Anggaran TNI Fokus Alutsista

on Monday, January 30, 2012

29 Januari 2012

Rancangan Kapal Cepat Rudal 60 meter (image : incoherrent)

JAKARTA– Penambahan anggaran yang diterima TNI Angkatan Udara pada 2012 akan difokuskan untuk pengadaan dan peningkatan kemampuan alat utama sistem senjata (alutsista) sesuai program kekuatan pokok minimum (MEF).

Angkatan Udara

Tahun ini TNI AU yang mendapat dana total sekitar Rp8,010 triliun akan mendapat tambahan beberapa pesawat tempur, angkut, maupun pesawat tanpa awak. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, dalam rapat pimpinan TNIAngkatan Udara telah ditetapkan beberapa sasaran untuk 2012, di antaranya percepatan pengadaan alutsista dan peningkatan kesiapan pesawat.

“Untuk peningkatan kemampuan, kebutuhan jam terbang pesawat 2012 adalah 60.061 jam dan 18 jam per hari untuk radar,”katanya kemarin. Sejauh ini ada beberapa program pengadaan pesawat yang sudah mulai berjalan dan tinggal menunggu kedatangan. Diantaranya 16pesawattempur ringan Super Tucano dari Brasil, 6 pesawat tempur Sukhoi asal Rusia, 24 unit F16 Fighting Falcon hibah dari Amerika Serikat, dan 4 pesawat angkut Hercules hibah dari Australia.

TNI Angkatan Udara juga membeli pesawat tempur latih dari Korea Selatan yakni T-50 Golden Eagle serta program bersama pembuatan pesawat tempur antiradar KFX/IFX. Pesawat- pesawat itu akan tiba di Indonesia secara bertahap dimulai pada tahun ini hingga 2024. Terkait pesawat Hercules hibah dari Australia,KSAU menuturkan, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke Australia dan diketahui kondisinya masih baik.

“Ini hibah murni yang sudah disetujui Australia dan Amerika Serikat selaku produsen,”sebut dia. Tahun ini juga akan diluncurkan skuadron UAV atau pesawat tanpa awak di Lanud Supadio, Kalimantan Barat. Penempatan skuadron UAV itu melengkapi skuadron pesawat tempur Hawk 100/200 di sana.

Untuk memperluas jangkauan radar di Indonesia timur, akan dibentuk Satuan Radar 246 di Timika. Radar ini akan saling overlapping dengan jangkauan dua radar yang diresmikan November tahun lalu,yakni Satrad 245 Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Satrad 241 Buraen di Kupang.

KSAU menegaskan, setiap instansi yang terkait dengan program pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AU harus betulbetul merencanakan dan melaksanakan program sesuai prosedur dan tataran kewenangannya. Dengan demikian,program yang dilaksanakan akan berjalan lancar dan tidak menjadi permasalahan.“

Anggaran yang diberikan oleh negara kepada TNI AU berasal dari rakyat dan diawasi oleh rakyat sehingga harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dengan anggaran tersebut,”pesannya. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menuturkan, jangkauan radar sekarang ini belum mampu mencakup seluruh wilayah Indonesia sehingga hal ini masih harus terus ditingkatkan. Sejauh ini baru sekitar 2/3 wilayah yang mampu di-cover radar.


Angkatan Darat


TNI Angkatan Darat yang total mendapat anggaran sekitar Rp30,297 triliun pada 2012 berencana untuk menambah sejumlah alutsista sesuai kebutuhan.“ Kami mem-breakdown apa saja yang dibutuhkan dan hasilnya kita ingin membeli main battle tank (MBT),MLRS, rudal antipesawat,maupun meriam,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.


Angkatan Laut


TNI Angkatan Laut yang mendapat alokasi sekitar Rp9,024 triliun juga menambah sederet kapal perang, kapal angkut, maupun helikopter. “Kita sudah memesan Kapal Cepat Rudal 60 meter, kapal tanker, juga helikopter Nbell. Kita sudah mulai persiapan untuk produksi kapal selam,” ungkap Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) LaksamanaTNI Soeparno.

(Seputar Indonesia)



View the Original article

Radar Pantai Menuju Komersial

on Saturday, January 28, 2012

24 Januari 2012


Radar pengawas pantai Isra jenis mobile (photo : Audrey)

Januari 2012, lisensi produksi massal radar pantai buatan Indonesia pertama sudah berumur satu tahun. Tantangan bagi PT Inti (Persero), yang menerima lisensi itu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, makin besar untuk memasarkan inovasi teknologi deteksi pantai dan kelautan ini.

Radar pantai buatan sendiri ini sangat kompetitif, dibandingkan radar impor,” kata Kepala Bidang Telekomunikasi pada Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) Mashury Wahab, Kamis (5/1), ketika dihubungi di Bandung, Jawa Barat.

Mashury memulai riset pengembangan radar pantai yang diberi nama Isra (Indonesian Sea Radar) sejak tahun 2006. Pada Januari 2011, LIPI memberikan lisensi untuk diproduksi massal oleh PT Inti.

Kepala LIPI Lukman Hakim, pada kegiatan LIPI Expo 2011 bulan November lalu di Jakarta, menyatakan, tidak mudah untuk meyakinkan penggunaan radar pantai produksi dalam negeri ini. Hingga saat itu, belum ada pembelian radar pantai tersebut.

Mashury mengatakan, prototipe radar Isra dibuat sebanyak tiga buah. Dua radar didirikan secara permanen di Pantai Anyer dan Merak. Tujuannya untuk memantau pergerakan dan arus kapal di Selat Sunda.

”Satu prototipe lain dibuat transportable di atas truk. Radar ini bisa dipindah-pindahkan,” kata Mashury.

Penempatan radar pada ketinggian tertentu sangat menentukan jangkauan pemantauan. Pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut, radar Isra bisa untuk memantau wilayah dengan radius 33 kilometer.

Maksimum jangkauan pemantauan radar Isra diperkirakan mencapai 64 kilometer dengan penempatan pada ketinggian sekitar 200 meter. Untuk menyiasati pembuatan menara tinggi yang mahal, penempatan radar dapat dilakukan di puncak-puncak bukit di tepi pantai.

Penyelundupan

Mashury mengatakan, radar pantai sebetulnya banyak dibutuhkan di sejumlah wilayah perairan Indonesia. Radar ini banyak diperlukan untuk mendeteksi penyelundupan atau transaksi ilegal yang merugikan negara.

”Dengan radar ini dapat dipantau transaksi ilegal di atas kapal yang berusaha menghindari proses pajak,” kata Mashury.

Pendeteksian transaksi ilegal di kapal melalui radar dapat ditengarai, misalnya dari pemantauan kapal yang berimpitan. Dua kapal berimpitan yang terpantau di radar dapat diduga melakukan alih muat barang secara ilegal.

”Transaksi ilegal seperti ini banyak terjadi untuk komoditas perikanan hasil tangkapan nelayan kecil,” kata Mashury.

Kapal besar penangkap ikan dapat membeli secara langsung ikan-ikan hasil tangkapan kapal nelayan di atas laut. Dikhawatirkan, transaksi ilegal ini melibatkan kapal-kapal besar milik asing yang sengaja membeli ikan hasil tangkapan nelayan Indonesia secara ilegal.

”Wilayah transaksi perikanan secara ilegal itu mungkin bisa dilakukan di sekitar perbatasan sehingga tidak melanggar hukum. Tetapi, transaksi di atas kapal seperti itu merugikan negara dan selama ini masih sulit dipantau,” kata Mashury.

Menurut Kepala LIPI Lukman Hakim, untuk seluruh wilayah perairan Indonesia, diperkirakan butuh 600 radar pantai. Potensi ini sekaligus menjadi peluang pemasaran radar Isra buatan LIPI. Namun, sejauh ini masih ada kendala persaingan dengan produk impor.

”Para pengusaha yang mendatangkan radar pantai produk impor sekarang juga berupaya supaya produk yang mereka jual bisa kompetitif,” kata Lukman.

Keunggulan

Mashury menjelaskan, radar Isra menggunakan metode frekuensi terus-menerus untuk memancarkan sinyal pemantauan, atau dikenal sebagai Frequency-Modulated Continuous Wave (FMCW). Daya pancar radar Isra rendah, yaitu 1 watt.

”Pengoperasian radar dengan daya pancar rendah ini tidak mengganggu sistem operasional radar lain,” kata Mashury.

Sistem operasional radar lain yang dimaksud misalnya milik otoritas pelabuhan atau kesatuan militer. Keunggulan dengan daya pancar yang rendah memungkinkan pengoperasiannya tidak terdeteksi oleh radar scanner (pendeteksi keberadaan radar).

Keunggulan tersebut menguntungkan untuk berbagai aktivitas atau pengusutan kasus ilegal. Keberadaan radar yang tidak terdeteksi dapat lebih optimal mengungkap berbagai pelanggaran.

Frekuensi kerja radar Isra pada pita X-Band 9,4 gigahertz (GHz) dengan dua antena pemancar dan penerima yang bekerja bersamaan. Untuk meningkatkan jangkauan, selain mengatur peningkatan ketinggian penempatan radar, juga dapat dilakukan dengan peningkatan daya pancar sampai 10 watt.

Radar Isra juga memiliki kemampuan Doppler, yaitu kemampuan untuk mendeteksi benda bergerak, seperti kapal-kapal yang melintasi area perbatasan secara lebih akurat.

Ada pula sistem penelusuran target (target tracking) sesuai Automatic Radar Plotting Aids (ARPA) yang ditetapkan Organisasi Maritim Internasional (IMO). Hasil pemantauannya dapat diintegrasikan ke dalam jaringan radar untuk memperluas area pemantauan.

”Saya tidak kompeten untuk menyebutkan harga komersial radar Isra. Yang jelas, kemampuannya sama dengan produk impor dan harganya sangat kompetitif,” kata Mashury.

Lebih penting lagi, sudah saatnya pemerintah dan masyarakat meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.




View the Original article

KSAU Sampaikan Program Kerja TNI AU 2012

on

27 Januari 2012

Tahun 2012 beberapa Lanud akan naik peringkat (photo : Harian Equator)


TNI AU Prioritaskan Kesiapan Operasional


Kesiapan operasional TNI Angkatan Udara difokuskan pada tercapainya kemampuan operasional secara terpadu dari satuan-satuan TNI Angkatan Udara, dengan demikian kesiapan operasional dan tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) TNI Angkatan Udara dapat tercapai dan diandalkan.

Demikian dikatakan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., pada pembukaan Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2012 di AAU, Yogyakarta, Kamis. (26/1).

Rapim TNI AU merupakan tindak lanjut dari Rapim TNI yang baru saja dilaksanakan dan sebagai upaya untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara, sehingga lebih memantapkan peran pengabdian sesuai bidangnya serta kepadulian Angkatan Udara terhadap agenda nasional beserta dinamikanya.

