut dengan menggandeng PT Pindad.

Masih terkait tank yang dibutuhkan TNI untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedianya di Kalimantan Barat akan ditempatkan pula satuan tank. Pramono mengatakan, saat ini di Kalimantan Barat hanya dilengkapi dengan light tank dan ke depannya akan ditingkatkan dengan tank untuk tempur. Satuan Kavaleri di Kalbar juga akan ditingkatkan dari Datasemen menjadi batalion penuh.



View the Original article

Two S-300C Helicopters for Indonesian Army Aviation

on

17 April 2012

Two S-300C with an option for four more will be delivered to the Indonesian Army Aviation (photo : Gaero)

Sikorsky Aircraft Announces Sale of S-300C™ Helicopters to IPTN North America

STRATFORD, Connecticut - Sikorsky Aircraft has announced the sale of two S-300C™ helicopters with an option for four more, to IPTN North America, a subsidiary of PT Dirgantara Indonesia (PTDI)/Indonesian Aerospace (IAe). These S-300C helicopters will support the Indonesian Army’s requirements to train more than 100 new pilots in the next few years. In March 2012, the Indonesian Minister of Defence, Purnomo Yusgiantoro, announced Indonesia’s commitment to double Indonesia’s military helicopters, increasing the need for helicopter training.

“The Asia-Pacific region is one of the areas in the world that has continued to sustain healthy economic growth in recent years. Specifically, Indonesia’s economic success allows the country to fund a defence modernization plan that maintains a minimally essential force in the country.

Sikorsky is honored to be able to support Indonesia’s modernization efforts with our S-300C training helicopters,” said Linda Scott, General Manager for Southeast Asia.

“The reliability of the S-300C helicopter is just one attribute that the customer is getting from these aircraft,” Scott added. “They are also easy to maintain, easy to fly, and economically priced. It is a good, solid aircraft for the training mission they are destined for in Indonesia.”

The aircraft are expected to be delivered in late 2012.

The sale to IPTN North America follows recent activities by Sikorsky Aircraft in the Asia-Pacific region. In February, Sikorsky announced the opening of its office in Malaysia, taking the first step toward expanding its industry presence in Southeast Asia. Previously, in December 2011, Sikorsky Aircraft signed a contract with the Brunei Ministry of Defence to provide 12 S-70i™ BLACK HAWK helicopters, as well as associated spare parts, training and ground support equipment. The helicopters will serve the Royal Brunei Armed forces, and join the growing fleet of Sikorsky aircraft in the region.

The S-300C helicopter operates throughout the world in many demanding roles including military patrol, power line/pipeline patrol, commercial and military flight training, ranching, external load operations, animal surveys, aerial photography and personal transportation. The cockpit size, load capacity, performance characteristics, robust design and low direct operating costs make the S-300C helicopter a leader in its class.



View the Original article

Bakorkamla Membentuk Detasemen Reaksi Cepat Laut

on


26 April 2012

Detasemen Reaksi Cepat Laut (DRCL) yang akan menjadi unit andalan untuk mengatasi berbagai tindak pidana di wilayah perairan Indonesia.(photo : Bangka Pos)

Bakorkamla Gandeng Kobangdikal Matangkan Pembentukan "DRCL"


Surabaya - Badan Koordinasi Keamanan Laut mematangkan rencana pembentukan Detasemen Reaksi Cepat Laut (DRCL) yang akan menjadi unit andalan untuk mengatasi berbagai tindak pidana di wilayah perairan Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari rencana itu, Kepala Pelaksana Harian Bakorkamla Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo menemui Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Laksda TNI Sadiman di Bumimoro, Surabaya, Rabu.

"Selain bersilaturahmi, pertemuan ini juga untuk menindaklanjuti tim Bakorkamla yang lebih dulu berkunjung pada 11 April lalu, guna mematangkan rencana merealisasikan Detasemen Reaksi Cepat Laut," katanya.

Menurut ia, DRCL bisa menjadi unit andalan dalam upaya mengatasi berbagai tindak pidana yang selama ini sering terjadi di wilayah perairan Indonesia.

Namun, tugas, fungsi dan kewenangan unit ini tunduk pada undang-undang dan peraturan lainnya yang berlaku, serta tetap bekerja sama dengan instansi lain yang memiliki tugas dan kewenangan sama.

"Instansi lain itu seperti TNI AL, kepolisian, Bea dan Cukai, imigrasi, Departemen Kelautan dan Perikanan. Bahkan, anggota detasemen nantinya diambil dari instansi-instansi yang tergabung dalam Bakorkamla itu," ujar mantan Kasum TNI itu.

