Puspenerbal Akan Tambah 10 Helikopter dan 3 Pesawat

on Monday, February 27, 2012

26 Februari 2012

Pesawat CN-235 pesanan TNI AL per Januari 2012 (photo : Indonesia Raya)

TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA- Program pembangunan kekuatan unsur udara untuk mengantisipasi potensi ancaman dari laut dalam tahun ini Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) TNI AL akan menambah 10 Helikopter dan tiga pesawat patroli maritim (Patmar).

KSAL Laksamana TNI Soeparno mengatakan, kebutuhan Helikopter dan Patmar tersebut adalah tuntutan mengimbangi kekuatan lawan, terutama Helikopter yang memiliki kemampuan Anti Kapal Permukaan (AKPA) dan Anti Kapal Selam (AKS).

“Ini adalah Prioritas teutama Helikopter dengan kemampuan AKS yang paling ditakuti oleh kapal selam lawan yang disinyalir sering melakukan kegiatan spionase melalui perairan teritorial maupun alur laut,” papar Soeparno usai menjadi Irup Sertijab Komandan Puspenerbal di Apron Hanggar Lanudal Juanda, Jumat (23/2/2012).


Heli Anti Kapal Selam dan Anti Kpal Permukaan akan melengkapi arsenal TNI AL (photo : ADF)

Selain Helikopter AKPA dan AKS pihaknya juga memesan jenis Helikopter angkut taktis. Untuk pesawat terbang, Puspenerbal dalam tahun ini juga akan menambah tiga pesawat Patroli Maritim (Patmar).

“Satu pesawat sudah selesai dan akan diserahkan tanggal 28 nanti,” jelasnya.

Sementara untuk pesawat lama seperti jenis pesawat Nomad, kata Soeparno jika masih bisa dirawat, pesawat tersebut tetap akan dipakai.

“Akan dipelajari lagi rencana grounded, kalau bisa dipertahankan akan dipakai,” pungkasnya.




View the Original article

Hercules Kembali dari AS Setelah Jalani Overhaul

on Saturday, February 25, 2012

24 Februari 2012


Pesawat Hercules A-1323 (photo : Kaksus Militer)

Jurnas.com PESAWAT tempur Hercules milik TNI AU kembali ke Indonesia setelah menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul) di Amerika Serikat. Serah terima pesawat ini akan dilakukan di base ops Halim Perdanakusuma.

“Siang ini akan dilakukan upacara penyambutan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus saat dihubungi, Jumat (24/2). Menurut Azman, Hercules yang mengalami overhaul atas bantuan Amerika ini dilakukan sejak setahun lalu.

Selain perbaikan, mulai body, structure hingga persenjataan, pesawat ini juga di-up grade kemampuannya. “Serah terima dilakukan oleh dubes Amerika di Indonesia dengan Wakil KSAU,” ujar Azman. Pesawat ini diperbaiki di Oklahoma Amerika Serikat untuk menjalani pemeliharaan berat dalam Programmed Depot Maintenance di hanggar perusahaan swasta ARINC, di Oklahoma, Amerika Serikat.

Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki, direncanakan dua unit Hercules lainnya akan juga diperbaiki. Menurut Azman, teknisi TNI AU sebenarnya punya kemampuan memperbaiki pesawat tersebut. Namun, kemampuan tidak didukung fasilitas dan peralatan pendukung.

"Alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau beli (alat-alatnya), lebih jauh dan lebih mahal, lebih baik kita gunakan orang lain," katanya.




View the Original article

Tiga Pesawat Sukhoi Uji Coba Bom Buatan TNI AU dan Pindad

on Friday, February 24, 2012

22 Februari 2012

Pengecekan Bom BTN-250, yang terpasang di Wing pesawat Sukhoi, sebelum pelaksanaan pengeboman (photo : TNI AU)


JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga Pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, Sulawesi Selatan, melaksanakan uji dinamis Bom Tajam buatan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) bekerja sama dengan PT Pindad. Uji coba dilakukan di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (22/2/2012).


Dalam siaran persnya, TNI AU menyatakan, ketiga pesawat Sukhoi tersebut menguji Bom Tajam Nasional (BTN)-250 dan Bom Latih Asap Practice (BLA P)-50, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak serta ketepatan sasaran. Kepala Penerangan dan Perpustakan (Kapentak) Kapentak Lanud Iswahjudi, Mayor Sutrisno, menuturkan jika uji coba Bom Tajam Nasional (BTN)-250 tersebut sukses sesuai dengan yang diharapkan, serta mendapat sertifikat kelaikan dari Dislitbangau, kemandirian di bidang alat utama sistem senjata atau alutsista akan terwujud.


"Sehingga pesawat TNI-AU, khususnya Sukhoi memiliki bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri," katanya.


Uji coba disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Kadislitbangau), Marsekal Pertama TNI Basuki Purwanto, mulai dari pemasangan bom di body maupunwing pesawat Sukhoi hingga pelaksanaan pengeboman di AWR Pandanwangi, Lumajang.

(Kompas)


View the Original article

Indonesia dan China Sepakati Alih Teknologi Rudal

on Wednesday, February 22, 2012

21 Februari 2012

Menurut siaran pers resmi, kerja sama industri pertahanan tersebut terkait dengan produksi peluru kendali darat ke darat (ground to ground), darat ke udara (ground to air), serta udara ke darat (air to ground) untuk melengkapi arsenal persenjataan Indonesia (photo : Kaskus Militer)

RI China Produksi Bersama Peluru Kendali


JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan China sepakat memantapkan proses alih teknologi serangkaian produksi bersama peluru kendali C-705. Proses alih teknologi menjadi syarat utama dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari mancanegara, termasuk peluru kendali dari China.


"Selain itu, kita juga telah menjajaki kerja sama produksi bersama rudal tersebut sebagai produk nasional," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Senin (20/2).


Rangkaian proses alih teknologi itu, antara lain ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro ke China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 yang akan dibeli TNI AL disertai proses alih teknologi.


Sebelumnya, kedua pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama teknis pertahanan kedua negara. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan Industri Nasional Pertahanan China, Chen Qiufa.


Lima Poin


Nota kesepahaman itu mencakup lima poin. Pertama, pengadaan alutsista tertentu yang disepakati kedua pihak dalam kerangka G to G. Kedua, alih teknologi peralatan militer tertentu yang antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifi kasi, up grade, dan pelatihan. Tiga poin lainnya adalah kerja sama produk peralatan militer tertentu, pengembangan bersama peralatan militer tertentu, serta pemasaran bersama di dalam dan di luar negara masing-masing. Selama di China, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.