Adapun sasaran kebijakan TNI AU tahun 2012 adalah tercapainya right sizing organisasi, terbentuknya Satrad 246 Timika, Skadron UAV di Lanud Supadio dan peningkatan dari Lanud tipe B ke tipe A (Supadio dan Pekanbaru), peningkatan Lanud tipe C ke tipe B (El Tari Kupang, Patimura Ambon, Manuhua Biak, Ngurah Rai Bali), tipe D ke tipe C (Lanud Morotai), pembentukan Sathar 14, Depohar 10 dan perubahan nama lanud.

Selain itu terwujudnya implementasi kerjasama dengan Negara sahabat di bidang pendidikan dan latihan operasi, sinkronisasi kerjasama industri dalam negeri, percepatan pengadaan alutsista dan peningkatan kesiapan pesawat, inovasi teknologi litbang, tertib perencanaan dan pengelolaan anggaran serta mewujudkan clean and good governance.

Sedangkan untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Dari rencana tersebut tahun anggaran 2012 kebutuhan jam terbang sebanyak 60.061 jam digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, latihan awak pesawat, operasi, pendidikan dan kegiatan lainnya. Sedangkan radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam perhari.

Pada kesempatan tersebut Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., memberikan penghargaan kepada Depohar 20 yang diterma oleh Komandan Depohar 20 Kolonel Lek. Hadi Suwito atas inovasinya dalam test bench, perbaikan spare part, perakitan komponen berupa : perbaikan Battery Taxan Scopern, Inu Battery, Fich Battery, test Set Control VHF Comm, Multi HIS Test Set, Fiul Flan Amplifier, Mock Up Tecen Attitud Indicator Test set dan Multi Control Navigator Test set.

(TNI AU)



View the Original article

Rencana Pembelian Tank Leopard Mungkin Berubah

on

27 Januari 2012


Tank Leopard 2 dirancang untuk mampu menyeberangi sungai (photo : Bundeswehr)

Jakarta, PelitaOnline -- PANGLIMA TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan, rencana pembelian Tank Leopard masih belum final. Menurutnya, masih ada opsi selain pembelian 100 tank bekas asal Belanda tersebut.

Seperti diketahui, Pemerintah RI sudah melakukan negosiasi dan membentuk tim dalam upaya pengadaan sekaligus penguatan alat utama sistem senjata NKRI.

"Tank itu belum final, kemungkinan masih ada opsi lain," kata Agus saat rehat Kapat Kerja dengan Komisi I DPR RI, Selasa (24/1).

Sementara, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui bahwa DPR terkesan masih belum begitu yakin dengan kemampuan tank tersebut.

Kendati demikian, Purnomo berjanji akan menjawab keraguan DPR terhadap kemampuan tank buatan Jerman itu dan kecocokannya dengan medan di wilayah NKRI.

"Nanti saya jelaskan bagaimana sebenarnya tank itu," kata Purnomo, seolah hendak meyakinkan.


Baca Juga :

Wamenhan: Jika Belanda Tak Mau Jual Leopard, Masih Ada Jerman

25 Januari 2011


Jurnas.com WAKIL Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan tidak khawatir dengan penolakan parlemen Belanda atas penjualan tank Leopard ke Indonesia. Menurutnya, jika memang Belanda tidak mau menjual, sudah ada negara lain yang juga menawarkan pada Indonesia. “Jerman sebagai negara produsen juga menawarkan pada Indonesia,” kata Sjafrie usai meninjau kesiapan produksi perdana PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (25/1).

Dikatakan Sjafrie, tawaran Belanda adalah tank bekas yang jika jadi dibeli oleh Indonesia akan diupgrade kemampuannya. Sedangkan Leopard yang ditawarkan Jerman adalah refurbishment, “Jadi bukan bekas, karena sudah ditingkatkan lebih dulu kemampuannya,” jelasnya.

Namun begitu, Sjafrie menegaskan Indonesia akan lebih diuntungkan dengan membeli pada Belanda. Dengan dana US$280 juta, Indonesia akan mendapat 100 unit tank Leopard. “Kalau di tempat lain tidak bisa. Dana itu kami alokasikan untuk 44 tank, tapi bisa mendapat 100 unit,” imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan penolakan yang muncul dari kalangan parlemen Belanda bukanlah sikap resmi parlemen maunpun Pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda sendiri telah mendesak kepastian Indonesia dalam membeli tank mereka.

Purnomo juga mengatakan, kebutuhan Indonesia sebenarnya pada main battle tank(MBT), bukan pada Leopard. Bisa saja MBT yang dibeli Indonesia bukan jenis Leopard. Sementara itu Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menyatakan, Jerman yang juga menawarkan Leopard-nya akan segera melakukan pertemuan dengan Indonesia.




View the Original article

Pesanan 34 Tank BMP-3F akan Direalisasikan Tahun 2012

on Friday, January 27, 2012

25 Januari 2012

Tank BMP-3F marinir TNI AL (photo : Menkav-1)


Pengembangan Armada RI Selesai 2014


JAKARTA - Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Soeparno mengatakan pengembangan Armada RI menjadi tiga Komando Wilayah Laut diharapkan selesai pada 2014. Pengembangan akan berjalan sesuai tahapan skala prioritas yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AL hingga 2024.

"Masih dikaji dan jika perlu pengembangan Armada RI juga sejalan dengan pengembangan organisasi di TNI AU dan TNI AD sehingga kita bersama-sama," kata Kasal ketika dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (24/1).

Ditemui seusai membuka Rapat Pimpinan TNI AL 2012, Soeparno mengatakan pengembangan Armada RI menjadi tiga komando wilayah didasarkan pada luas wilayah perairan nasional yang cukup luas dan kondisi lingkungan strategis yang tengah berkembang.

Selain itu, tambah Kasal, pengembangan komando wilayah laut dari saat ini dua komando, Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan Komando RI Kawasan Timur (Koarmatim) menjadi tiga komando wilayah laut merupakan penjabaran dari renstra TNI AL hingga 2024 untuk mewujudkan TNI AL yang besar, kuat, dan profesional.

Terkait pergeseran fokus kekuatan Amerika Serikat ke Asia Pasifik, salah satunya dengan penempatan pasukan Marinirnya di Darwin yang berdampak meningkatnya pelayaran kapal-kapal militer asing, terutama melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia II dan III, Kasal menilai masih bisa diantisipasi dengan pengamanan oleh Koarmabar dan Koarmatim.

"Kekuatan di dua komando armada yang telah ada itu kan bisa dimobilisasi, sesuai kebutuhan. Dengan tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Forces/MEF), maka semua bisa dikoordinasikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat ancaman yang dihadapi dan perkembangan lingkungan strategis yang ada," kata Kasal menambahkan.

Tetapi, lanjut Soeparno, pihaknya berharap pengembangan armada tersebut dapat diselesaikan pada 2014. Direncanakan, Komando Wilayah Laut Barat akan berkedudukan di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Komando Wilayah Tengah di Makassar (Sulawesi Selatan), dan Komando Wilayah Laut Timur berpusat di Sorong, Papua.

Dalam Rapat Pimpinan TNI AL 2012, dibahas beberapa agenda utama, yakni pengadaan alat utama sistem persenjataan, pembinaan personel, kesejahteraan prajurit, dan reformasi birokrasi.

Sebelumnya, Kasal mengatakan Korps Marinir akan memiliki divisi baru, yakni Divisi III Sorong, Papua, pada tahun 2012 untuk melengkapi Divisi I (Pasmar-1) di Surabaya dan Divisi II (Pasmar-2) di Jakarta. "Embrionya sudah lama ada di Sorong, yakni satu batalyon di Papua, tapi nantinya akan ditingkatkan menjadi brigade dan akhirnya divisi," katanya.

Dengan begitu, pengamanan kawasan perbatasan Indonesia dan negara lain tidak akan ditambah karena sudah dianggap cukup. Apalagi Marinir memang bukan untuk pengamanan perbatasan laut. Selain itu, Korps Marinir juga akan menambah tank BMP-3 F sebanyak 54 unit tank dengan 34 tank baru akan direalisasikan pada tahun 2012, sedangkan sisanya menyusul.

"Ke-54 tank baru itu akan ditempatkan di wilayah barat dan timur dengan sebagian tank merupakan produksi dalam negeri. Yang jelas, kalau alat tempur kita bisa dibuat di dalam negeri, ya kita beli di sini," ujarnya. nsf/Ant/P-3

(Koran Jakarta)



View the Original article

Pabrik Amonium Nitrat di Bontang Siap Berproduksi

on

25 Januari 2012

Pabrik Amonium Nitrat PT KNI di Bontang, Kalimantan Timur (photo : Bisnis Indonesia)

Indonesia Butuh 700 Ribu Ton Amonium Nitrat untuk Buat Peledak

BONTANG--MICOM: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan Indonesia membutuhkan sekitar 700 ribu ton amonium nitrat per tahun baik untuk bahan peledak komersial maupun militer.

"Namun, kapasitas produksi yang kita miliki masih belum mencukupi," kata Sjafrie saat meninjau kesiapan produksi perdana PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (25/1).

Sjafrie mengatakan kehadiran KNI sebagai salah satu industri bahan peledak diharapkan dapat menjadi alternatif bagi penambahan kapasitas produksi yang belum dapat dipenuhi saat ini.

Sebelumnya, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Pos M Hutabarat mengatakan, selain perijinan sembilan perusahaan itu sudah mendekati selesai, maka evaluasi difokuskan pada konsistensi mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Selama ini, dari kebutuhan dalam negeri sekitar 450 ribu ton per tahun baru dapat dipenuhi sekitar 40 hingga 60 ribu ton oleh badan usaha bahan peledak dalam negeri," papar Pos Hutabarat.

Padahal, lanjut Pos Hutabarat, bahan baku bahan peledak berupa amonium nitrat di dalam negeri cukup melimpah.

"Hanya campurannya saja yang masih impor. Namun, kondisi saat ini baik bahan baku maupun bahan campurannya kebanyakan masih impor. Padahal, kita ingin Indonesia bisa memproduksi bahan peledak utamanya untuk pasar dalam negeri baik untuk kepentingan militer maupun komersial," ujarnya. (Ant/OL-04)

(Media Indonesia)



View the Original article

DSME Completing the Upgrade Projects of Indonesian Navy Submarine

on Thursday, January 26, 2012

(BUSINESS WIRE) - - Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (http://www.dsme.co.kr/) has successfully completed the upgrade Indonesian Navy submarines.

Submission of KRI Nanggala by DSME attended by naval officers and 20 crew of the submarine's 1400 tonnes of Indonesia.