Terkait peran Kobangdikal, Laksdya Didik Heru menambahkan lembaga pendidikan ini bisa menyiapkan sumber daya manusia untuk personel DRCL, yang posturnya nanti tidak jauh berbeda dengan prajurit TNI AL.

Komandan Kobangdikal Laksda TNI Sadiman menyambut baik pembentukan DRCL dan lembaganya siap bekerja sama merealisasikan rencana tersebut.

"Pada dasarnya kami siap untuk membantu, terutama dalam penyiapan personel yang akan dididik untuk menjadi anggota DRCL, tetapi tentu setelah ada perintah lebih lanjut dari pimpinan TNI AL untuk," katanya.

Para prinsipnya, lanjut Sadiman, penyiapan personel DRCL tidak jauh beda dengan penyiapan personel TNI AL yang akan ditempatkan di kapal-kapal perang. (*)



(Antara)

View the Original article

TNI AL Pesan Kapal Tanker

on

30 April 2012


Kapal tanker ini akan selesai dalam 18 bulan dengan biaya Rp 160 Milyar (photo : Berita Cilegon)


Kapal Perang Dibuat di Bojonegara, 1 Kapal Seharga Rp 160 Miliar


BOJONEGARA, BCO – Bangsa Indonesia sudah mampu membuat kapal untuk kebutuhan berperang. Dan siapa menyangka kalau ternyata kapal perang yang dipesan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI ini dibuat di wilayah Provinsi Banten, tepatnya di wilayah Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Ini diketahui setelah, Kamis (26/4/12) pagi tadi, Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto, meresmikan pembuatan kapal perang jenis tangker pertama oleh PT Anugrah Buana Marine (ABM) Bojonegara.


Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto mengatakan, kepada Berita Cilegon Online (BCO) bahwa untuk membuat kapal tersebut dibutuhkan waktu selama 18 bulan (1,5 tahun), dengan kebutuhan dana lebih dari 160 miliar. “Sebelumnya kemenhan juga telah berhasil membuat kapal perang di beberapa wilayah, di antaranya di Batam, Suarabaya dan Jakarta. Kalau proyek pembuatan kapal (perang tangker-red) BCM ini berhasil, kita akan buat kapal perang di Banten, terlebih di sini (Banten-red) juga banyak bahan bakunya," ujar Sru.


Saat ini TNI AL tercatat mempunyai 5 kapal tanker yaitu : KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911 (photo : TNI AL)


Dikatakan bahwa pembuatan kapal dilakukan di wilayah Indonesia merupakan bagian dari upaya untuk pemberdayaan sember daya manusia (SDM) lokal dalam menciptakan perangkat perang TNI. “SDM lokal sebenarnya sudah mampu menciptkan kapal-kapal perang. Akan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Mulai dari sekarang kita manfaatkan SDM itu untuk membuat produk berkualitas di negeri sendiri," Sru menuturkan.


Dalam kesempatan yang sama, saat mendampingi Aslog Kasal Laksamana Muda TNI, Danlanal Banten Kolonel Laut (p) Agus Priyatna mengatakan, TNI AL memang saat ini sangat membutuhkan kapal BCM. Sebab, saat ini TNI AL di bagian barat hanya memiliki satu kapal BCM yang kondisinya sudah tua dan perlu diganti. “Kapal BCM  ini nantinya disiapkan untuk membantu kapal perang yang kehabisan bahan bakar di tengah laut,” ujar Agus seraya berhatap proyek pembuatan kapal itu sukses sehingga kapal perang terus bisa dibuat di wilayah Banten. 


Sementara itu, Direktur PT Anugrah Buana Marine (ABM) Bojonegara Nasrudin Umar menjelaskan bahwa sesuai desain, kapal tersebut akan dibuat dengan ukuran panjang 95,5, lebar meter, 17,5 meter dan  tinggi 9 meter dengan kapasitas tangker dapat mengangkut 5.000 matrik. Bahan baku berupa bajanya berasal dari PT Krakatau Steel (KS) yang nota bene Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di wilayah Kota Cilegon, Provinsi Banten, yang letaknya berdekatan dengan Bojonegara. “Kecepatan kapal sendiri dirancang hingga 14 sampai dengan 15 knot," Nasrudin menuturkan. (*)


(Berita Cilegon)

View the Original article

Russia Pulls Out of Indonesian Rocket System Tender

on

02 Mei 2012


Smerch multiple launch rocket system (photo : Vitaly V. Kuzmin)


Russia’s arms trading company Rosoboronexport has pulled out of an Indonesian tender for the supply of multiple launch rocket systems, the company told Military Industrial Courier magazine.