Menhan bersama pejabat lainnya berkunjung ke China pada 19-21 Februari dalam rangka memenuhi undangan Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie. "Segera setelah mendarat di Beijing, pada hari pertama, Menhan melakukan kunjungan, menggelar diskusi, serta meninjau dua kompleks industri pertahanan China yang terkait dengan produksi peluru kendali yaitu China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMIEC) dan Aerospace Long March International Trade & co., Ltd. (ALIT)," tulis siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing.


Di akhir pertemuan tersebut dicapai kesepakatan untuk kerja sama industri pertahanan yang meliputi alih teknologi yang diharapkan menguntungkan kedua negara.


Delegasi Kemhan hari ini dijadwalkan melakukan pertemuan dan perundingan dengan Menhan China Jenderal Liang Guanglie, kemudian bertukar pikiran dengan salah satu lembaga riset/produksi industri pertahanan terkemuka lainnya di China yaitu State Administration for Science, technology and Industry for National Defence (SASTIND). Pertemuan lain yang merupakan bagian dari kunjungan itu adalah pertemuan dengan Wakil Kepala Komite Sentral Militer China Jenderal Guo Boxiong yang merupakan orang pertama di Angkatan Perang China (PLA).



View the Original article

Turkey Loses Bid for Indonesia Submarines, but the Cooperation will be Countinued by Aselsan, Rocketsan and FNSS

on

21 Februari 2012

Rocketsan T122mm Sakarya (photo : Asian Defence)

Turkey loses bid for Indonesia submarines

Indonesia picks up a South Korean offer for three U209 model submarines instead of a Turkish-German joint offer. Still, the two countries may bid for a tender for the more developed U214 models, Jakarta says.

Indonesia has informed a German-Turkish partnership that South Korea has won Jakarta’s competition for U209 submarines and that the duo should instead focus on the sale of more-developed U214 subs to the Southeast Asian giant, a senior Turkish official has said.


The message was conveyed during the visit of Adm. Agus Suhartono, the chief of staff of Indonesia’s military forces, to Turkey last week, the Turkish official said this weekend.

Turkey, led by the Undersecretariat for Defense Industries, SSM, and Germany, led by ThyssenKrupp’s shipyard, HDW, entered the Indonesian Navy’s competition of more than $1 billion after it came to an end, effectively ensuring Seoul’s victory.

South Korea’s Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering announced on Dec. 22 that it had won the Indonesian deal $1.1 billion for three submarines.


As for Turkey, a $2 billion submarine deal with HDW for the joint manufacture of six U214 platforms formally took effect in July, the German company said. Turkish procurement officials also confirmed the information. “As a longstanding partner and supplier to the Turkish Navy, ThyssenKrupp Marine Systems can now begin executing the order. The order will contribute to securing employment at [ThyssenKrupp’s] HDW in Kiel, as well as at many subcontractors in Germany and Turkey, for the next 10 years,” it said.

A major loan deal between German banks and the Turkish Treasury rescued the multibillion-dollar submarine contract between the Turkish state and Howaldswerke Deutsche Werft (HDW) on the last day of 2010, Turkish procurement officials said earlier.

“We will try to work hard to meet the requirements for the second competition [for the U214 deal],” said the Turkish procurement official.The Indonesian side also offered a number of consolations to the Turkish side.

The Indonesians will come up with a $100 million Turkish proposal to make military radios produced by Aselsan, the procurement official said.

The Indonesians separately plan to propose a facility to produce Roketsan-made missiles after they sign a contract with the company.

Jakarta will also produce FNSS-made 8x8 vehicles.

Turkey and Indonesia are two of the largest Muslim countries and are keen to develop their defense industries and ties.




View the Original article

14 KCR-40 dan KCR-60 akan Dibangun Hingga 2014

on Saturday, February 18, 2012

17 Februari 2012


Kapal Cepat Rudal KCR-60 (image : Palindo Marine Shipyard)

Batam (ANTARA Kepri) - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menargetkan pembangunan 14 Kapal Cepat Rudal di berbagai daerah untuk menunjang pengamanan perairan Indonesia yang akan selesai pada 2014.

"Hingga 2014 kami merencanakan pembangunan 14 Kapal Cepat Rudal (KCR) ukuran 40-60 meter untuk penunjang pengamanan perairan Indonesia," kata Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro setelah meresmikan KRC Kujang di Batam, Kamis.

Menteri mengatakan upaya tersebut sebagai langkah pembangunan strategis yang nantinya tidak terbatas pada pengembangan KCR saja, namun juga pada industri strategis lainnya.

"Pembangunan kapal merupakan langkah awal, nanti pembangunan strategis di daerah juga akan mengembangkan industri untuk kekuatan udara dan darat," kata dia.

Pada dasarnya, kata Menteri, selain membangun industri dalam negeri hal tersebut juga membangun kekuatan TNI.

"Pembangunan 14 kapal tersebut baru tahap awal. Kami telah menyiapkan rencana strategis pertahanan hingga tahun 2024 dengan target 44 kapal cepat," kata Menteri.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan Indonesia setidaknya membutuhkan 44 KCR hingga 2024 untuk mengamankan seluruh wilayah laut NKRI dari gangguan-gangguan.

"Setidaknya dibutuhkan 44 kapal hingga tahun 2024 mendatang untuk keperluan penegakan hukum di laut, termasuk pengamanan terhadap pencurian terhadap kekayaan alam Indonesia, dan mencegah penyelundupan," kata dia.

Secara umum, kata dia, seluruh satuan TNI telah memiliki rencana pengembangan pertahanan masing-masing sebagai upaya peningkatan kekuatan.

"Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah memiliki blueprint pertahanan untuk membangun kekuatan. Pembangunan akan dilakukan bertahap," kata dia.

Ia mengatakan, salah satu rencana tersebut ialah penggantian utama sistem persenjataan (alustsista) yang sudah uzur dengan alat-alat baru yang akan dibangun, sementara alutsista yang masih bisa digunakan akan terus ditingkatkan kemampuannya.




View the Original article

ACAB Appointed by LIG Nex1 to Develop KFX Fighter Radome Prototype

on

17 Februari 2012


ACAB is specialized in advanced radar dome technology (photo : Volvo Aero)

The Volvo Aero owned company, Applied Composites AB – ACAB – has been appointed by LIG Nex1, a LIG Group company in South Korea, for the development of a prototype stealth radome for the KFX aircraft programme.


ACAB is recognized as one of the leading European suppliers of advanced composite components for military applications. Among other things, ACAB is specialized in advanced radome technology, including the latest generation stealth and low-observable technology. ACAB has supported and supplied Saab for over half a century with radome technology for the Saab fighter programmes. ACAB is the supplier of the Gripen fighter radomes.

LIG Nex1 is South Korea’s number one company on military products. LIG Nex1 is working in close collaboration with advanced global companies. LIG Nex1 is developing state-of-the-art weapon systems, including radar and surveillance systems.