KRI Nanggala in length 59.5m, width 7.3m, displacement while diving of 1420 tons and 1285 tons of submerged. Maximum speed of 21.5 knots (39.8km per hour) at underwater operation, and speeds of 11 knots (about 20.4km per hour) while afloat.

For this second submarine project, a bid to be awarded to Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering in last April 2009. The first performance improvement project of Indonesian Navy Type 209 submarine was awarded in the 2003. after the second submarine project.

DSME in doing a second submarine upgrade work began in December 2009, takes about 25 months with an increased capability of combat systems, radar, sonar and other major equipment replaced by the new cuts, and hull-mounted equipment to disassemble, repair such a great work of improvement performance has been shown.

The successful of upgrades project, especially in two Type 209 submarines have been triggered Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering can get a high confidence of the Indonesian government, and last year led to the Republic of Korea can export submarines for the first time.

DSME first get an order to upgrade Indonesia's first submarine in 2006, followed by a second submarine upgrades. Last year, Indonesia gave the job of making the three submarines, which puts DSME of the world lay submarine positioned in the market.



View the Original article

DPR Setujui Pengadaan MBT

on

25 Januari 2012


Tank Leopard diangkut dengan pesawat C-17 (photo : DefenseIndustryDaily)

Tank Leopard Bekas Belanda Ditolak, DPR Setujui MBT

Jurnas.com MESKIPUN menolak pengadaan tank bekas Pemerintah Belanda jenis Leopard 2A6, DPR menegaskan menyetujui pengadaan main battle tank (MBT). DPR dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan serta TNI akan memperdalam kajian terhadap kebutuhan MBT ini.

"Untuk pengadaan MBT kami setuju. Tapi untuk detailnya perlu pembahasan. Kami senang ada dialog, karena mereka sebelumnya tidak terbuka dan kesannya sudah pasti akan membeli Leopard,” kata wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin usai raker Komisi I dengan Kementerian Pertahanan dan TNI di Jakarta, Selasa (24/1).

Dia menuturkan, penolakan DPR terhadap rencana pembelian tank Leopard bukan hanya atas pertimbangan kecocokan dengan wilayah geografis Indonesia, tapi juga pertimbangan rencana strategis (renstra), anggaran, dan ancaman.

Dalam raker tersebut terungkap kebutuhan TNI adalah pada MBT, bukan pada Leopard. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan, MBT yang dibeli tidak harus Leopard asal memenuhi spesifikasi kebutuhan TNI sebagai pengguna. “Kami akan memperdalam semua aspek, karena jumlah uang belum disepakati dan TNI sendiri ternyata belum memutuskan pembelian Leopard,” imbuh Tubagus.




View the Original article

Sebagian Besar Anggaran untuk Beli Alutsista dari Luar Negeri

on


Jakarta, Kompas - Anggaran Kementerian Pertahanan tahun 2012 untuk pemberdayaan industri pertahanan hanya 2,9 persen dari total belanja. Hal ini menimbulkan pertanyaan karena selama ini pemerintah mendengung-dengungkan kebijakannya untuk membangun industri pertahanan dalam negeri.


Anggota Komisi I DPR, Enggar T Lukito, mengatakan, total pinjaman luar dan dalam negeri mencapai Rp 54,7 triliun. Namun, industri pertahanan dalam negeri hanya mendapat alokasi sebesar Rp 1,62 triliun.


"Sebagian besar untuk membeli alat utama sistem persenjataan dari luar negeri. Padahal, katanya ingin memberdayakan industri dalam negeri," kata Enggar dalam rapat kerja antara Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Komisi I DPR, Selasa (24/1), di Kompleks Parlemen di Jakarta.


Ia menyayangkan hal itu karena akan menimbulkan defisit transaksi secara umum. Dia mencontohkan, hingga 2011, neraca perdagangan dengan Korea masih positif. Namun, mulai 2012, neraca perdagangan jadi sangat negatif. "Akan berbahaya kalau neraca pembayaran tergerus defisit transaksi berjalan. Plus, komitmen awal membangun industri pertahanan, kan, karena memberikan multiplier effect," kata Enggar.


Tri Tamtomo juga mempertanyakan hal serupa. Dia mengatakan, adalah kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar TNI dan Polri menggunakan hasil BUMN Industri Pertahanan dalam negeri.


Helmy Fauzi mengingatkan agar Kemhan mengantisipasi berbagai kemungkinan kalau bekerja sama dengan industri pertahanan luar negeri. Pasalnya, menurut sejarah, selalu ada syarat-syarat yang bersifat politis.


Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, di dalam peningkatan kemampuan pertahanan menuju Minimum Essential Force yang dianggarkan juga ada komponen trade-off dan penggunaan konten lokal. Ia mengharapkan ada pembahasan lebih terinci dengan panitia kerja alat utama sistem persenjataan (alutsista) terkait hal ini.


Menurut dia, sejak ada Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) juga ada kemajuan dalam proyek-proyek yang diterima industri pertahanan. "Tahun ini PT PAL, PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia terima order yang besarnya kira-kira Rp 11 triliun," katanya.


Transfer teknologi


Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, di dalam pembelian alutsista dari luar negeri juga termasuk di dalamnya transfer teknologi dengan industri pertahanan dalam negeri.


Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Taut (AL) Laksamana Soeparno di Mabes AL Cilangkap, Jakarta Timur, mengatakan, TNI AL menganggarkan dana Rp 40 triliun untuk belanja alutsista tahun 2012 dengan membeli sejumlah perlengkapan modern dari dalam dan luar negeri.


"Kita membeli tiga kapal selam dari Korea Selatan yang diserahkan tahun 2015. Selain itu dibeli tiga fregat ringan dari Inggris." ujar Soeparno.


Alutsista impor lainnya adalah dua kapal hidrografi (survei maritim) dengan pilihan dibeli dari Perancis atau Korea Selatan. kapal layar latih tiang tinggi pengganti KRI Dewaruci dari Spanyol atau Polandia, serta dua unit Perusak Kawal Rudal dari Belanda atau Italia. (EDN/ONG)




View the Original article

KSAD: Leopard Diharapkan Meningkatkan Kemampuan Industri Pertahanan Nasional

on Saturday, January 21, 2012

19 Januari 2012

Indonesia berencana membeli 50 2A6 dan 50 2A4. ToT yang akan dilakukan adalah upgrade 50 Leopard 2A4 menjadi tipe 2A6 sehingga jumlah seluruhnya menjadi 100 Leopard 2A6 (photo : Militaryphotos)

Jurnas.com PEMBELIAN tank berat atau Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard milik militer Belanda diharapkan dapat menjadi sarana memeroleh teknologi pembuatan MBT. Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo ini merupakan hal penting karena industri dalam negeri belum mampu memproduksi.

“Tank beratnya Indonesia belum mampu. Sehingga kami berharap ada harapan teknologi andai membeli tank berat. Dengan persyaratan TOT bisa mentransfer, sehingga Indonesia bisa membuat sendiri,” kata KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo usai Rapim TNI di Mabes TNI Jakarta, Rabu (18/1).

Menurutnya, kemampuan industri pertahanan nasional saat ini baru sampai pada retrovit tank tringan. Untuk tank sedang dan tank berat, KSAD menyatakan Indonesia belum mampu. “Sehingga kalau ada TOT, kami bisa kirim orang agar bisa meningkatkan kemampuan,” ujarnya.

Pengadaan MBT ini, tutur KSAD, bertujuan untuk menyamakan teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) dengan negara lain, karena Indonesia telah tertinggal jauh. Di Asia Tenggara, negara tetangga sudah memiliki tank jenis ini seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja dan Myanmar. Negara-negara tersebut, jelas KSAD, juga merupakan negara kepulauan seperti Indonesia sehingga alasan penolakan pembelian tank berat dengan alasan Indonesia negara kepulauan tidak tepat. “Jalannya sama, hutannya sama, kondisinya juga sama. Apakah struktur jalan kita tidak lebih baik dari negara itu,” imbuhnya.

Saat ini, lanjut KSAD, dukungan tank bagi TNI AD hanya jenis tank ringan. Tank ringan yang dimiliki saat ini diantaranya Scorpion, dan AMX 13 yang merupakan produk tahun 1950-an. “Kalau dilihat cukup lama kita tertinggal dalam teknologi tank. Padahal tank itu ada tiga kelas, ringan, sedang dan berat,” paparnya. Untuk tank AMX 13, TNI AD saat ini melakukan kerja sama dengan PT Pindad untuk meretrofit 13 unit tank tersebut.




View the Original article

TNI AL Melakukan Repowering KRI Pulau Rangsang 727

on Friday, January 20, 2012

KRI Pulau Rangsang 727, kapal penyapu ranjau kelas Kondor (all photos : TNI AL)

Kadismatal Tinjau Hasil Repowering KRI Pulau Rangsang-727

Jakarta, -- Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Sugianto Suwardi melakukan peninjauan ke salah satu unsur Kapal Republik Indonesia (KRI) yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yakni KRI Pulau Rangsang-727 setelah dilaksnakan repowering di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (18/1).

Peninjauan Kadismatal ke Kapal Perang yang sehari –hari di bawah pembinaan Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmabar tersebut setelah dilaksanakan Repowering terhadap kapal perang dengan spesifikasi panjang berukuran 56,7 meter dengan lebar 7,8 yang dilengkapi dengan persenjataan Meriam 37 mm .

Kadismatal Laksamana Pertama TNI Sugianto Suwardi dalam kesempatan peninjauan tersebut mengatakan, kemampuan kekuatan TNI AL di tandai dengan kemampuan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dengan KRI sebagai salah satu unsur pembentuknya.

Lebih lanjut dikatakan Saat ini ada beberapa KRI telah berusia tua dengan permesinan yang mengalami penurunan kemampuan. Dan dengan pertimbangan mengingat proses pengadan KRI memerlukan waktu dan biaya yang besar , perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mempertahankan kesiapan teknis KRI. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah melaksanakan Repowering.

Lebih lanjut Kadismatal mengatakan, Dinas Material Angkatan laut telah melaksanakan kegiatan Repowering KRI Pulau Rangsang-727 diantaranya paket kegiatan pengadaan motor pokok gear box dan sistem kontrol, perbaikan DG dan MSB, pengadaan cat bawah garis air dan zink anoda, perawatan bawah garis air, pemadangan MPK dan gear box baru.

Selain itu Kadismatal menambahkan kegiatan yang dilaksnakan di bidang perbaikan diantaranya perbaikan system air laut, perbaikan bangunan atas air, perbaikan system pendingin, perbaikan system akomodasi/ruangan-ruangan, pengadaan alat bahari, perbaikan kompresor berikut system, perbaikan dan pengadaan alat keselamatan, perbaikan dewi-dewi skoci dan memanfaatkan dan memberdayakan Fasilitas Pemeliharaan Perbaikan (Fasharkan) Jakarta dengan beberapa kegiatan sesuai dengan kemapuan dan fasilitas yang dimiliki.