The company pulled out because it had offered its Smerch rocket launcher system which “did not meet a range of technical conditions in the tender,” Rosoboronexport official Nikolai Dimidyuk said.


The Indonesian tender was released in February.


“No one wants to waste time, or lead partners into delusion,” he said. “That said, we remain of the opinion that this system fully meets the requirements of the Indonesian forces in the most important criteria, fighting effectiveness,” he said.


Rosoboronexport did not say in which criteria Smerch failed to meet Indonesian requirements.
Russia had offered a 22-ton variant of the Smerch system, but a more widely-sold variant weighs 48 tons.


Indonesia is a traditional Russian and Soviet arms customer and at present has contracts with Russia for delivery of Su-27SKM fighter aircraft, Mi-17 and Mi-35 military helicopters, and BMP-3 and BTR-80 infantry fighting vehicles.


(RIA Novosti)

View the Original article

Indonesia Kaji Industri Pertahanan Elektronika dengan China

on Monday, May 21, 2012


08 Mei 2012


Peralatan elektronika pada Kapal Cepat Rudal TNI (photo : Audrey)


Beijing (ANTARA News) - Indonesia hingga kini masih mengkaji kerja sama sistem industri pertahanan elektronika yang ditawarkan China yakni Defence Electonics Complex of Indonesia (DECI). 


"Hingga kini masih terus dikaji dan dibahas di Kementerian Pertahanan dan industri pertahanan nasional terkait," kata Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China dan Mongolia, Suryamargono ketika dikonfirmasi di Beijing, Selasa.


Ia mengatakan tawaran kerja sama itu meliputi berbagai kegiatan antara lain perancangan dan pengembangan fabrikasi sistem unit, modul serta perakitan peralatan elektronika seperti radar,peperangan elekronika dan lainnya.


"Kerja sama itu akan dilakukan dalam tiga tahapan, namun semua ini masih dikaji dalam berbagai aspek," kata Suryamargono menegaskan.


Berdasar laporan yang diterima ANTARA industri elektronika tidak saja berperan besar bagi industri pertahanan secara keseluruhan, namun juga pertumbuhan ekonomi secara umum.


Produksi elektronika global mencapai Rp13 ribu triliun, dari jumlah itu Asia Pasifik merupakan kontributor terbesar yakni sekitar 37 persen. Namun, dari 37 persen tersebut Indonesia baru memberikan kontribusi sekitar satu persen.


Kerja sama industri pertahanan elektronika itu ditawarkan salah satu grup industri pertahanan China yakni China Electronics technology Group Corporation (CETC).


Kerja sama serupa telah dilakukan China melalui CETC dengan Pakistan dalam program National Electronic Complex of Paksitan (NECOP). 


Terkait Indonesia, CETC sebelumnya telah memiliki kerja sama dengan kementerian Pertahanan dan TNI terutama TNI Angkatan Laut dalam program Kapal Cepat Rudal (KCR).


(Antara)


View the Original article

Akhirnya Boeing Beri "Offset" kepada Indonesia

on


09 Mei 2012

Dari 2 maskapai Indonesia saja order pesawat angkut penumpang dari Boeing cukup besar, Lion Air order 201 Boeing 737 MAX, dan 29 Boeing 737-900ER, sedangkan Garuda Indonesia order 10 Boeing 777-300ER dan 6 Boeing 737-800 (photo : Robin YS)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pabrikan pesawat terbesar di AS, Boeing Company akhirnya akan memberi offset kepada Indonesia. Kepastian tersebut disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patty Djalal, Rabu (9/5/2012) di Jakarta. “Akhirnya Boeing memberi offset ke kita setelah bertahun-tahun kita perjuangkan,” ujar Dino di Kantor Kementerian Perhubungan.

Offset merupakan praktek pemberian kompensasi oleh industri asing sebagai persyaratan dari suatu negara ketika melakukan pembelian. Dalam kasus Boeing ini dilatarbelakangi karena banyaknya pihak industri dari Indonesia dan TNI AU yang membeli pesawat dari Boeing.

Seperti pembelian pesawat udara sipil B737-800NG oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan B737-900ER, B737-Max oleh Lion Air yang jumlahnya lebih dari 20 miliar dollar AS. Selain itu juga ada pembelian pesawat F-16 dan helikopter Apache oleh TNI AD.
Bentuk offset bermacam-macam dan biasanya ditentukan oleh negara pembeli produk berapa prosentase dari nilai keseluruhan transaksi penjualan. Biasanya offset dipakai untuk mengembangkan industri domestik negara pembeli, transfer teknologi, memajukan investasi, dan meningkatkan lapangan pekerjaan.