The radome (radar dome) is the streamlined structural part in the nose of the aircraft which protects the radar antenna from wind and weather. It is carefully designed to withstand the mechanical loads without compromising the radar performance. In addition, it increases the survivability of the aircraft due to its sophisticated stealth features.

The KFX aircraft is intended to replace South Korea’s aging F-4 Phantom II and F-5 Tiger II aircraft. The production numbers are estimated to exceed 250 aircraft. The contract includes exploratory development and production of prototypes for an undisclosed contract value. It is still too early to determine the number of people at ACAB that will be involved in development and production.

“We are very proud of and pleased with the contract from LIG Nex1 since it consolidates our position as world leader in radomes” says Torgny Stenholm, President of ACAB.

“In addition, the agreement is considered to be strategically important for ACAB as the company has plans to expand within the commercial and military aerospace segments”, he adds.




View the Original article

Lockheed Martin Teams with PT CMI Teknologi for Indonesia National Air Space Surveillance Program

on

15 Februari 2012


FPS-117 long-range surveillance radar (photo : Lockheed Martin)

SINGAPORE – Lockheed Martin [NYSE: LMT] signed a teaming agreement with Indonesian technology firm PT CMI Teknologi to improve airspace surveillance, safety, and management over the Indonesian Archipelago in support of the government’s defense revitalization initiative.


During a signing ceremony at the Singapore Air Show, company representatives agreed to jointly pursue the National Airspace Surveillance – Republic of Indonesia (NASRI) program with the intent to produce more than 40 new TPS-77 and FPS-117 long-range surveillance radars in-country.

“CMI’s strong background in microwave electronics makes them an ideal partner for the manufacture and long-term support of these radar systems in Indonesia,” said James Gribbon, Asia Pacific regional president for Lockheed Martin. “By integrating new sensors with Indonesia’s command and control system, the NASRI network will greatly enhance air sovereignty and surveillance over the country’s more than 17,000 islands, spanning a distance wider than the United States.”

Data feeds from the network will also enhance civilian air traffic control, including commercial air traffic management, which is currently handled by radars in nearby Singapore.

“Lockheed Martin has delivered more than 170 long-range surveillance radars around the world, all of which are still in continuous operation today,” said Rahardjo Pratjihno, CMI president. “Our company and our country’s defense industry will both benefit from this trusting co-production relationship for the NASRI program.”

PT CMI Teknologi of Bandung, Indonesia, is a small, privately-owned technology company specializing in microwave design and manufacturing. The company currently holds contracts for the development and support of Indonesian military radar systems.




View the Original article

DPR Ajukan Tiga Klausul Pengadaan Tank Leopard

on Friday, February 17, 2012

15 Februari 2012


Tank Leopard 2 Angkatan Darat Jerman (photo : Spiegel)

JAKARTA – Komisi I DPR menyatakan tidak menolak niat pemerintah untuk melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) jenis tank. Namun, khusus untuk pengadaan tank jenis Leopard dari Belanda, Komisi I DPR mengajukan syarat tiga klausul.


Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, Komisi I DPR kemungkinan besar tidak akan menyetujui anggaran untuk pembelian tank Leopard bekas dari Belanda jika Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI tidak bisa memenuhi klausul utama tersebut.

Klausul itu adalah secara teknis Indonesia membutuhkan tank jenis tempur berat itu, kemudian ada jaminan tidak akan ada embargo pemeliharaan dan suku cadang di masa mendatang.

Klausul selanjutnya, ada alih teknologi (transfer of technology) dalam pembelian tank Leopard tersebut. “Jika memang Mabes TNI tetap meminta Leopard bekas itu, Komisi I DPR harus diyakinkan secara teknis dan politis. Jika hal itu tidak dipenuhi oleh tim negosiasi Mabes TNI, lebih baik membeli yang baru kendati jumlahnya menjadi separuhnya,” ungkap Mahfudz di Jakarta kemarin.

Mahfudz menduga, Kemenhan dan Mabes TNI akan mati-matian berusaha untuk melancarkan rencana pembelian tank Leopard itu,termasuk melancarkan klausul yang diinginkan Komisi I DPR. Langkah ini dilakukan agar tidak ada benturan di kemudian hari. Karena itu, Kemenhan dan TNI harus menjajaki semuanya. “Semua klausul tersebut harus dipenuhi mengingat belanja alutsista setiap tahun selalu menelan anggaran negara yang besar,” tandasnya.

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengaku, tawaran tank Leopard sebenarnya bukan hanya dari Pemerintah Belanda, melainkan juga dari pemerintah Jerman. “Tawaran Belanda adalah tank bekas yang jika jadi dibeli oleh Indonesia akan di upgrade kemampuannya,” ungkap Sjafrie.

Sedangkan Leopard yang ditawarkan Jerman, ujarnya, adalah refurbishment. Artinya bukan tank bekas yang akan dibeli sebab Leopard asal Jerman ini sudah ditingkatkan lebih dulu kemampuannya.




View the Original article

Pembelian Tank Leopard sebelum 2014

on

16 Februari 2012

Tank Leopard 2 Angkatan Darat Belanda (photo : Militaryphotos)


Surabaya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo berharap pembelian 100 unit Tank Leopard dari Belanda dapat selesai sebelum 2014.


"Sampai sekarang masih tahap penjajakan dan belum berhenti. Tim yang kami bentuk masih membahasnya dan diharapkan sebelum 2014 sudah selesai," ujar Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo kepada wartawan di Surabaya, Rabu malam.


Ia mengaku, tim yang dipimpin Wakil KSAD Letjen TNI Budiman dalam rangka melihat dan mengadakan perkembangan negosiasi lanjutan. Hingga kini belum ada perubahan berarti dan masih menjadi tarik ulur di parlemen Belanda.


"Sekali lagi saya tegaskan, kalau Belanda menjual kami beli, tapi kalau tidak kami pergi. Tunggu saja perkembangan berikutnya," kata mantan Pangkostrad tersebut.


Pihaknya juga mengatakan saat ini Jerman juga sedang menjajaki dan menawari Indonesia. Menurut Pramono, tank buatan Jerman menjadi alternatif jika target awal tidak kesampaian.


"Memang ada tawaran dari Jerman. Hanya saja kami belum bersikap, tapi itu bisa dijadikan alternatif. Yang pasti sebelum 2014 sudah harus selesai," tutur mantan Danjen Kopassus tersebut.


Jika pembelian Tank Leopard yang alokasi anggarannya mencapai 280 Juta US Dollar berjalan mulus, diharapkan bisa menjadi prestasi serta menaikkan wibawa bangsa.


Sementara itu, alokasi anggaran dari pemerintah Indonesia untuk modernisasi peralatan TNI AD sebesar Rp14 triliun. Dana tersebut digunakan untuk sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) lainnya.