Kadismatal Laksamana Pertama TNI Sugianto Suwardi lebih lanjut mengatakan kegiatan Repowering merupakan kegiatan memerlukan proses perencanaan yang teliti, rinci dan lengkap dan tepat waktu dengan hasil baik. Selain itu dibutuhkan kerjasama yang baik diantara semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Repowering KRI Pulau Rangsang-727.

Kunjungan Kadismatal ke KRI Pulau Rangsang-727 didampingi Asisten Logistik Aslog Pangarmabar Kolonel Laut (T) Dani Achdani, S.Sos., S.E., M.A.P, Kepala Dinas Pemeliharaan Kapal (Kadisharkap) Armabar Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, Kasatharmatbar Kolonel Laut (T) I Wayan Wetha, Kafasharkan Lantamal III Jakarta Kolonel Laut (T) Mugiono, Kasubdismatkapur Disimatal Kolonel Laut (T) A. Hari Supriyanto dan Komandan KRI Pulau Rangsang-727 Mayor Laut (P) Agus Darmawan.



View the Original article

Presiden Tinjau Fasilitas Latihan ACMI di Lanud Iswayudi Madiun

on Thursday, January 19, 2012

14 Januari 2012


Perangkat ACMI yang berfungsi untuk memonitor pergerakan pesawat secara real time dan merekamnya.(photo : Kompas)

Jurnas.com PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono didampingi beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Sabtu (14/1), meninjau fasilitas latihan Air Combat Manuevering instrumentation(ACMI) di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Iswahyudi, Mayor Sus Sutrisno, menjelaskan, ACMI adalah seperangkat peralatan elektronik yang terintegrasi dengan pesawat udara yang berfungsi untuk memonitor pergerakan pesawat secara real time dan merekamnya untuk keperluan debriefing.

Sarana latihan ACMI, menurut Sutrisno, diperuntukkan khusus bagi penerbang tempur. Presiden SBY sempat menyaksikan simulasi hasil rekaman pesawat tempur F-16 Fighting Falcon saat melaksanakan latihan air to air.

Menurut Sutrisno, ACMI ini juga dapat digunakan untuk memonitor pesawat F-5/Tiger dan Hawk 109/209 yang sedang melaksanakan operasi udara.


Perangkat ACMI pada pesawat F-5 E Tiger milik TNI AU (photo : Putra Mandira)

Ia menjelaskan sarana latihan ACMI juga dimaksudkan untuk mempersiapkan kedatangan alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang baru baik T-50 Golden Eagle sebagai pengganti pesawat Hawk MK-53 maupun 24 pesawat F-16 Fighting Falcon dari Amerika Serikat. "Dengan adanya sarana tersebut diharapkan dapat meningkatkan pprofesionalisme para penerbang sehingga dapat terwujud zero accident," katanya.

Selain itu, para penerbang tempur Lanud Iswahyudi Madiun akan semakin terarah dalam meningkatkan kemampuan tempur udara. Melalui ACMI, seorang penerbang tempur akan dapat memonitor pelaksanaan latihan terbangnya dalam berbagai formasi, baik secara real time maupun dalam bentuk rekaman untuk debriefing.

Ikut serta mendampingi Presiden, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat, Pangkoopsau II, Marsekal Muda TNI Ismono Wijayanto serta para pejabat Lanud Iswahyudi Madiun.




View the Original article

Dua Sukhoi dari Rusia Tiba Tahun Ini

on Wednesday, January 18, 2012

16 Januari 2012


Pesawat Su-30MK2 TNI AU (photo : Kaksus Militer)

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pesawat jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 akan tiba dari Rusia tahun ini. Keduanya merupakan bagian dari pembelian enam Sukhoi yang sudah diresmikan melalui penyerahan kontrak antara Kementerian Pertahanan RI dan produsen pesawat Rusia, JSC Rosoboronexport.

Serah-terima dilakukan bertahap mulai tahun ini sampai 2014. "Tahun 2012 rencananya akan didatangkan dua pesawat, selanjutnya tahun 2013 dua pesawat, dan tahun 2014 dua pesawat lagi," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, Senin, 16 Januari 2012.

Enam unit Sukhoi Su-30 MK2 ini sejak awal dimaksudkan untuk melengkapi jet tempur TNI Angkatan Udara. Saat ini TNI AU telah memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi yang terdiri atas enam Sukhoi Su-27 SKM dan empat Sukhoi Su-30 MK2. Rencananya TNI AU akan menempatkan satu skuadron Sukhoi ini di Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan penambahan Sukhoi ini memang merupakan bagian dari rencana pembangunan kekuatan TNI. Dijelaskan, penambahan tidak hanya dilakukan dengan memanfaatkan produksi luar negeri. "Kami juga tetap mempercayakan industri dalam negeri. Salah satunya adalah kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia,” katanya.

PT DI kini tengah merampungkan helikopter jenis Bell 412 dan Puma untuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Selain itu PT DI juga sedang menyelesaikan sembilan unit pesawat CN 295 bersama produsen pesawat Airbus Military yang berbasis di Spanyol.




View the Original article

Pesawat N 219 Masuki Tahap Produksi

on

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Dirgantara Indonesia (PTDI) segera memasuki tahapan produksi pesawat tipe terbarunya, N-219 pesawat terbang jarak pendek yang berkemampuan STOL (short-take off and landing/terbang dan mendarat di landasan pendek).

Tahun ini PTDI akan membuat dua prototipe (dua pesawat dalam ukuran sesungguhnya) yang masing-masing akan digunakan untuk test terbang dan tes statis di daratan, kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Dita Ardonni Jafri di Bandung.

Dijelaskan, rancangan dasar N-219 dimulai tahun 2006 dan sampai dengan 2008 telah menyelesaikan berbagai tes dasar, termasuk tes terowongan angin. PTDI melaksanakan berbagai tes tersebut bekerjasama dengan Badan Pengembangan Pengkajian Teknologi (BPPT).

Pesawat ini memiliki kapasitas 19 penumpang dan dilengkapi dengan dua mesin serta dirancang bisa melayani kebutuhan penerbangan perintis untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil.

N-219 masih harus menjalani beberapa jenis uji lainnya, di antaranya uji statik pesawat, uji mesin produksi, dan akhirnya uji terbang. Tahun 2014 ditargetkan sudah mendapatkan sertifikasi kelayakan terbang dari Kementerian Perhubungan dan tahun 2015 direncanalan memasuki pasar untuk menggantikan pesawat sekelas yang sudah memasuki usia tua.

Beberapa pemerintah kabupaten telah menyatakan minat untuk dapat mengoperasikan pesawat N-219. Pesawat tersebut memang cocok digunakan untuk menghubungkan penerbangan antar Kabupaten dan daerah-daerah yang terpencil di Tanah Air.

Selain itu, PT Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA) juga menyatakan minat untuk mengoperasikannya serta berencana membeli sebanyak 20 pesawat seperti yang pernah disampaikan oleh Menteri BUMN usai rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di gedung DPR pada bulan Juli 2011.

Survei pasar yang telah dilakukan PTDI menunjukkan, saat ini di Indonesia dibutuhkan pesawat sekelas N-219 berkisar 202, terdiri dari kebutuhan sipil 97 buah serta kebutuhan militer dan misi khusus 105 buah.

Di samping dinilai cocok dengan situasi dan kondisi landasan bandara yang tidak mulus, pesawat ini juga mampu lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek (600 meter) dengan stabilitas tinggi, cocok dengan banyak bandara terpencil di Indonesia yang tidak memiliki lahan luas.

Selain itu, pesawat tersebut dirancang agar dapat melakukan manuver dengan baik dan nyaman. Struktur pesawat juga didesain agar dapat membawa bahan bakar yang lebih banyak dibandingkan dengan pesawat lain sekelasnya mengingat tidak semua bandara di daerah terpencil punya fasilitas pengisian bahan bakar.

Pesawat ini dirancang memiliki jarak jelajah hingga 650 Nm (1.200 km) dengan kecepatan maksimum 213 Kts (395 km/jam), sementara harga pesawat lebih murah dibandingkan pesawat lain yang sekelas serta biaya operasionalnya pun relatif rendah.

PTDI sebelumnya telah sukses memproduksi pesawat yang termasuk banyak digunakan di dunia, yakni CN-235 bekerjasama dengan perusahaan CASA, Spanyol. Bahkan sebelumnya juga pernah berhasil menciptakan pesawat lebih besar, N-250 pada pertengahan 1990-an.

Untuk CN-235, sejumlah negara tercatat sebagai pemakai terbesar yakni Turki (60 pesawat), Korea (20 pesawat), AU Perancis (19 pesawat) dan Malaysia (delapan pesawat).

Negara-negara pengguna CN-235 lainnya, ialah Arab Saudi, Azerbaijan, Bophuthatswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Cile, Kolombia, Ekuador, Irlandia, Jordania, Meksiko, Marokko, Pakistan, Papua Nugini, Afrika Selatan, Senegal, Uni Emirat Arab, Venezuela dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2011, PTDI telah mengirimkan tiga pesawat N-235 jenis pengintai maritim kepada Badan Penjaga Pantai Korea Selatan (KCG), yang satu lainnya akan dikirimkan pada Maret 2012.



View the Original article

RI Ready to Modernize its Weaponry

on

16 Januari 2012


Nexter Caesar 155 howitzer (photo : rhcp04)

Indonesia will start modernizing its military hardware after a decade of internal reform riding on the back of an improving economy, Defense Minister Purnomo Yusgiantoro told repoters Monday.


“The Indonesian Military has been involved in internal reforms, such as disengagement from political and business activities,” he told a press conference after a leadership meeting at the ministry.


“All this time, the TNI has refrained from procuring major weapons systems.”


Also attending the press conference were Defense Deputy Minister Sjafrie Sjamsoeddin, TNI chief Adm. Agus Suhartono, Army chief of staff Gen. Pramono Edhie Wibowo, Navy chief of staff Adm. Soeparno, Air Force chief of staff Marshal Imam Sufaat, and ministry secretary general Vice Marshal Eris Heryyanto.


Coordinating Minister for Political, Security and Legal Affairs Djoko Suyanto attended the leadership meeting and delivered a speech to the participants.


Purnomo said most of the procurement could take a long time to realize from planning to delivery as there were various agencies involved in the process.


“Each individual service will describe their needs to the TNI headquarters, which will submit the request to the ministry,” he said.


“Once agreed, we have to talk with the National Development Planning Board [Bappenas] and the Finance Ministry to find the appropriate funding.”


He said because most procurement processes require a long time to realize, the funding usually involves a multiyear system.


The ministry’s Defense Facilities Agency chief, Maj. Gen. Ediwan Prabowo, said most of the shopping list would be sealed in the first half of this year.