AH-64D Apache menjadi heli serang yang dipilih untuk melengkapi arsenal TNI AD (photo : Sonic)

Selain itu juga untuk mendapatkan teknologi baru, mendukung industri domestik yang strategis, mendapatkan akses terhadap pasar baru, meningkatkan nilai ekspor, dan meningkatkan hubungan dengan perusahanaan multinasional.

Untuk Indonesia, menurut Dino, nilainya lebih dari yang diperkirakan. “Kalau cuma untuk menghidupkan PTDI,  maka nilai jumlahnya sangat cukup,” ujar Dino sambil tertawa.

Berkaitan dengan itu, hari ini diadakan diskusi antara stakeholder di bidang transportasi udara untuk merumuskan apa bentuk offset yang akan diminta kepada Boeing.

Selain dihadiri Dino, diskusi juga dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Ikhsan Tatang, perwakilan dari GMF, Garuda, Lion, BPPT, PTDI, PT Len, PT Pindad, Susi Air, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perisdustrian.

“Selanjutnya akan dibentuk tim kecil oleh Dirjen Perhubungan Udara untuk merumuskan apa-apa saja yang nanti akan kita ajukan,” ujar Ikhsan Tatang.



View the Original article

Uji Terbang UAV dan Airborne oleh Pustekbang LAPAN

on

21 Mei 2012


Tim UAV Pustekbang Lapan (photo : Pustekbang)

Bulan Maret 2012 merupakan bulan bersejarah bagi Pustekbang dan khususnya Tim UAV, karena pada bulan itu untuk pertama kalinya  dilakukan uji terbang UAV hasil manufaktur para engineer Pusat Teknologi Penerbangan bekerja sama dengan Industri Kecil Menengah (IKM). Bertempat di Bandara Nusawiru, Pangandaran, pada tanggal 8 s/d 10, uji terbang dilakukan pada dua unit UAV hasil didesain sendiri yang di manufaktur oleh IKM (FADEX),  dan hasil didesain IKM yang dimanufaktur oleh para engineer dan teknisi Pustekbang (Zen 1). Serta dilakukan pula uji terbang Airborne RS dan Skywalker pada sesi uji terakhir. Selain uji terbang hasil desain dan manufaktur, diuji juga sistem avionic seperti: sistem navigasi dan control (way point test), sistem telemetri dan tracking (TTC) long range dengan Mobile TTC, data handling dan sistem payload camera lengkap dengan sistem gymbalnya.

Zen1 UAV (photo : Pustekbang)

Uji terbang sistem kendali navigasi arah (way point system) dilakukan pada R Botix system yang bersifat autonomous arah terbang dengan menggunakan pesawat Zen 1 yang memang didedikasikan untuk test bed sistem avionic. Pesawat ini berukuran sedang dengan kemampuan terbang sampai ketinggian 800 m, air speed hingga 90 km/jam dan endurance hingga 2.5 jam. Pesawat ini seterusnya akan digunakan untuk aplikasi nyata seperti untuk pertanian, mitigasi bencana, pemantauan iklim dan lain-lain, bergantung bagaimana sistem payload dan avionic yang akan dimuatkan  ke pesawat tersebut. Para engineer Pustekbang telah berhasil melakukan manufaktur Zen 1 setelah pada tahun lalu mengambil kursus untuk membuat ulang pesawat yang belum di beri nama tersebut di Bandung. Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam dunia UAV di Pustekbang.

FADEX UAV (photo : Pustekbang)

FADEX (First Aircraft Design Experiment) merupakan pesawat dengan enginee turboshaft yang diharapkan menjadi embrio untuk pengembangan High Speed Surveillance System (HSSS) yang mempunyai misi untuk melakukan pengintaian, pemotretan secara cepat dan tepat dan kembali dengan cepat pula. Dalam uji pertama FADEX dilakukan uji taksi-taksi untuk menguji kekuatan landing gear, kecepatan awal, maneuver sederhana secara ground test, dan tentunya menguji enginee secara terintegrasi. Dalam hitungan desain, pesawat ini diharapkan terbang dengan kecepatan minimal 160 km/jam, dengan kemampuan membawa payload hingga 12 kg. Dengan kondisi tersebut lama terbang (endurance) awal yang bisa dilakukan adalah sekitar 1 – 1.5 jam.