"Diantaranya pengadaan tambahan helikopter, PT Pindad yang menyiapkan anoa atau panser, serta alutsista lainnya. Bahkan Leopard ini hanya bagian kecil saja kok," tukas jenderal yang juga pernah menjabat Pangdam Siliwangi tersebut.


Khusus tahun ini, direncanakan pembelian meriam, rudal anti pesawat, peluncur roket multiras dan lainnya. Apalagi sekarang Indonesia masih tertinggal jauh daripada negeri lain seperti Malaysia maupun Thailand.



View the Original article

TNI AL Dapat Kapal Baru

on

16 Februari 2012


Kapal Cepat Rudal KCR-40 KRI Kujang 642 (photo : Audrey)

BATAM, KOMPAS.com- TNI AL Armada Barat mendapat tambahan kapal baru, KRI Kujang-642. Kapal itu diserahkan pada Kamis (16/2/2012) pagi ini, di Dermaga Selatan Pelabuhan Batu Ampar, Batam.


Komandan Satuan Kapal Patroli Armada Barat Kolonel Pelaut Denih Hendrata mengatakan, KRI Kujang merupakan kapal kelima di satuannya. KRI Kujang termasuk jenis KCR- 40. "Sekarang kami punya dua KCR-40 dan tiga FPB (Fast Patrol Boat)," ujarnya.


KRI Kujang dibuat PT Palindo Marine Shipyard, Batam. Seluruh komponen kapal itu buatan Indonesia. KCR-40 merupakan kapal patroli kedua yang diserahkan Palindo pada TNI AL. Tahun lalu, Palindo menyerahkan KRI Clurit yang sejenis dengan KRI Kujang.


KRI Kujang 642 merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang berfungsi menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu cepat pula. Kapal ini berukuran panjang 44 meter, lebar 7,4 meter, dengan kecepatan maksimal 30 knot. Kapal ini memiliki daya tembak dan daya hancur karena dilengkapi Rudal C-705.


Kapal KCR-40 ini mampu menampung bahan bakar 50 ton dan air tawar 15 ton. Kapal cepat ini terbuat dari baja khusus High Tensile Steel pada bagian hulu dan lambung kapal, yang merupakan produk PT Krakatau Steel, Cilegon. Sedangkan untuk bangunan atas menggunakan Aluminium Marine Grade, yang menggunakan tiga mesin penggerak.




View the Original article

Biak Disiapkan Sebagai Skadron Pesawat Tempur

on Thursday, February 16, 2012

16 Februari 2012


Skadron tempur Biak diharapkan tahun 2014 dapat terbentuk (photo : gijoe77)

Biak (ANTARA News) - Pangkalan Udara Manuhua STAB di Kabupaten Biak Numfor, Papua dipersiapkan untuk skadron pesawat tempur dalam rangka menunjang tugas operasional Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV di kawasan Timur Indonesia.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV Biak Marsekal Pertama TNI Dedy Nita Komara di Biak Kamis mengatakan, untuk pengembangan pengamanan wilayah udara NKRI di kawasan Papua, keberadaan pangkalan udara Manuhua Biak masuk dalam rencana pengembangan sebagai pangkalan skadron pesawat tempur TNI AU.

"Keberadaan bandara Lanud Manuhua Biak sangat strategis dan memenuhi syarat bisa dikembangkan menjadi pangkalan skadron pesawat tempur, ya pada tahun 2014 diharapkan program ini dapat terwujud," ungkap Pangkosek Hanudnas IV Marsma TNI Dedy.

Ia mengakui, untuk idealnya pengembangan pangkalan skadron pesawat tempur di Lanud Manuhua empat flight dengan 12 pesawat tempur.

Dengan kondisi pangkalan udara Manuhua Biak saat ini, lanjut Marsma Dedy, yang sangat luas dan memenuhi syarat paling tidak dapat menampung delapan pesawat tempur TNI AU.

"Jika rencana skadron pesawat tempur TNI AU dibuka di Biak maka akan menunjang operasi Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV Biak menjaga pengamanan wilayah udara NKRI khususnya di wilayah Papua sekitarnya," ungkap Pangkosek Hanudnas IV Marsma TNI Dedy Nita Komara.

Hingga Kamis siang, tiga pesawat tempur F16 skadron Iswahyudi Madiun, dua Hercules, serta satu helikopter Puma berada di bandara Lanud Manuhua Biak untuk mendukung latihan cakra dan operasi "Tangkis Petir" yang diselenggarakan Kosek Hanudnas IV Biak mulai 16-21 Februari 2012.(M039)




View the Original article

TNI AD Lirik Peluncur Roket Canggih, HIMARS

on Tuesday, February 14, 2012

24 Januari 2012

HIMARS - peluncur roket multi laras buatan AS (photo : Military Pictures)

Jurnas.com | SELAIN pengadaan main battle tank, TNI AD juga melirik multiple launch rocket system (MLRS) untuk penguatan pertahanan darat. MLRS ini juga dapat difungsikan sebagai antipesawat tempur.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo dalam paparannya saat raker antara Komisi I dan Kementerian Pertahanan mengungkapkan, rencana pengadaan MLRS ini sudah dimasukkan dalam shopping list alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AD. Salah satu yang menjadi incaran adalah rudal tangguh High Mobility Artilery Rocket System (HIMARS). “Untuk penangkis serangan udara karena yang kami punya saat ini kelahiran tahun 1960-an. Setelah tahu harganya akan kami sampaikan,”kata KSAD di gedung DPR RI, Selasa (24/1).

Dengan memiliki senjata canggih semacam ini, KSAD yakin, Indonesia akan memiliki efek gentar terhadap negara-negara lain sehingga tidak akan mengganggu kedaulatan negara. Tidak kalah dengan tank Leopard yang mampu merontokkan beberapa tank dengan hanya satu tank Leopard, HIMARS ini memiliki jarak tembak sejauh 70 km dengan akurasi 10 meter.

“Bahkan jarak tembaknya bisa ditingkatkan menjadi 300 km. Sehingga negara lain akan gentar. Tak akan ada lagi patok Indonesia diusik. Lu cabut patok, gue sikat," selorohnya.

Peluncur roket HIMARS yang dikembangkan Lockheed Martin pada 1996 adalah senjata mobile dengan setiap peluncur yang mampu menembakkan enam roket dalam waktu 45 detik. Selain Amerika Serikat, yang merupakan negara produsen, Uni Emirat Arab dan Singapura juga telah memiliki rudal canggih ini. HIMARS baru diproduksi secara resmi melalui kontrak yang ditanda tangani pada Desember 2005.

Sebelumnya, KSAD menyebutkan telah menyusun daftar belanja (shopping list) pengadaan alutsista untuk mencapai Minimum Essential Forces. Selain MBT dan MLRS, TNI AD juga akan melakukan pengadaan helikopter serang, meriam 155 dengan jarak tembak 40 km, dan helikopter serbu.