“We are currently still looking for candidates for each weapons system. So we have not yet decided the model and pricing,” he told the press conference.


The shopping list includes various weapons systems for the three services including various types of helicopters, howitzers, multiple launch rocket systems (MLRS), various types of ships and anti-aircraft missiles.


Indonesia ended 2011 with large procurements, including six Sukhoi Su-30MKK from Russia worth US$470 million; three submarines from South Korea worth almost $1.1 billion in cooperation with state shipyard PT PAL; nine NC-295 medium transport from Spain worth $325 billion in cooperation with state-owned aircraft maker PT Dirgantara Indonesia; 16 KAI T-50 Golden Eagle advanced trainers, worth $400 million, from South Korea; eight Embraer EMB-314 Super Tucano counter-insurgency aircraft from Brazil; and Grob G 120TP primary trainer from Germany.

Indonesia’s shopping list in 2012

Army

1. Main battle tank (MBT)

2. Multiple launch rocket system (MLRS)

3. Howitzer 155mm

4. Air defense missile

5. Assault and attack helicopters

6. Anoa armored personnel carrier


Navy
1. Searider rigid-inflatable boat (RIB)
2. Fast patrol boats
3. Guided-missile destroyer
4. Hydro-oceanography vessel
5. Barque tall ship to replace the existing KRI Dewaruci
6. Various auxiliary vessels, including fuel and landing ship tank
7. Anti-submarine warfare (ASW) helicopter

Air Force
1. Anti-aircraft missile
2. EC-725 Cougar helicopter
3. 24 units of F-16, grant from the United States, to be retrofitted
4. 4 units of C-130H heavy transport aircraft, grant from Australia, to be retrofitted



View the Original article

Tiga Kapal Selam Akan Jaga ALKI II

on Tuesday, January 17, 2012

17 Januari 2012


Dengan tambahan tiga kapal selam produksi Korea maka jumlah kapal selam Indonesia akan menjadi lima (photo : Kaskus Militer)

Tiga Kapal Selam Jaga Kalimantan

INILAH.COM, Balikpapan -Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menyatakan militer Indonesia dijamin makin kuat pada akhir masa kabinet Indonesia Bersatu II.

Saat ini Kementerian Pertahanan mendapat alokasi anggaran yang kian besar yakni Rp150 triliun. Anggaran ini dialokasikan untuk kejahtraan prajurit dan pengadaan alat utama sistem persenjataan TNI (alutsista)

Purnomo mengakui pemerintah terlambat dalam melaksanakan modernisasi alutista serta perbaikan kesejahteraan prajurit. Awal era reformasi lalu, pemerintah saat itu masih memfokuskan pada sektor perekonomian pasca krisis moneter tahun 2007 silam.

“Sekarang kita bisa memperbarui alutsista TNI karena sekarang ekonominya kuat, TNI pun makin kuat. Dulu saat kita reformasi kita tidak memperkuat alutsista karena ekonomi belum terlalu kuat sekarang sudah kuat ekonomi kita,” tandasnya saat menyambut kepulangan rombongan gerakan pramuka Saka Bahari tingkat nasional dari perbatasan Sebatik di Balikpapan, Sabtu siang lalu (14/1).

Anggaran ratusan triliun itu selain untuk kesejahteraan prajurti TNI, juga dialokasikan untuk pembelian alutsista. Di antaranya untuk penambahan 6 pesawat tempur jenis Sukhoi dan sejumlah pesawat F-16, kapal perang dan tiga kapal selam TNI AL.

Pengadaan persenjataan baru tersebut untuk pengamanan kawasan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) II di area Balikpapan, Banjarmasin, Makassar dan Denpasar. “Untuk tiga kapal selam ini nantinya kita peruntukan bagi pengamanan jalur ALKI II ini,” ujarnya.

Seluruh kekuatan ini, termasuk kapal selam, bertugas di wilayah Timur Indonesia, terutama menjaga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) II, yaitu dari utara perbatasan dengan Malaysia dan Filipina, Selat Makassar, hingga kepulauan Nusa Tenggara di selatan.

Untuk memperkuat itu,dari pengaman udara selain terdapat terdapat pesawat tempur F-16, TNI AU sudah memiliki 10 pesawat Sukhoi yang pengadaannya dimulai sejak zaman Presiden Megawati. Saat itu pemerintah hanya menargetkan memiliki satu skuadron mini atau berkekuatan 12 pesawat Sukhoi Su-27 dan Sukhoi Su-30.

“Dari Makassar hanya perlu sekitar satu jam bagi Sukhoi dengan terbang normal untuk mencapai perbatasan dengan Malaysia di Sabah. Sementara Sukhoi mampu terbang hingga mach-2 atau dua kali kecepatan suara,” katanya

Di bidang kesejahraan prajurit, lanjut Menhan sebagai upaya peningkatan profesionalisme prajurit TNI, sedikitnya ada enam hal terkait peningkatan kesejahtraan prajurit TNI.

“Pertama alokasi remunerasi 40 persen dari gaji, uang aluk pauk, kenaikan berkala, gaji 13, santunan cacat prajurit dan bea siswa putra – putrinya,” tambahnya.

Dengan adanya alutista yang modern, dan makin profesionalnya TNI seiring meningkatnya kesejahtraan prajurit, Purnomo memastikan TNI akan mampu menangkal gangguan negara lain baik di udara, laut maupun daratan. [mor]




View the Original article

Dirgantara Produksi 15 Pesawat N-219 untuk Papua

on Saturday, January 14, 2012

12 Januari 2012

Pesawat N-219 yang akan dibuat oleh PT. Dirgantara Indonesia (image : ippien)

Jurnas.com | PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi sebanyak 15 unit pesawat jenis N-219 yang akan digunakan untuk penerbangan perintis di Provinsi Papua.

"Pengembangan N-219 sudah mulai dilakukan yang prototipenya ditargetkan rampung pada 2014," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana di Bandung, Kamis (12/1).

Menurut Andi, biaya produksi satu unit pesawat berkapasitas 19 penumpang ini mencapai sekitar 4 juta dolar AS.

"Untuk itu dibutuhkan dana sekitar 60 juta dolar AS atau sekitar Rp540 miliar untuk menyelesaikan seluruh proyek tersebut," katanya.

Ia menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan proposal kepada pemerintah untuk mendapat pembiayaan dari APBN. "Pengembangan pesawat N-219 tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah seperti Kementerian Ristek, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan," katanya.

Menurutnya pesawat jenis N-219 merupakan tipe pesawat yang sangat cocok dan handal untuk wilayah perintis seperti Papua dan sekitarnya.

Pasalnya, dari 310 bandara di seluruh wilayah Papua sebanyak 90 persen di antaranya memiliki landasan pacu kurang dari 800 meter.

"Landasan pacu di wilayah Papua umumnya berukuran pendek, bahkan ada yang hanya 400 meter. Tentu dibutuhkan pesawat yang cocok untuk digunakan di wilayah itu," tegasnya.

Selain pembiayaan dari pemerintah, juga akan diupayakan diperoleh dari perusahaan yang akan mengoperasikan pesawat komersial tersebut.

(Jurnal Nasional)



View the Original article

Pindad: RI Butuh Tank Leopard

on

13 Januari 2012

Prototipe tank medium buatan Pindad (photo : Audrey)

INILAH.COM, Jakarta - Meski mampu membuat tank medium, PT Pindad menilai Indonesia tetap memerlukan tank besar seperti Leopard buatan Jerman.

Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono mengatakan, Leopard dibutuhkan untuk memperkuat postur pertahan Indonesia dalam menandingi Malaysia.

"Malaysia punya tank kelas berat jenis T72 buatan Rusia, tank Leopard juga tank kelas berat seperti T72," ujar Adik seperti diberitakan inilahkoran, Jumat (13/1/2012).

Jika Kementerian Pertahanan (Kemenhan) jadi membeli Leopard, maka lanjut Adik, Pindad siap memproduksi amunisi peluru untuk Leopard.

Pindad telah menjalin kerjasama dengan Rheinmetall perusahaan otomotif dan industri pertahanan dari Jerman yang memproduksi Leopard. "Mereka berjanji akan sharing teknologinya sama kita salah satunya terkait rudal dan alutsista lainnya," jelas Adik. [mah]

(Inilah)

Baca Juga :

Tank Medium Pindad Jauh Berbeda dengan Leopard

13 januari 2012

INILAH.COM, Jakarta - Tank medium buatan PT Pindad memiliki spesifikasi yang jauh berbeda dengan tank Leopard buatan Jerman.

Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono mengatakan, tak medium Pindad memiliki tenaga lebih kecil daripada Leopard. Tank Pindad berkekuatan 500 tenaga kuda, sedangkan Leopard berkekuatan 1.500 tenaga kuda.

"Leopard itu termasuk tank top dunia, ibaratnya Lamborgini sedangkan tank Pindad adalah Toyota," ujar Adik seperti diberitakan inilahkoran, Jumat (13/1/2012).

Ukuran tank medium buatan Pindad yang lebih kecil dibanding Leopard membuatnya lebih lincah dan taktis dalam melakukan manuver dan pergerakan. "Tank medium Pindad lebih murah harganya tapi jangan dibandingkan dengan Leopard karena beda kelas," ujar Adik.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) berencana membeli 100 unit tank Leopard bekas dari Belanda seharga Rp14 triliun. Rencana ini ditentang Komisi I DPR yang mengusulkan agar Kemenhan membeli tank medium buatan Pindad yang pembuatannya diinstruksikan langsung SBY.

Tank tipe medium buatan PT Pindad tersebut dinilai sangat sesuai dengan kebutuhan penguatan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang dibutuhkan TNI.

"Prototipe tank sudah jadi dan sudah jalan. Sudah dikunjungi oleh Komisi I. Hasilnya cocok, kenapa tidak dikembangkan. Produk anak bangsa murah dan cocok. Tinggal sekarang bilang Oke, buat yang banyak," papar Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, di gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/1/2012). [mah]

(Inilah)



View the Original article

Qantas Defence Ditunjuk untuk Memperbaiki Hercules Hibah untuk TNI AU

on Thursday, January 12, 2012

10 Januari 2012

Perbaikan pesawat C-130H RAAF di Qantas Defence (photo : Qantas Defence)

Jurnas.com MESKIPUN tim teknis baru berangkat Februari mendatang, pesawat angkut Hercules yang dihibahkan pemerintah Australia dipastikan mendapat peremajaan di negeri Kanguru. Perbaikan dilakukan di bengkel milik maskapai Qantas.

Kini tengah dikalkulasi berapa biaya yang dbutuhkan untuk melakukan perbaikan dan membawa pesawat ke Indonesia. "Nominalnya baru diketahui setelah mendapat laporan dari tim teknis yang meninjau pesawat secara langsung ke Australia," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Selasa (10/1).