Airborne RS UAV (photo : Pustekbang)

Uji terbang Airborne RS dilakukan dengan memberi beban antara 10 hingga 15 kg. Pesawat Airborne RS ditujukan untuk mampu menerbangkan muatan Centralized Polarization-Syntetic Aperture Radar (CP-SAR) dengan berat sekitar 20 kg yang merupakan muatan experiment dari Chiba University. Pesawat dengan bentang hampir 3.5 meter ini berhasil take off dengan mulus, dan menjalani uji kesetimbangan terbang baik pada posisi crusing maupun loiter beberapa kali sampai akhirnya landing dengan mulus juga, pada uji terbang berikutnya akan ditempatkan autonomous system di dalam system elektroniknya.

Skywalker UAV (photo : Pustekbang)

Pada sesi pengujian terakhir dilakukan uji terbang pesawat skywalker untuk persiapan aplikasi pemotretan kubah Gunung Merapi bulan depan. Pengujiannya meliputi pemotretan dengan sistem payload camera lengkap dengan sistem gymbalnya dan terbang selama hampir 1 jam full autonomous dengan mengikuti jalur yang telah ditentukan.

Mobile TTC System Pustekbang (photo : Pustekbang)

Banyak pengalaman yang didapat dari Uji Terbang pertama ini, dari masalah sistem navigasi arah, sistem uji coba, pemotretan sampai manajemen uji coba untuk autonomous system. Langkah awal ini cukup membuat kita yakin bahwa para engineer mampu menguasai teknologi UAV tersebut.



View the Original article

Komisi I DPR Setujui Hibah 6 Salute Gun kepada Timor Leste

on Thursday, May 17, 2012

16 Mei 2012


Meriam salute gun Paspampres (photo : Kaskus Militer)


Komisi I DPRSetujui Hibah Enam Meriam Milik TNI AD Kepada RDTL
Jakarta, DMC– Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan menyetujui rencana pemerintah dalam hal iniKementerian Pertahanan (Kemhan) untuk menghibahkan barang milik Negara berupaenam pucuk meriam Salute Gun TNI AD kepada Pemerintah Republik Demokratis TimorLeste (RDTL).
Persetujuanhibah enam meriam Salute Gun kepada pemerintah RDTL ini disampaikan KetuaKomisi I DPR, Mahfudz Siddiq, dalam forum Raker Anggota Komisi I DPR denganMenteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana TNI AgusSuhartono, Selasa (15/5) di gedung DPR, Jakarta.
Sebelumnya,pada kesempatan Forum Raker tersebut, Menhan Purnomo Yusgiantoro, menyampaikanbahwa hibah dari enam meriam salute gun tersebut dalam rangka mendukung harikemerdekaan Negara RDTL yang ke-10 yang akan dihadiri banyak tamu negara asing.Selain itu kegiatan hibah ini juga memiliki arti penting dalam menjaga hubunganBilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Timor Leste.
Lebih lanjutMenhan menjelaskan, TNI AD sebelumnya memiliki 18 pucuk meriam salut gunKaliber 75 MM, yang berada di Batalion Armed VII di Bekasi. Ditambahkan MenhanPemerintah Indonesia sebelumnya juga pernah melakukan hibah meriam salut gunkepada pemerintah Papua New Guinea (PNG) sejumlah 6 pucuk. Untuk itu,diungkapkan Menhan, dengan dihibahkannya kembali 6 pucuk meriam salut gunkepada pemerintah Timor Leste, maka TNI hingga kini memiliki 6 pucuk.
Sehubungandengan hal tersebut, Menhan menuturkan pemerintah memiliki rencana untukmengadakan kembali 12 pucuk meriam untuk jenis sama, yang mana rencananya initelah dimasukan dalam anggaran penghematan APBN-P dan optimalisasi untuk tahun2012.
Menhanmengharapkan adanya dukungan politik anggaran untuk merealisasikan targetpemerintah dalam pencapaian modernisasi untuk mengganti 12 pucuk Meriam SaluteGun yang telah dihibahkan kepada dua negara tetangga tersebut.

Turut hadirdalam Raker tersebut, perwakilan dari pemerintah, Wamenhan, SjafrieSjamsoeddin, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Soeparno, Wakasad Letjen TNIBudiman, S.IP, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, YuriThamrin, dan  Sekjen Kemhan, Marsdya TNIEris Herryanto.