(Jurnal Nasional)



View the Original article

RI Punya Pesawat Kepresidenan

on Monday, February 13, 2012

10 Februari 2012


Boeing BBJ2 untuk Pesawat Kepresidenan RI (photo : Republika)

JAKARTA– Presiden Indonesia kini resmi memiliki pesawat kepresidenan. Pesawat seri 737- 800 Boeing Business Jet 2 (BBJ 2) yang dibeli langsung dari pabrik Boeing telah diserahterimakan pada tanggal 21 Januari 2012 di Amerika Serikat.

Jika tidak aral melintang, pesawat tersebut akan mulai melayani tugas kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Agustus 2013 nanti. Sekretaris Kementerian Sekretaris Negara (Kemensesneg) Lambock V Nahattands mengungkapkan, pemerintah telah melunasi pembayaran senilai USD58,6 juta atau Rp525,91 miliar kepada Boeing Company yang seluruhnya diambilkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Namun dana sebesar itu baru untuk pembelian “green aircraft” atau pesawat kosong yang belum dilengkapi dengan interior dan sistem keamanan. Untuk pengerjaan interior kabin pemerintah menganggarkan dana sebesar USD27 juta sedangkan sistem keamanan sebesar USD4,5 juta. Dengan demikian, total biaya yang dikeluarkan untuk membeli pesawat kepresidenan sebesar USD91 juta.

Namun, biaya interior kabin dan sistem keamanan itu masih bisa berubah tergantung pada pemenang lelang. “Saat ini dalam proses pelelangan yang pemenangnya diperkirakan akan ditentukan pada akhir Februari 2012. Pekerjaan interior cabin dan security system akan dimulai Mei 2012 dan diperkirakan selesai Agustus 2013,”jelas Lambock, dalam keterangan persnya di gedung Sekretariat Negara,Jakarta.

Saat ini pesawat kepresidenan masih berada di AS untuk proses pemasangan enam tangki bahan bakar. Proses selanjutnya adalah penyelesaian interior kabin dan pemasangan sistem keamanan.“Semua itu dilakukan oleh completion center yang berpengalaman mengerjakan cabin interior dan security system pesawat VVIP. Saat ini sedang dalam proses pelelangan yang dilakukan secara internasional dan pemenangnya diperkirakan akan ditentukan pada akhir Februari 2012,” ujarnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) TB Hasanuddin mendukung keputusan pemerintah membeli pesawat kepresidenan. Menurut dia, untuk keperluan Presiden memang sangat dibutuhkan pesawat yang bukan sewaan. “Dari sisi anggaran, beli jauh lebih effisien dari menyewa terus menerus. Saya pernah alami saat di Sekmil. Kalau sewa dan terus menerus setidaknya sebulan empat kali, maka sewa jauh lebih mahal,” katanya.

Biaya itu, lanjut dia, belum termasuk untuk modifikasi yang harus disiapkan sebelum hari H pemakaian. Sebab, untuk kepergian Presiden juga harus disiapkan untuk seting tempat duduk serta keperluan lain termasuk tempat istirahat. Dari sisi keamanan, memiliki pesawat kepresidenan jauh lebih aman dibandingkan sewa. Selain perawatannya bisa dilakukan setiap saat, dengan status pesawat kepresidenan maka pesawat tersebut akan dilengkapi dengan alat komunikasi khusus untuk standar presiden.

Lebih lanjut, politikus PDIP itu menyebut, sebagai bangsa besar Indonesia perlu menjaga dan menunjukkan marwahnya di hadapan bangsa lain. Ini terkait dengan harga diri yang semuanya harus bisa ditunjukkan oleh simbol negara. ”Masak kita kalah sama Papua Nugini sih,”ujarnya. Untuk diketahui, Presiden RI selama ini lebih banyak menggunakan pesawat sewaan dari Garuda Indonesia.

Selama menjabat presiden, SBY seringkali menggunakan jenis Airbus A330 milik Garuda Indonesia. Presiden sebelumnya pun melakukan hal yang sama. Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sering memakai Boeing Bussiness Jet (BBJ) 737-800 atau Boeing 707, sedangkan Megawati Soekarno Putri sering memakai MD- 11 atau RJ-85 PAS.

Berdasar data yang ada, Indonesia sebenarnya pernah mempunyai pesawat kepresiden sendiri. Soekarno tercatat pernah memiliki tiga pesawat jetstar C-140. Presiden RI pertama itu sebelumnya juga pernah memiliki pesawat Ilyushin II-14 yang merupakan hadiah dari Rusia. Namun pada era Soeharto, presiden terlama Indonesia itu lebih banyak menggunakan pesawat Garuda atau TNI.

Tercatat Soeharto pernah memanfaatkan pesawat DC-8 Garuda Indonesia, DC-10 Garuda Indonesia, C-130 Hercules TNI Angkatan Udara, Helikopter SA- 330 Puma, atau SA 332 Super Puma TNI AU. Selain itu Soeharto pernah membeli Fokker 28 yang dioperasionalkan Pelita Air Service dan membeli Avro RJ-185 PAS.

Lebih Hemat dan Optimal

Keputusan membeli pesawat kepresidenan dilalui setelah melalui proses panjang sejak rapat kerja Sekretariat Negara dengan Komisi II DPR pada 31 Mei 2010. Walaupun sempat menimbulkan pro-kontra, DPR telah menyetujui pengadaan pesawat kepresidenan karena lebih efektif dan efisien dibanding menyewa dari PT Garuda Indonesia seperti yang dilakukan selama ini.

Lambock menyebutkan, biaya sewa pesawat untuk presiden pada periode 2005 hingga 2009 adalah Rp813,794 miliar atau USD81,379 juta dengan kenaikan biaya sewa setiap tahun sebesar 10% atau USD8,137 juta. Sedangkan jika membeli pesawat dengan harga USD91 juta, biaya perawatan dan operasional selama 5 tahun USD36,5juta.

Jika diperhitungkan depresiasi pesawat selama 5 tahun senilai USD10,423 juta dan nilai buku aset pesawat sebesar USD80,785 juta, maka penghematan yang dihasilkan senilai USD32,136 juta.


Baca Juga :

4 Perusahaan AS Diundang Tender Desain Kabin Pesawat Kepresidenan

25 Januari 2012


Interior Pesawat Kepresidenan yang akan ditenderkan (photo : Republika)

Jakarta - Pesawat Kepresidenan jenis Boeing Business Jet (BBJ) 2 sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Indonesia pada Jumat (20/1/2012) lalu dalam keadaan green aircraft alias kondisi kabin yang polos. Sekretaris Negara (Setneg) mengundang 4 perusahaan asal Amerika Serikat (AS) untuk mengikuti tender mendesain kabin dan keamanan pesawat.