Kontrak kerja sama hibah empat unit pesawat itu juga akan ditandatangani setelah tim teknis melaporkan temuannya. Namun begitu, pemerintah Indonesia dan Australia telah melakukan komunikasi terkait hibah ini. "Amerika sebagai produsen Hercules saat ini juga telah menyetujui rencana hibah dari Australia ke Indonesia. AS dalam hal ini Presiden Barack Obama, memiliki kebijakan, alutsista buatan AS harus mendapatkan persetujuan negeri Paman Sam itu sebelum dihibahkan ke negara lain," katanya.

(Jurnal Nasional)



View the Original article

Empat Kapal LST Segera Dihapuskan

on

10 Januari 2012


LST KRI Teluk Saleh 510 (photo : TNI AL)

Pangkolinlamil Adakan Pengarahan Kepada KRI yang Dikonservasi

Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum. memberikan pengarahan terhadap para Komandan dan ABK empat KRI yang berada pada tahap Konservasi antara lain KRI Teluk Langsa (TLS)-501, KRI Teluk Kau (TLK)-504, KRI Teluk Tomini (TTM)-508 yang berada di Satlinlamil Jakarta dan KRI Teluk Saleh (TSA)-510 yang berada di Satlinlamil Surabaya, di Gedung Marseling Area, Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (09/01).

Pangkolinlamil mengatakan, bahwa dalam waktu dekat ini empat KRI Kolinlamil yang di Konservasi akan dihapus sesuai keputusan pimpinan TNI AL karena telah selesai melaksanakan tugasnya.

Laksda TNI Agung Pramono,S.H.,M.Hum, pada kesempatan tersebut memberikan arahan kepada empat Komandan KRI beserta ABK pada masa konservasi agar selalu tetap semangat dan menjaga keberadaan KRI tersebut sesuai apa adanya, serta tetap memperhatikan faktor keamanan dari bahaya kebakaran dan kebocoran.

KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504, KRI Teluk Tomini-508 dan KRI Teluk Saleh-510 merupakan kapal jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika Serikat pada tahun 1940-an. Kapal-kapal tersebut telah memperkuat jajaran TNI AL lebih dari 50 tahun di bawah pembinaan Kolinlamil. Pada saat ini keempat kapal tersebut berada pada tahap konservasi, sehingga tidak dilibatkan lagi dalam kegiatan operasional, baik dalam rangka operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP). Selama masa pengabdiannya, kapal-kapal perang tersebut telah banyak perannya dalam mendukung operasi penegakan kedaulatan RI, pergeseran pasukan, material dan logistik ke seluruh wilayah Indonesia, maupun dalam rangka bantuan angkutan laut dalam mendukung pembangunan nasional.

Hadir dalam kegiatan pengarahan tersebut antara lain Irkolinlamil Kolonel Laut (P) Chairil Hapri, S.E, para Asisten Pangkolinlamil, para Kadis Kolinlamil dan Komandan Satlinlamil Jakarta.




View the Original article

Pindad Mampu Produksi Peluru Tank Leopard

on Wednesday, January 11, 2012

11 Januari 2012


Amunisi Tank Leopard Kanada (photo : mikebrown666)

INILAH.COM, Jakarta - Meskipun Tank Leopard berukuran besar namun perawatannya tidak rumit. PT Pindad diyakini mampu menyediakan suku cadang dan peluru tank tersebut.Pemerhati industri militer Ade Nasution mengatakan, perawatan tank tak serumit perawatan pesawat terbang. Sebab prinsip teknologi tank tergolong sederhana.

"Merawat tank tidak rumit seperti pesawat terbang, kunci tank di gear box, rantai dan mesin. Kalau peluru kan Pindad bisa bikin juga," terangnya, Rabu (11/1/2012).

Mantan praktisi bisnis militer ini juga mengatakan, Tank Leopard diperlukan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah kondisi minimnya anggaran TNI. "Pemerintah bisa cicil atau utang, karena tidak ada dana. Ini sebuah keuntungan untuk kekuatan tempur TNI," terangnya.


Seperti diberitakan, Kementerian Pertahanan merencanakan pembelian 100 Tank Leopard sebagai bagian modernisasi alutsista TNI peridoe 2011-2015 untuk mencapai kekuatan pokok minimum (essential minimum forces) dengan total anggaran Rp150 triliun. [mah]




View the Original article

4 Pesawat Super Tucano Tiba Maret

on Monday, January 9, 2012

MALANG - Sebanyak empat dari 16 pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Brasil direncanakan tiba pada Maret 2012 untuk melengkapi sistem persenjataan TNI AU di Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kedatangan pesawat tempur itu akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah tidak akan dioperasikan lagi.

"Kami terus menyiapkan pendukung lainnya untuk kedatangan pesawat tempur canggih itu, termasuk pilot khusus yang berusia minimal 24 hingga 35 tahun dan ahli dalam berbahasa Inggris," kata Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh, Kolonel Pnb Novianto Widadi, Minggu (8/1).

Secara umum, Lanud Abdurrahman Saleh siap menyambut kedatangan pesawat baru tersebut. Kesiapan yang sudah dilakukan, meliputi sejumlah fasilitas pendukung di Lanud Abd Saleh, seperti shelter atau tempat lokasi parkir pesawat, serta 12 pilot khusus yang telah dilatih untuk mengawaki pesawat tersebut.

Dengan tibanya pesawat pada bulan Maret, diharapkan nantinya bisa dipertunjukan kepada masyarakat pada peringatan HUT TNI AU tanggal 9 April 2012. Sementara itu, rencananya pesawat tersebut akan digunakan untuk misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat, sebab pesawat itu memiliki keunggulan close air support.

Selain itu, pesawat yang memiliki mesin tunggal buatan "Empresa Braziliera de Aeronautica" juga memiliki kemampuan menembakan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Pesawat itu nantinya tidak hanya digunakan sebagai pesawat latih, namun juga digunakan misi pengamanan wilayah perbatasan, untuk memastikan tidak adanya pelanggaran batas negara oleh pihak lain.

"Total pesawat yang kita pesan sebanyak 16 unit dan pengiriman akan dilakukan secara bertahap, diawali dengan kedatangan empat unit pada Maret 2012, dan akan ditempatkan pada Skuadron 21 Lanud Abdurrahman Saleh," katanya.

Sebelumnya, Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufa’at meresmikan monumen OV-10F Bronco di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang.

Ini menjadi penanda berakhirnya masa pakai pesawat OV-10 Bronco. OV-10 Bronco telah di-grounded dan akan digantikan dengan pesawat tempur Super Tucano. Sesaat sebelum peresmian, Kasau menyampaikan harapannya agar dengan memonumenkan pesawat yang memiliki julukan "si kuda liar" atau biasa disebut kampret di jajaran TNI AU ini dapat menjadi sarana untuk mengenang kiprahnya dalam medan laga dan para awak yang telah gugur bersamanya.

OV-10 Bronco telah berjasa di berbagai operasi, antara lain Ops Seroja (1976-1979) di NTT, Ops Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Ops Halilintar (1978) di Riau. Setelah peresmian monumen, Kasau beserta rombongan meninjau Skadron Udara 21 untuk pembangunan shelter pesawat Super Tucano yang akan datang menggantikan pesawat gaek OV-10F Bronco. SB/Ant/P-3

(



View the Original article

130 Teknisi Berangkat ke Korsel Februari

on Sunday, January 8, 2012

07 Januari 2012

Cutaway kapal selam Type 209 (image : DID)

JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan mengirim 130 personel ke Korea Selatan (Korsel) untuk proyek pembuatan kapal selam. Mereka diambil dari anggota TNI AL, ahli kapal selam dari PT PAL, dan sejumlah akademisi dari Institus Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

"Pada 36 bulan pertama, mereka hanya akan memperhatikan cara membuat kapal selam," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin saat dihubungi di Jakarta, Jumat (6/1).

Adapun pemberangkatan akan dilakukan bertahap. Hartind menjelaskan dua dari tiga kapal selam yang dibeli Indonesia akan dibuat di Korsel melalui perusahaan galangan Daewoo Shipbuiliding Marine Enginering (DSME). Pembuatan kapal selam pertama berlangsung dalam kurun 36 bulan. Selama itu pula teknisi dari Indonesia akan memperhatikan dengan saksama cara mereka merakit hingga akhirnya kapal selam itu selesai.

Pada pembuatan kapal selam kedua, barulah para teknisi itu ikut turun. Namun, masih akan dibantu dari pihak Korsel. "Separo teknisi dari kita, separo dari mereka," katanya.

Pembuatan kapal selam kedua ini diperkirakan lebih singkat, yakni hanya 20 bulan. Pasalnya, pihak Korsel dan Indonesia menargetkan bisa membangun dua kapal selam itu dalam kurun 56 bulan atau sekitar 4,5 tahun. "Diperkirakan dua kapal selam itu akan selesai pada pertengahan 2016," ujar Hartind.

Untuk pembuatan kapal selam ketiga, pengerjaan sepenuhnya dilakukan teknisi Indonesia. Pembuatan kapal selam ketiga akan dilakukan di galang an PT PAL di Surabaya. Namun, pihak DSME tetap akan mengawasi pembuatannya. Diperkirakan bisa selesai sekitar 2019. "Proses pembuatannya diperkirakan memakan waktu antara 24-36 bulan," katanya.

Kapal selam berjenis 209 dengan teknologi setara jenis 214 ini diperkirakan menghabiskan dana 1 miliar dollar atau 10 triliun rupiah. Pembayarannya menggunakan anggaran APBN 2010-2014. Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan harga sebesar itu terhitung murah dibandingkan penawaran yang dilakukan perusahaan lain. nsf/P-3

(Koran Jakarta)



View the Original article

Kosekhanudnas Medan Tinjau Rudal Perkuat Pertahanan Udara

on Saturday, January 7, 2012

06 Januari 2012


HQ-16 atau LY-80/KY-80 adalah rudal permukaan ke udara jarak sedang buatan China dengan sistem peluncuran vertikal, yang dapat menjangkau target hingga 40 km (photo : Chinese Military Review)

Medan, Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) III Medan meninjau peluru kendali (rudal) di luar negeri untuk memperkuat pertahanan udara di daerah itu.

"Jenis rudalnya (yang ditinjau) KY-80," kata Panglima Kosekhanudnas III Medan Marsma TNI Bonar Hutagaol di Medan, Rabu malam.

Ia mengatakan, sebagai unit yang bertugas di wilayah barat, pihaknya membutuhkan rudal yang mampu menghancurkan pesawat dan rudal yang ditembak musuh.

Saat ini, jumlah rudal yang dimiliki Kosekhanudnas III Medan masih cukup banyak seperti yang digunakan sejumlah Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse).