View the Original article

Tim Ahli untuk Menganalisis Nakhoda Ragam Class Akan Dibentuk

on

04 Mei 2012

Nakhoda Ragam class korvet dibandingkan dengan korvet lainnya di kawasan (all photos : Juldas-Thaifighterclub)
Beli Kapal Bekas Brunei, TNI Kembali Tuai Kritik
Rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista)baru untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali dikritik oleh Komisi I DPR.
Belum surut kontroversi soal pembelian tank Leopard bekasdari Belanda, kini DPR mengkritik rencana pemerintah untuk memborong tiga buahkapal Light Fregat eks Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam seharga 301juta Euro.
"Ini patut dipertanyakan," kata Wakil Ketua KomisiI DPR, Tubagus Hasanuddin di Jakarta, Selasa (2/5).
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, jenis kapal yangakan dibeli tersebut merupakan produk Inggris yang dipesan Kesultanan Brunei tujuhtahun lalu.
Armada kapal itu dilego ke Indonesiasetelah kapal tersebut selesai dibangun tiba-tiba Brunei Darussalammembatalkannya karena spesifikasi teknisnya tidak sesuai permintaan AngkatanLaut Kesultanan Brunei.
Hal itupun dibawa ke Pengadilan Arbitrase Internasional.Setelah lewat arbritase internasional, Brunei Darussalam dinyatakan kalah danmereka tetap harus membayar produsen di Inggris.
Tubagus melanjutkan, kemudian pihak Bruneimembarter kapal-kapal tersebut dan diserahkan ke galangan Lursen Jerman untukdijual. Kesultanan Brunei  lalu membeli kapal baru jenis Ocean PatrolVessel (OPV).
"Pertanyaannya mengapa kapal yang gagal tidak memenuhistandar spesifikasi teknis harus kita beli? Jangan-jangan ketika sudah dibeli malah tak bisa dipakai,"kata dia.
Politikus PDI Perjuangan itu menambahkan tiga kapal perangitu memang relatif murah dari sisi harga. Namun justru hal itu seharusnyadiperjelas.

"Komisi I DPR akan meminta tim ahli untuk menganalisisketiga kapal tersebut agar setelah dibeli mampu memberikan penguatan optimalpada sistim persenjataan TNI AL," tutur dia.



View the Original article

Kabinet Belanda Tetap Ingin Menjual Tank Leopard 2 ke Indonesia

on

08 Mei 2012

Di Belanda berlaku aturan bahwa transaksi alusista senilaidi atas 2 juta euro harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dariparlemen, dengan demikian kabinet harus mendapatkan persetujuan parlementerlebih dahulu untuk transaksi penjualan Leopard dengan Indonesia senilai 213juta dollar ini (photo : cssbl)

Transaksi Jual Beli Leopard Nyaris Tuntas

Dua media Belanda, Mediawatch dan harian De Volkskrantmenyorot keputusan kabinet demisioner untuk menjual tank bekas jenis Leopard keIndonesia.Demikian menurut beberapa sumber dari kalangan pemerintah Belanda pada harianDe Volkskrant, yang juga menjadi rujukan Mediawatch.

Menurut Mediawatch, kabinet Belanda pada awalnya tidakmendukung transaksi ini. Tapi atas desakan Menteri Pertahanan Hans Hillen,akhirnya setuju juga. Menteri ini harus melakukan operasi penghematan anggarandan sangat membutuhkan dana hasil penjualan senilai 200 juta euro.

Menurut De Volkskrant, operasi penghematan di departemenpertahanan memangkas anggaran sekitar satu miliar euro.

Selanjutnya De Volkskrant menambahkan bahwa Menteri LuarNegeri Uri Rosenthal mendukung transaksi ini. Argumennya, tidak inginmenyinggung perasaan kalangan pemerintahan di Jakarta. Dengan demikian, transaksi jual beliini, dari sudut pandang kalangan pemerintahan, bisa dikatakan nyaris tuntas.
Namun, lain di kabinet, lain pula di parlemen. KabinetBelanda harus melaporkan rencana jual beli ini pada parlemen.
Beberapa waktu lalu, melalui dukungan pada mosi Arjan alFassed, dari partai Groenlinks (Kiri Hijau), mayoritas suara di parlemen Belandajuga menentang penjualan ini. Mereka menilai, transaksi ini bertentangan dengankebijakan hak azasi manusia Belanda.
"Militer Indonesia melanggar hak azasimanusia. Dengan penjualan senjata ini, kabinet demisioner membantu pelanggarantersebut," demikian Arjan al Fassed pada saat pengajuan mosi.
Alhasil, masih ada kemungkinan, parlemen Belanda akanmelarang transaksi jual beli ini. Di Indonesia sendiri, demikian lanjut DeVolkskrant, berbagai kalangan di DPR telah menyatakan tidak menyetujuipembelian senjata berat ini. Mereka menilai tank Leopard tidak cocok dengankondisi geografi Indonesia.
Singkat kata, meskipun kabinet Belanda telah memutuskanbersedia menjual senjata berat ini pada Indonesia, masih belum pasti,apakah transaksi ini memang akan terjadi. Yang jelas, jika rencana ini batal,Jerman dan Rusia sudah siap untuk memasok tank buatan mereka pada Indonesia.Demikian Mediawatch dan De Volkskrant.