Hal itu tercantum dalam dokumen di situs Setneg yang bertajuk 'INVITATION FOR ATTAINMENT OF SELECTION DOCUMENT - COMPLETION CENTRE -CABIN INTERIOR AND SELF-DEFENSE'. Ada 2 file yang diunggah yaitu file undangan kepada 4 perusahaan AS untuk mendesain kabin pesawat Kepresidenan serta dokumen tata cara pengadaan dan lelang tender (procurement document).

File undangan itu dibuat dan diunggah pada 3 Januari 2012 dengan panitia pengadaan proyek Piping Supriatna. Dituliskan jadwal tender dari seleksi dokumen hingga penandatanganan kontrak yaitu Selasa, 3 Januari 2012 hingga Jumat, 16 Maret 2012.Adapun 4 perusahaan asal AS yang diundang tender yaitu:

1. Associated Air Center8321 Lemmon AvenueLove FieldDallas, TX 75209

2. PATS Aircraft Systems21652 Nanticoke AvenueGeorgetown, DE 19947, USA

3. L-3 Integrated Systems7500 Maehr Road Waco, Texas 76715-4580

4. Gore Design Completions, Ltd.607 N. Frank Luke DriveSan Antonio, TX 78226

Sebelumnya Mensesneg Sudi Silalahi mengatakan Pemerintah kini sedang menyusun interior dan sistem keamanan pesawat.

"Memang perkembangannya tidak setiap hari. Baru sekitar satu minggu lalu untuk penerimaan green aircraft," ujar Mensesneg Sudi Silalahi usai RDP dengan Komisi II DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2012).

"Sehingga proses berikutnya adalah interior dan security system. Sekitar 3 hari lalu serah terima, kita kirim tim yang terkait dengan pengadaan itu. Seluruh anggaran sudah disetujui anggota DPR. Sesuai rambu-rambu, tak ada hal yang lebih dari yang disepakati dahulu," ungkapnya.

Sementara itu Sekretaris Menteri Sekretaris Negara (Sesmensesneg) Lambock V Nahattands mengatakan serah terima dilakukan pada 20 Januari 2012 lalu sekaligus dilakukan uji coba oleh tim.

"Kita minta tangki 4, ini nanti akan selesai April 2012. Maka kita akan lanjut ke cabin interior, masalah security akan diperhatikan juga," paparnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2012).

Lambock menjelaskan biaya proses untuk perbaikan pesawat tersebut juga sudah disepakati oleh Kementerian Keuangan. Sehingga nantinya akan menjadi proyek berkesinambungan pada setiap tahunnya.

"Kita masih berusaha menekan harga. Pesawat green aircraft sudah selesai, cabin interior, bulan April sudah dengan tankinya. Perkiraan 2013 awal, kita sudah miliki pesawat kepresidenan," ungkapnya.

Untuk diketahui, harga pesawat tersebut mencapai US$ 58 juta (sekitar Rp 525 miliar). Pemerintah mengklaim berhasil menawar dari harga penawaran sebelumnya yang mencapai US$ 62 juta (sekitar Rp 561,5 miliar).




View the Original article

Pesawat Kepresidenan RI - Dilengkapi Sistem Penangkal untuk Deteksi Serangan

on

11 Februari 2012


Impresi artis tentang Pesawat Kepresidenan RI (image : Jetabout)

Pesawat kepresidenan RI yang sekarang ini masih berada di pabrik Boeing, AS. Pesawat ini dijadwalkan beroperasi akhir Agustus 2013.

Sehebat apakah pesawat kepresidenan RI kelak? Mendekati Air Force One milik Amerika Serikat (AS) yang bertabur teknologi dan sistem keamanan tercanggih atau Ilyushin Il-96- 300PU milik Rusia yang kamar mandi presidennya berbalut emas dan beberapa ruangan dilapisi sutera?

Pesawat seri 737-800 Boeing Business Jet 2 (BBJ 2) yang dibeli Pemerintah Indonesia dari Boeing Company agaknya masih jauh dari bayangan tersebut.

Pesawat ”Indonesia Air Force One” bahkan lebih sederhana daripada pesawat sewaan dari Garuda Indonesia yang selama ini digunakan. “Ini bukan pesawat untuk pribadi, tapi pesawat untuk kepresidenan. Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY) tidak menginginkan pesawat itu menjadi pesawat yang mewah,”ujar Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara (Kemensesneg) Lambock V Nahattands di Jakarta kemarin.

Menurut dia, interior pesawat kepresidenan tidak akan berlebihan.“Kabin berisi tempat istirahat presiden saja. Kalau dulu kabin memakai gorden, sekarang dipasangi pintu, itu saja lebihnya,” jelas Lambock. Indonesia resmi memiliki pesawat kepresidenan yang dijadwalkan beroperasi pada akhir Agustus 2013. Saat ini, pesawat kosong (green aircraft) seharga USD58,6 juta atau Rp525,91 miliar tersebut masih di pabrik Boeing di Seattle untuk dipasangi interior kabin dan sistem keamanan.

Berdasar pengalaman SINDO menumpang pesawat kepresidenan sekarang, interior kabin tidak jauh berbeda dengan pesawat komersial pada umumnya. Untuk pesawat yang akan datang, meski interior sederhana bukan berarti sistem keamanan dilupakan. Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Mayjen TNI Agus Sutomo mengatakan, sistem keamanan pesawat RI-1 adalah counter sabotage system atau sistem penangkal sabotase.“ Jadi kalau ada yang mau jahil sama pesawat ini bisa langsung diketahui,” ujarnya.

Mantan Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus itu menambahkan,pesawat kepresidenan juga dilengkapi teknologi komunikasi khusus. Pada pesawat sewaan,peranti ini tidak tersedia. Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PDIP TB Hasanuddin mendukung pengadaan pesawat kepresidenan meskipun dia juga mengkritik pemilihan BBJ2. Menurut dia, waktu terbang pesawat ini hanya 7–8 jam. ”Kalau ke Eropa harus berhenti dua kali. Ini tidak efisien,”ujarnya.

Mantan penasihat keamanan Presiden George Bush Richard Falkenrath mengutarakan,dari sudut pandang perlindungan presiden,pesawat harus memberikan keamanan maksimal. ”Dan memang Air Force One memberikan pengutamaan pada sistem keamanan,”ujarnya.

Tidak dapat dimungkiri Air Force One merupakan pesawat paling istimewa dalam segi kemewahan dan fasilitas. Salah satu kecanggihan teknologi pesawat Air Force One adalah pertahanan terhadap rudal. Air Force One juga memiliki keunggulan dapat diisi bahan bakar di tengah perjalanan.