Meski demikian, pihaknya masih tetap memerlukan penambahan persediaan rudal untuk menjaga berbagai kemungkinan.

Karena itu, pihaknya meninjau rudal tersebut di Gurun Gobi, China yang dinilai sangat bagus dan cocok untuk memperkuat pertahanan udara di Indonesia.

Hasil peninjauan jenis rudal tersebut akan disampaikan ke pimpinan TNI untuk menetapkan keputusan yang dianggap perlu.

Kemudian, hasil peninjauan tersebut akan dikaji secara mendalam, baik dari segi kemampuan rudal maupun anggaran yang tersedia.

"Nanti baru ditentukan pilihan mana yang terbaik," katanya.

Ada pun untuk pesawat tempur, persediaannya sudah mulai ditambah sesuai rencana KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat yang menargetkan "essential force" pada tahun 2025.

"Nanti akan digelar kalau banyak pelanggaran," katanya.

Sedangkan untuk radar hanya dibeli untuk landasan udara yang masih kosong seperti di Tanjung Pinang.

"Seluruh wilayah Sektor III sudah tertutupi (radar). Di Medan, radarnya bagus," kata perwira tinggi TNI AU berbintang satu itu.

(Antara)



View the Original article

Wamenhan Tinjau Potensi Sejumlah Perusahaan Galangan Kapal di Batam

on

06 Januari 2012

Kapal cepat rudal KCR-40 produksi PT. Palindo Marine Shipyard, Batam (all photos : DMC)

Batam, DMC - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin selaku Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan dan Mabes TNI Angkatan Laut serta Tim Verifikasi KKIP, Rabu (4/1) melakukan kunjungan kerja ke sejumlah perusahaan galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau.


Kunjungan Wamenhan beserta rombongan kali ini untuk meninjau secara langsung proses pembuatan kapal serta melihat sejauh mana potensi, kemampuan dan kesanggupan perusahaan galangan kapal nasional khususnya di Batam dalam memenuhi kebutuhan pengadaan Alutsista TNI.


Kemhan dan TNI baik sebagai penentu kebijakan ataupun sebagai pengguna berkepentingan melihat secara langsung mekanisme dan kapasitas produksi yang disediakan dalam memenuhi berbagai peluang yang diberikan oleh Pemerintah.


Selain itu, peninjauan kali ini juga berkaitan dengan kepentingan dari Tim Verifikasi KKIP dalam

memonitor atau mengaudit industri pertahanan baik milik negara maupun swasta yang mencakup manajemen SDM, teknologi, infrastruktur, keuangan dan manajemen secara keseluruhan. Audit yang dilakukan Tim Verikasi KKIP tersebut berperan untuk memberikan jawaban apakah industri pertahanan memiliki kesanggupan dalam memenuhi kebutuhan Alutsista yang dibutuhkan TNI.


Kunjungan Wamenhan dan rombongan ke sejumlah perusahaan galangan kapal di Batam, diawali dengan peninjauan ke PT. Bandar Abadi Shipyard dilanjutkan peninjauan ke PT. Citra Shipyard, PT. Palindo Marine Shipyard dan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Mentigi. Diakhir kunjungan kerjanya ke Batam, Wamenhan juga menyempatkan diri meninjauan Pusat Komando dan Pengendalian (Puskodal) di Lantamal Batam.



Dalam peninjauan di Fasharkan Mentigi, Wamenhan dan rombongan meninjau fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kapal-kapal perang TNI-AL. Sementara itu, saat meninjau PT.Palindo Marine Shipyard, Wamenhan dan rombongan melihat fasilitas produksi dan proses pembuatan kapal perang jenis Fast Missile Boat (Kapal Cepat Rudal/KCR 40) yang merupakan kapal pesanan TNI AL. Dalam kesempatan tersebut Wamenhan juga sempat menguji coba dengan menaiki kapal KCR dengan nama KRI Kujang-642. Kapal tersebut merupakan kapal pesanan TNI AL yang kedua, saat ini masih dalam proses uji coba dan dalam waktu dekat akan diserahterimakan.

PT. Palindo Marine Shipyard mendapat pesanan dari TNI sebanyak dua kapal perang jenis Fast Missile Boat(Kapal Cepat Rudal/KCR 40). Kapal pertama telah diresmikan oleh Menhan pada bulan April 2011 dan sudah memperkuat Armada Perang TNI AL dengan nama KRI Clurit-641.
KCR 40 sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri bangsa dan sebagian besar material kapal perang tersebut diproduksi di dalam negeri. Proyek pembangunan dua unit KCR 40 juga merupakan proyek perdana dalam pengadaan alutsista dengan skema pembiayaan dalam negeri sehingga lebih efisien.

KCR 40 dibuat dari bahan high tensile steel & aluminium alloy dan mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot. Kapal dengan teknologi tinggi itu memiliki spesifikasi panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun.

Kapal yang sepenuhnya di buat di PT. Palindo tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam caliber 30mm enam laras sebagai sistem pertempuran jarak dekat (CIWS) dan rudal anti kapal buatan China C-705.

PT. Palindo Marine Shipyard merupakan salah satu perusahaan galangan kapal di Batam yang memiliki pengalaman selama 20 tahun dan telah memproduksi kurang lebih dua ratus kapal dengan berbagai tipe dan ukuran serta bermacam–macam tipe kapal, antara lain Crew Boat, Passenger Ferry, Patrol Boat, Rescue Boat dan jenis kapal lainnya.

Turut serta mendampingi Wamenhan sejumlah pejabat Kemhan antara lain Irjen Kemhan Laksdya TNI Gunadi, M.D.A., Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI BS. Silaen, S.IP, Dirjen Kuathan Kemhan Laksda TNI Bambang Suwarto, Dirtekind Ditjen Pothan Brigjen TNI Agus Suyarso, dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin.
Sedangkan dari Mabes TNI AL antara lain Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Sumartono dan Aslog Kasal Laksda TNI Sru Handayanto. Sementara itu, Tim Verifikasi KKIP antara lain Said Didu, Prof Dr. Ir. Lilik Hedra, Sumardjono, Silmy Karim dan Dr. Timbul Siahaan. Turut pula pejabat dari Kementerian Keuangan dalam hal ini diwakili Direktur Anggaran III Ditjen Anggaran Kemkeu Sambas Muliana.(BDI/SR)

(DMC)



View the Original article

Hercules Hibah Australia Diremajakan

on

06 Januari 2012

C-130H Hercules Angkatan Udara Australia (photo : FlightCrew)

Jakarta (ANTARA News) - "Pemerintah akan merenovasi dan meremajakan atau retrofit empat pesawat C-130 Hercules hibah dari Australia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

"Biasanya kalau dapat hibah, atau dapat pesawat, selalu kami cek, renovate, retrofit, kami betul yakinkan bahwa pesawat itu layak terbang," kata Purnomo ketika ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

"Sekitar ratusan miliar untuk empat pesawat terbang itu. Saya tak tahu persis karena belum diajukan oleh tim," katanya menyinggung perkiraan biaya peremajaan pesawat terbang transpor militer itu.

Menurut dia, tim dari kedua negara akan bertemu untuk membahas kondisi pesawat dan teknis hibah. Hasil pembicaraan tim itu bisa digunakan untuk mengukur biaya retrofit dan kemampuan keempat pesawat itu setelah diremajakan.

Yusgiantoro menjelaskan, pesawat hibah itu berjenis H, atau masuk dalam kategori pesawat baru. Hibah itu juga telah mendapat persetujuan dari Amerika Serikat.

"Karena setiap alutsista buatan Amerika Serikat, di mana pun juga, jika mau dihibahkan walau yang mau menghibahkan negara lain, harus melapor dulu pada Amerika Serikat," katanya.

Australia positif menghibahkan empat unit pesawat Hercules untuk Indonesia setelah sempat tertunda prosesnya pada 2011.

"Kemungkinan kedua tim teknis dari masing-masing negara akan bertemu pada pertengahan Januari ini," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Hartind Asrin, di Jakarta, Selasa (3/1).

Asrin mengatakan, dalam pertemuan itu kedua tim akan membicarakan teknis hibah yang akan dilakukan setelah sempat tertunda pada 2011. Selain mengadakan pertemuan di Jakarta, akan dilakukan pula pertemuan di Australia untuk melihat langsung empat unit Hercules yang akan dihibahkan tersebut, katanya.

Sementara itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo, mengatakan pesawat Hercules yang diperlukan TNI-AU saat ini sebanyak 30 unit. Namun, TNI-AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat.

"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional dua batalion sebanyak 26 unit," kata Suprasodjo.

Dia menambahkan, pesawat tipe H yang akan dihibahkan Australia akan digunakan TNI-AU untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua. Selain Angkatan Udara Amerika Serikat, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang menerima C-130 dari pabriknya. (F008)

(Antara)



View the Original article

RI AKan Punya 24 Kapal Cepat Berpeluru Kendali

on Friday, January 6, 2012

04 Januari 2012


KRI Kujang-642 (photo : Silep-04 Kaskus Militer)

Batam (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menargetkan pembuatan 24 unit kapal cepat berpeluru kendali hingga 2024.

Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Sumartono di Batam, Rabu mengatakan kedua puluh empat unit Kapal Cepat Rudal (KCR) itu akan disebar ke wilayah Barat Indonesia dan Sulawesi Utara.

Saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, ia menambahkan,"Kapal Cepat Rudal sangat diperlukan untuk wilayah perairan yang memiliki ombak rendah atau kepulauan,".

TNI Angkatan Laut kini telah mengoperasikan Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit-641, sedangkan satu unit lainnya yakni KRI Kujang-642 dalam tahap melengkapi peralatan dan persenjataan.

Kedua kapal buatan PT Palindo Marine memiliki panjang 43 m, lebar ,40 m, berat 250 ton, kecepatan cepat 27 knots dan akan dipersenjatai rudal C-705 dan meriam kal 30 mm enam laras dan meriam anjungan dua unit kal 20 mm.

Pada kesempatan itu, Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin menyaksikan langsung sailing pass KRI Kujang dari Batam ke Bintan dengan kecepatan 20 Knots.

PT Palindo kini sedang melakukan penyelesaian KCR ketiga dan pada 2014 diharapkan telah berhasil menyelesaikan enam KCR.(R018)




View the Original article

Batlayon 436 Paskhas Menerima Radar Smart Hunter

on

04 Januari 2012


Radar Smart Hunter untuk memandu rudal QW-3 VSHORAD (photo : Kaskus Militer)

“Prajurit Baret Jingga”, Harus Selalu Siap

Sebagai personel yang bertugas mempertahankan dan menjaga keamanan pangkalan, anggota Paskhas harus selalu siap dan tidak boleh lupa akan bekal pengalaman maupun pengetahuan yang telah didapat selama penugasan, sehingga guna memantapkan kemampuan yang dimiliki setiap anggota, berbagai latihan harus terus dilaksanakan.