View the Original article

Wamenhan Tinjau Pesanan Kapal Tanker ke-2 di PT. DKB

on

08 Mei 2012

Kapal tanker Angkatan Laut berukuran panjang 122m akan diselesaikan dalam 24 bulan, sedangkan LST akan dimodifikasi sehingga dapat membawa tank BMP3F dan Leopard 2 (photo : DMC)

Wamenhan Meninjau Proses Pembuatan Kapal BCM di Dok danPerkapalan Kodja Bahari

Jakarta, DMC - Sehari setelah melakukan kunjungan kerja kePT Anugrah Buana Marine untuk mengetahui sejauh mana proses pembuatan kapalBantu Cair Minyak (BCM) Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin didampingi IrjenKemhan  Laksdya TNI Sumartono,Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Pejabat Mabes TNI dan Angkatan,Selasa (8/5), Mengunjungi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, yang jugasedang  mengerjakan pembuatan kapal BantuCair Minyak  kedua untuk TNI AL.
Setibanya di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Wamenhanbeserta rombongan disambut  oleh WakasalLaksdya TNI Marsetio dan Dirut PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Riri SyeriedJetta beserta staf langsung menyaksikan proses pengerjaan pemotongan baja sebagaimaterial kapal BCM.
Usai melakukan kunjungan ke Galangan kapal II, Wamenhanmenuju Aula PT.  Dok dan Perkapalan KodjaBahari menerima penjelasan seputar proses penyelesaian pembuatan satu kapal BCMyang menggunakan material 100% local content dan direncanakan di bangun selama24 bulan.

Kapal Landing Ship Tank

Selain mendapat penjelasan tentang pembuatan kapal BCM,Wamenhan juga mendapat penjelasan tentang rencana pembuatan dua kapal jenisLanding Ship Tank (LST) yang sudah ditandatangani kontraknya, namun masih dalamtahap rancang bangun, karena design awal kapal Landing Ship Tank dengan 354 ABKhanya dapat mengangkut kendaraan Tempur (Ranpur) jenis Tank BMP 3F, yangdimodifikasi menjadi kapal Landing Ship Tank yang juga dapat mengangkut tankjenis Leopard.
Sementara itu untuk jenis kapal BCM itu sendiri, memilikispesifikasi panjang 122,40 m , lebar 16,50 m, memiliki kecepatan maksimal 18knots dan dapat memuat bahan minyak cair sebanyak 5500 m3.

Adapun modifikasi ataupun perubahan-perubahan yang dilakukandalam pembuatan kapal, Wamenhan mengharapkan proses pembangunannya sesuaidengan target yang telah ditetapkan atau tidak melewati batas waktu tahun 2014.



View the Original article

Walau Ditolak, Menhan Ngotot Beli Kapal Perang Asal Inggris

on

09 Mei 2012

Dalam MEF yang dituangkan dalam Renbangkuat TNI AL 2024, dibutuhkan 40 kapal perusak kawal rudal (korvet, fregat, destroyer), saat ini baru dimiliki 14 kapal (3 Fatahilah class, 1 KHD, 6 Ahmad Yani class, dan 4 Diponegoro class), masih diperlukan lagi 26 kapal lagi untuk waktu 12 tahun (photo : boakesy53)