View the Original article

30 Unit Pesawat N219 Buatan PT DI Telah Dipesan Maskapai NBA

on

12 Februari 2012


Pesawat N-219 (photo : Defense Studies)

Jurnas.com PESAWAT N219 yang tengah dikembangkan PT Dirgantara Indonesia telah dipesan PT Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 unit. Untuk pengerjaan 30 unit pesawat ini, PT DI telah mendapatkan investor dari Belanda. "Investor ini mau membiayai pembelian 30 unit oleh NBA. Perusahaan dari Belanda, namanya RTCOM,"kata Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI, Dita Ardonni Jafri, dalam perbincangan dengan Jurnal Nasional, Minggu (12/2).

Menurutnya, pada 15 Februari mendatang PT DI akan menandatangani perjanjian untuk pengadaan pesawat tersebut. "Kami akan tandatangani Letter of Intent (LOI) dan Memorandum of understanding (MoU) dengan NBA dan beberapa investor luar negeri pada acara Singapore Air Show," ujarnya.

Pesawat N219 dirancang dengan tangki bahan bakar yang lebih besar dikelasnya. Hal ini untuk mengantisipasi tak adanya fasilitas pengisian bahan bakar di bandara terpencil. N219 memiliki daya jelajah hingga 650 Nm (1,200 km) dengan kecepatan maksimum 213 Kts (395 km/jam).



Baca Juga :

PT DI Butuh Rp 300 Miliar Buat Prototype N219

12 Februari 2012


Jurnas.com PT Dirgantara Indonesia membutuhkan dana Rp 300 Miliar untuk pembuatan dua prototype-pesawat N219nya. PT DI berharap, pesawat dengan kapasitas 20 penumpang ini dapat terbang pada 2014 sesuai dengan amanah Perpres No 28/2008.

Menurut Direktur Teknik dan Pengembangan PT Di Dita Ardonni Jafri, kedua pesawat prototype ini akan digunakan untuk tes terbang dan tes statis di daratan. Pada tahap Preliminary Design, tes yang belum dilakukan hanya power on wind tunnel test. "Setelah itu kita akan mulai detail design dan memproduksi 2 prototype," jelas Donni saat dihubungi Jurnal Nasional di Jaklarta, Minggu (12/2).

Donni menuturkan, wind tunnel test PT DI dibantu oleh Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) termasuk dari segi pendanaannya. Sedangkan pembiayaan dalam produksi 2 prototype yang akan dilakukan, PT DI berharap mendapat bantuan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub)."Untuk prototype minimum Rp 300 Miliar,"ujarnya.

Pesawat N219 adalah pesawat bermesin ganda yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan penerbangan perintis untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil. Pesawat ini dinilai cocok dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak bandara kecil karena mampu mendarat dan lepas landas dalam area terbatas yaitu 600 meter dengan stabilitas tinggi.




View the Original article

Skadron Udara 16 Dibangun di Lanud Pekanbaru

on Saturday, February 11, 2012

09 Februari 2012


Pekanbaru, Sumatera (image : GoogleMaps)

Kepala Dinas Pengembangan Operasi TNI AU (Kadisbangopsau), Marsekal Pertama TNI R. Hari Muljono beserta tim survei Mabesau diterima Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto, S.E beserta para Pejabat dan Komandan Satuan di jajaran Lanud Pekanbaru dalam rangka meninjau lokasi rencana pembangunan Skadron Udara 16 di Lanud Pekanbaru, Rabu (9/2).


Pangkalan TNI AU Pekanbaru yang saat ini hanya terdiri satu Skadron yaitu Skadron Udara 12 yang mengawaki jenis pesawat tempur Hawk 100/200 Skadron Tehnik, kedepan akan di tambah menjadi dua Skadron, yaitu Skadron Udara 16 yang di rencanakan akan mengawaki jenis pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari America Serikat, sehingga dengan adanya dua Skadron tersebut, Lanud Pekanbaru akan ada peningkatan, yang semula tipe B akan menjadi tipe A.


Kedatangan tim survei yang berlangsung selama tiga hari, selain mengunjungi lokasi rencana pembangunan Skadron Udara 16 di Lanud Pekanbaru, juga mengunjungi lapangan tembak, Komplek Rajawali baru, Mes Garuda yang rencana akan ditempati untuk mes remaja, Gedung ACMR dan BMP Lanud Pekanbaru.




View the Original article

Indonesia Berencana Beli 8 Helikopter Tempur Amerika

on

09 Februari 2012


Helikopter tempur Apache buatan Amerika (photo : Defense Industry Daily)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana untuk membeli sejumlah helikopter tempur jenis Apache dari Amerika Serikat. Hal itu dilakukan untuk menambah kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista). "Kalau tidak salah sebanyak delapan unit," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di kantornya, Kamis, 9 Februari 2012.

Menurut dia, pengadaan delapan unit helikopter tempur jenis Apache itu bukan karena ditawarkan begitu saja oleh pihak Amerika kepada pemerintah Indonesia. Rencana pembelian pesawat sejumlah itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan Indonesia. "Mereka tidak menawarkan, kita yang mencari," ujar Sjafrie.

Namun, ia menambahkan, hingga kini belum ada deal antara pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat ihwal pembelian helikopter tempur tersebut. Sejauh ini, yang sudah disepakati adalah pembelian pesawat tempur jenis F16 dari Amerika Serikat. "Kita semua tahu yang F16 sudah deal," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan saat ini banyak proyek pengadaan alutsista. Jenis alutsista yang dibeli Indonesia pun beragam, ada yang bergerak dan ada yang tidak bergerak. Yang jelas, pemerintah mengusahakan agar pembelian senjata tersebut sesuai dengan kebutuhan. "Prosesnya dari user (TNI AD, TNI AL atau TNI AU), ke Mabes TNI, baru ke Menhan. Dari situ (baru) ada pembelian," kata Purnomo.




View the Original article

Pesawat Intai Tanpa Awak Dikirim Tahun Ini

on

09 Februari 2012


Searcher Mk II UAV yang dioperasikan oleh Singapore dengan kemampuan jelajah hingga 200km dan daya tahan / endurance selama 18 jam (photo : jewelific)

Jurnas.com PESAWAT intai tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) akan mengudara di langit nusantara tahun ini. Pesawat yang dipesan Kementerian Pertahanan dari Filipina ini punya kemampuan jelajah hingga radius 200 km dalam waktu 15 jam.

“Pesawat ini merupakan pesawat baru dan akan dikirim tahun ini,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di kantor Kementerian Pertahanan di Jakarta, Kamis (9/2). Pengadaan UAV merupakan program 2004 dan kontraknya sudah dilakukan sejak 2006.