Oleh karenanya, anggota Paskhas yang dikenal dengan sebutan “Prajurit Baret Jingga” tersebu, secara rutin melaksanakan latihan menembak menggunakan senapan laras panjang (Presisi) dengan SS-1 VI dan SS1 V2 yang dilaksanakan oleh prajurit Bintara dan Tamtama. Sedangan untuk senapan laras pendek dilaksanakan oleh Perwira dengan tiga sikap tiarap jongkok dan berdiri di lapangan tembak Batalyon 463 Paskhas, Rabu, (4/1).

Pada waktu yang bersamaan Aslog Makorpaskhas, yang diwakili Mayor Psk Tunggul memberikan pelatihan tentang pengoperasian alutsista Radar Smart Hunter kepada anggota Paskhas, sehubungan dengan akan diserahkannya alutsista tersebut ke Batalyon 463 Paskhas yang saat ini dikomandani oleh Letkol Psk Rossen L. Sinaga.

Radar Smart Hunter merupakan senjata Pertahanan Udara yang berfungsi untuk memandu Gunner Rudal Manpat QW-3 dalam menemukan sasaran lawan yang tidak bisa dilakukan oleh penembak secara visual.




View the Original article

The First Submarine will be Completed in 2015

on

05 Desember 2012


Type 209 submarine (photo : TKMS)

Indonesia Buying Submarines from S Korea on Technology Transfer Terms

BATAM, KOMPAS.com - Indonesia has signed a contract with a South Korean shipbuilding company on the purchase of three submarines with emphasis on technology transfer in the manufacturing process, Deputy Defense Minister Sjafrie Sjamsoedin said.

Under the contract, South Korea’s Daewoo Shipbuidling and Marine Engineering (DSME) would build two of the submarines in Korea with the participation of Indonesian personnel in the manufacturing process and the third one in Indonesia in the dockyard of PT PAL in East Java, he said.

"The purpose of the US$ 1.80 billion scheme is also transfer of technology in the building of submarines," Sjafrie said.

Meanwhile, Maj Gen Ediwan Prabowo, head of the defense ministry’s defense facilities agency, said the first submarine would be entirely built in South Korea with 30 personnel of PT PAL participating in the project as interns.

The PT PAL people would be assigned to master the designing phase of the submarine building project and participate in preparations to construct the second submarine. Later, Indonesia would send up to 130 shipbuilding personnel to Korea to be involved in the process of making the second submarine.

"Eventually, we hope the third submarine can be wholly built at the dockyard of PT PAL in Indonesia so that local human resources can gain full submarine building competence," he said.

Ediwan said the government expected the first submarine to be completed in 2015, the second in 2016 and the third in 2017. "With the acquisition of the three new submarines, the Indonesian Navy’s combat and deterrent capability will be significantly enhanced."




View the Original article

Pangkalan Kapal Selam Dibangun di Teluk Palu

on Thursday, January 5, 2012

Donggala, Sulteng (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut sedang membangun sebuah pangkalan khusus untuk kapal selam dan kapal-kapal perang di Teluk Palu.

"Pembangunannya sudah dimulai tahun 2011 di dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Kelurahan Loli, Kota Palu," kata Dan Lanal Palu Kolonel Laut (P) Budi Utomo kepada ANTARA di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, sekitar 35 km utara Kota Palu, Kamis.

Menurut dia, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemkot Palu telah membantu TNI AL berupa lahan seluas tiga hektare untuk mengembangkan Dermaga Lanal di Loli tersebut menjadi pangkalan kapal-kapal selam dan KRI.

Di atas lahan tersebut, TNI AL akan membangun berbagai sarana dan fasilitas untuk kepentingan pelayanan terhadap alutsista TNI AL itu agar bisa berfungsi maksimal sebagai tempat istirahat, perbaikan dan pengisian logistik kapal-kapal selam dan kapal perang.

Fasilitas yang sedang dan akan dibangun adalah asrama untuk awak kapal dan juga sarana dan fasilitas untuk perbaikan kapal.

"Pangkalan itu sekarang sudah bisa digunakan hanya belum maksimal. Sudah pernah diuji coba dengan kapal selam dan sudah rutin digunakan oleh KRI-KRI yang beroperasi di alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) III Laut Banda," ujar Budi.

Menurut Budi, Dermaga Lanal Palu di Loli ini merupakan pangkalan kapal selam satu-satunya di luar Jawa. Teluk Palu ini dipilih karena lokasinya yang sangat strategis dan konfigurasi alur lautnya yang istimewa dan tidak terdapat di teluk lain di Indonesia bahkan mungkin di dunia.

"Alur laut teluk Palu mulai dari Laut Banda sampai Loli mencapai panjang 30 kilometer dengan lebar 10 km dan kedalaman 400 meter. Ini sangat istimewa, sehingga raksasa sekelas kapal induk Amerika Serikat pun bisa masuk di sini," ujarnya.

Lokasinya juga strategis karena jarak ke Malaysia 300 kilometer dan ke Makassar juga 300 kilometer, jadi berada di tengah-tengah dua titik penting dalam strategi pertahanan nasional.

"Kondisi perairan Teluk Palu ini pun tidak akan terpengaruh oleh kondisi cuaca dan iklim bagaimanapun yang terjadi di ALKI III. Jadi teluk ini sangat cocok untuk dijadikan tempat parade kapal perang seperti yang pernah dilaksanakan di Manado," ujarnya.

Ketika ditanya berapa dana yang dikucurkan dan kapan pembangunan pangkalan kapal selam ini selesai dan beroperasi penuh, Budi Utomo mengaku tidak tahu karena hal itu tergantung pada pendanaan dari Mabes TNI AL.

"Dana pembangunannya dikucurkan bertahap dari Mabes. Proyeknya ada di Mabes, kami hanya menerima saja," ujar Budi disela-sela acara penyerahan kapal bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada para nelayan dari lima kabupaten di Sulteng.

Ia juga tidak menyebutkan berapa kapal selam yang akan berpangkalan di Dermaga Loli ini, namun menyebut bahwa dalam waktu dekat ini, TNI AL akan membeli tiga kapal selam baru dan tidak tertutup kemungkinan kapal-kapal itu akan ditempatkan di pangkalan Loli ini.



View the Original article

TNI AL Siap Menjadi 3 Armada dan 3 Divisi Marinir

on Wednesday, January 4, 2012

02 Januari 2012

KRI Kujang-642, TNI akan memperbanyak Kapal Cepat Rudal dan Kapal Cepat Torpedo menjadi 20 unit (photo : Silep-04 Kaskus Miliiter)

KASAL: Satu Kowil RI, Tiga Armada dan Tiga Divisi Marinir

TNI AL telah melaporkan kesiapan validasi organisasi kepada komando atas dan pemerintah tentang pembentukan Komando Wilayah Laut Republik Indonesia (Kowila RI) yang membawahi 3 Armada (Barat, Tengah dan Timur), Komando Latihan Wilayah Laut (Kolatwila) Komando Pemeliharaan Material Wilayah Laut (Koharmatwila), pembentukan 3 Divisi Marinir dan perubahan Korps Marinir menjadi Kotama Operasi.

Hal tersebut dikatakan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Soeparno dihadapan 700 Perwira Menengah (Pamen) dan Perwira Tinggi (Pati) TNI AL Wilayah Timur (Wiltim) pada olahraga bersama TNI AL Wilayah Timur di Lapangan Laut Maluku, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Jumat (30/12).

Kemudian, lanjutnya, selain pembentukan Kowila, TNI AL memandang perlu meningkatkan Dinas Potensi Maritim menjadi Asisten Potensi Maritim, karena potmar dipandang sebagai salah satu tugas pokok TNI AL, kemudian membentuk Disopslatal, membentuk Pusat Intelejen Laut (Pusintelal) serta meningkatan Dinas Hidrooseanografi menjadi Badan Hidro Oseanografi.

Selain siap melakukan validasi organisasi, di tahun 2012 diharapkan kebijakan pemerintah dalam pembangunan kekuatan pertahanaan pada tingkat Minimum Essential Force (MEF) TNI AL dalam bidang penambahan Alat Utama Sisitem Senjata (Alutsista) dapat segera terrealisasi. Penambahan alutsista tersebut, diantaranya pembelian 3 kapal selam, 2 kapal permukaan frigate jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) dan 20 Kapal Patroli Cepat dan Kapal Cepat Torpedo (KCT).

Menurutnya, untuk membangun kekuatan militer yang handal tidak perlu beraliansi kepada salah satu blok teknologi alutsista, tetapi mampu mengadaftasi dan mengadopsi teknologi dari berbagai blok yang diarahkan untuk meraih keunggulan sendiri. Pada konteks ini penyiapan sumber daya manusia menjadi sangat vital.

“Kita harus akui, negara kita tidak sekuat negara barat yang kuat dalam teknologi mesin perangnya, oleh karena itu kita tidak usah cari musuh, lebih baik cari teman dan tidak menggantungkan kekuatan Alut kepada salah satu blok,” terangnya.

Selain menyoroti validasi organisasi dan alutsista, orang nomor satu di TNI AL ini mengingatkan kepada para perwira dibawahnya untuk senantiasa meningkatkan kembali pelaksanaan kode etik dan etika professional serta tatakrama dalam kehidupan seorang perwira.

Seorang perwira, lanjutnya, harus mampu membangun sendi-sendi kehidupan yang berdisiplin, memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab yang lebih tinggi dibanding dengan prajurit yang dipimpinnya.

“Pegang teguh Sapta Marga, 8 Wajib TNI, Trisila TNI AL dan malu berbuat cela,” serunya.

Ditahun 2011, lanjutnya lagi, masih ada agenda yang belum terealisasi dan akan dilanjutkan pada 2012 nanti diantaranya Kartika Jala Krida (KJK) KRI Dewaruci ke AS. Dimana pada KJK sebelumnya tidak pernah mengikutkan Kadet (taruna AAL;Red) dari Korps Marinir, pada KJK nanti akan diikutsertakan, kemudian latihan Armada Jaya pada medio September dan Latihan Gabungan TNI pada medio November 2012.

Sementara itu pada acara olah raga bersama penutup akhir tahun yang diisi dengan senam dan jalan sehat sejauh 3 kilometer di area Kesatriaan Kobangdikal tersebut, tampak hadir para Asisten KASAL, Pangkotama TNI AL wilayah timur dan barat, seperti Dankobangdikal Laksda TNI Sadiman, SE, Pangarmatim Laksda TNI Ada Supandi, Pangarmabar, Komandan Seskoal dan para Kepala Dinas di lingkunagn Mabesal, serta Pamen TNI AL se-Wilayah Timur.

(TNI AL)



View the Original article