[SURABAYA]Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, DPR RI dan TNI Angkatan Laut(AL) saat ini sedang meninjau proses pembuatan kapal tempur jenis Multi RoleLight Frigate (MRLF) yang ditolak DPR RI.
Ada apa sih,pemerintah ngotot membeli kapal dari luar negeri, sementara bangsa sendirisudah bisa memproduksi kapal perang sendiri?
"TNI ALmemang meminta pembelian kapal Frigate itu, karena kapal itu modern sekali,bisa untuk serangan bawah air, serangan permukaan air, dan seranganudara," katanya setelah meresmikan Gedung "Technopark" UPNVeteran Jatim di Surabaya, Rabu (9/5).
DidampingiRektor UPN Veteran Jatim Prof Dr Ir Teguh Soedarto MP, ia mengemukakan hal itumenanggapi penolakan Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga unit kapal tempurjenis MRLF yang dibuat perusahaan di Inggris itu, karena kapal itu sudahditolak oleh Brunei dan Vietnam.
MenurutMenhan, penolakan suatu negara untuk tidak jadi membeli suatu alutsista itumemiliki alasan tersendiri, dan alasan penolakan negara itu belum tentu menjadialasan negara lain untuk tidak jadi membeli juga.
"AlasanBrunei tidak jadi membeli itu internal mereka, dan alasan itu belum tentu samadengan alasan negara lain, karena itu sekarang ada tim dari DPR RI dan TNI ALyang meninjau langsung proses pembuatan kapal itu," tukasnya.
Bahkan,katanya, bila kapal frigate itu sudah dibeli pun,  tetap harus melalui mekanisme pengawasan danpengendalian yang ketat. "Jadi, kita tidak hanya membeli, tapi di sisilain akan ada tim yang melakukan pengawasan dan pengendalian itu,"tuturnya.
Sebelumnya,Pemerintah Brunei mencium ada aroma penggelembungan anggaran dalam pengadaankapal itu dan spesifikasi juga diturunkan, sehingga Sultan Brunei tidak maumembayar, namun perusahaan Inggris BAE akhirnya memperkarakan Brunei keArbitrase Internasional pada 2007, sehingga Brunei pun terpaksa membayar.
Menanggapiprotes DPR itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan,TNI AL memang memerlukan tambahan armada untuk menjaga wilayah perbatasan lautIndonesia.

"Soalmasalah teknis yang dialami oleh kapal perang ini, silakan DPR menyiapkan timteknis untuk mengetes kapal tersebut. Kata orang kalau tidak percaya silakandicoba. Apa benar miring atau tidak," ujarnya dalam rapat kerja denganKomisi DPR RI pada beberapa waktu lalu. [Ant/L-8]



View the Original article

Indonesia - Rusia Teken Kontrak Pembelian 37 Tank Amfibi

on

11 Mei 2012

Pembelian ini merupakan l

anjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukan pembelian sebanyak 17 unit, dengan demikian jumlah total menjadi 54 unit (photo : citra persada)
KementerianPertahanan (Kemhan) dan perwakilan JSC Rosoboronexport di Indonesiamenandatangani kontrak pembelian 37 unit kendaraan tempur infanteri BMP-3F Seri2 senilai 114 juta dollar Amerika, Jumat.
Penandatanganankontrak ini diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNIEdiwan Prabowo dan Kepala Perwakilan Rosoboronexport, Vadim Varaksin.
“Pengadaantank amfibi BMP 3F ini adalah lanjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukansebanyak 17 unit. Khususnya, pengadaaan kali ini adalah untuk meningkatkan kemampuanteknologi,” ujar Ediwan.
Ke-17 unittank BMP-3F Seri 2 itu sudah dioperasikan oleh Korps Marinir TNI AL sejakDesember 2010 dan dari segi teknologi, kendaraan tempur lapis baja ini dianggapsesuai dengan kebutuhan pertempuran asimetris.
“Kami berharapsemua pengadaan peralatan ini dapat memebuhi kebutuhan TNI AL,” tambah Edwin.
Ediwanmengatakan bahwa pembelian ini menggunakan dana dari APBN 2011 dan kontrakmencakup pengadaan suku cadang dan pelatihan. Penandatangan kontrak ini jugamelibatkan PT. Pindad yang  bertugasmerawat tank-tank amfibi ini.
MenurutVaraksin, perundingan untuk pembelian itu sudah dimulai sejak Oktober tahunlalu dan berlangsung alot, namun pada akhirnya bisa dicapai kesepakatan yangbaik untuk kedua belah  pihak.
Varaksinmenambahkan sebagai pihak penjual, Rosoboronexport bangga bisa memenuhikebutuhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk kebutuhan TNI AD danTNI AL baik dari segi jumlah  kendaraanatau amunisi.
“Pengirimantank amfibi itu akan dimulai pada bulan Juli tahun depan,”  ujar Varaksin, sambil menambahkan bahwakontrak pengadaan kali ini tergolong istimewa.

“Kontrak inisudah mengandung komponen transfer teknologi. Itu hal yang  sangat baik dan ini meletakkan dasar untukhubungan kita ke depan,”  ujar Varaksin.



View the Original article