"Kemhan telah melakukan uji teknis pesawat ini," kata Sjafrie. Indonesia sangat memerlukan pesawat ini terutama untuk operasi intelijen. Namun begitu, pesawat ini juga bisa digunakan untuk keperluan lain seperti mendeteksi cuaca. Sjafrie menjelaskan, sebelumnya Indonesia meminjam pesawat ini pada negara sahabat ketika membutuhkannya.

Contohnya, saat operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, Indonesia meminjam pesawat tersebut dari Singapura. “Untung yang punya nggak pakai, kalau dia pakai kan kita nggak bisa pakai,” katanya. Pesawat dipesan dari Kital Philippine Corp. sebanyak enam unit.


Baca Juga ;

Pesawat Intai Kemhan US$8 Juta Per Unit

09 Februari 2012

Jurnas.com PESAWAT intai tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang akan dibeli Kementerian Pertahanan (Kemhan) berharga US$8 juta per unit. Sebagian pembayarannya dialokasikan dari APBN 2012. “Harganya US$16 juta untuk dua unit,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di kantor Kemhan Jakarta, Kamis (9/2).

Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto kemarin, Rabu (8/2), menyatakan Kemhan mengalokasikan dana sebesar US$80 juta untuk pembelian pesawat tersebut. Kemhan merencanakan membeli enam unit UAV.

Menurut Sjafrie, dengan pembelian UAV ini Indonesia bisa mengadopsi teknologi pesawat intai. Harapannya, dimasa mendatang Indonesia dapat memproduksi pesawat ini melalui industri pertahanan nasional dengan pembelian ini. “Dengan membeli Indonesia akan menyerap teknologi, nantinya bisa dikembangkan oleh teman-teman di industri pertahanan dalam negeri,” jelas Sjafrie.

Sjafrie juga meminta agar masyarakat tidak mengaitkan hal ini ke ranah politik. Dia menegaskan, Kemhan membeli pesawat itu selain untuk keperluan pertahanan negara, juga untuk mengadopsi teknologi pesawat tersebut.

Sebelumnya, Komisi I DPR RI menolak rencana pembelian UAV yang disebut-sebut berasal dari Israel. DPR beralasan, Israel kerap melakukan pelanggaran HAM. “Kami membeli teknologi dan teknologi itu tidak punya batas teritorial, dan memang betul membeli teknologi susah. Teknologi tidak ada kaitannya dengan politik,” imbuh Sjafrie.

Pembelian pesawat tersebut, lanjut dia, sebagiannya dibayar menggunakan alokasi anggaran 2012. Hal ini disebabkan anggaran tahun 2012 telah digunakan untuk belanja pegawai. “Sebanyak 25 persen dari alokasi anggaran Rp74 triliun, karena 52 persen sudah dipakai untuk kebutuhan belanja pegawai dan bayar gaji. Anggaran 25 persen itu untuk belanja barang dan belanja modal,” pungkasnya.




View the Original article

European Jet Maker Likely to Backtrack on $1 bil. Pledge

on Friday, February 10, 2012

09 Februari 2012

One of KFX model (image : Militaryphotos)

A European consortium of four aerospace and defense companies will likely walk away from its promise of investing 20 percent of the cost for a Korea-initiated project to develop a new multirole fighter, industry sources said Thursday.

The European Aeronautic Defense and Space Company N.V. (EADS) reportedly made the pledge as Korea hinted that financial and technology contributions would favorably affect the separate selection of a foreign vender to supply 60 advanced fighter jets to Korea for 8.29 trillion won ($7.3 billion).

According to a 2011 report by Korea National Defense University, EADS expressed its intent to invest up to 20 percent or $1 billion into the KF-X program, a fighter development program.

An industry insider also confirmed that EADS had expressed it was willing to contribute as much as 20 percent of the development cost for the KF-X project to officials of the Defense Acquisition Program Administration (DAPA).

“EADS’s position was that it was willing to comply with DAPA’s request for KF-X investment, but it was deemed too early to comment on the possible import of KF-X fighters from European countries,” said the source familiar with EADS’s talks with DAPA over the FX-III project.

“But now EADS will likely backtrack on the pledge as DAPA made it clear that no incentive will be given in the FX-III race to a company committed to share the financial burden of the KF-X project.”

Seoul has pursued the ambitious KF-X project since 2000 in a bid to replace its aging F-4 and F-5 fighter jets with indigenous aircraft with stealth capabilities and export potential by 2020.

Jakarta has been jointly conducting a feasibility study on the project while shouldering 20 percent of the $50 million initial costs.

Thirty-five Indonesian researchers have teamed up with 137 Korean experts for the exploratory stage, scheduled for completion with the selection of a prototype at the end of 2012.

Indonesia has pledged to invest $1 billion in the KF-X project and buy 50 KF-X fighters, but no other country has yet to follow suit.

Turkey is reportedly mulling joining the Korea-led consortium for the KF-X project, but on condition of an equal partnership with Korea.

A senior DAPA official said Seoul has rejected Ankara’s demand to allow it to have a 50 percent stake in the KF-X project along with Korea as it believes Seoul should play a dominant role.

He said DAPA could abandon the risky jet development project unless another country or a foreign company join the project and share between 20 percent and 29 percent of the development costs.

Meanwhile, an industrial source raised suspicion that Korea may have decided not to give an incentive to FX-III bidders with willingness to invest in the KF-X project as American defense companies, which he claims DAPA favors, showed no interest in making financial contributions.

EADS is competing with two U.S. defense giants, Lockheed Martin and Boeing, in the FX-III project, for which Korea is expected to announce the winner in October this year.

(Korea Times)



View the Original article

Panglima TNI Tandatangani MoU Pembuatan Prototipe ke-2 Rantis 4 x 4

on Thursday, February 9, 2012

08 Februari 2012

Prototipe kendaraan taktis Garda 4x4 (photo : PT Alam Indomesin Utama)

KORANBOGOR.COM, (Puspen TNI) – Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. bersama delapan mitra pendukung menandatangani Nota Kesepakatan Pembuatan Prototipe ke-2 Kendaraan Taktis (Rantis) 4 x 4 TNI guna memenuhi standarisasi Kendaraan Taktis 4 x 4 TNI (AD, AL dan AU) dengan bentuk working group TNI, di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (8/2).


Delapan mitra yang mendukung dalam pembuatan Prototipe ke-2 Rantis 4 x 4 ini adalah PT. Pindad (Persero) sebagai leading sector industri, termasuk pelaksana integrator desain, pengerjaan break system, steering system, serta senjata; PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. sebagai penyedia material baja bahan baku Rantis 4 x 4; PT. Autocar Industri Komponen sebagai pelaksana penyedia power train / drive line, power pack (engine dan transmisi), electrical AC dan engine, wich, driver set/tool kit, pengerjaan pengecatan body assembling; PT. Yudistira Komponen sebagai pelaksana pengerjaan chassis dan komponen body; PT. Petrodriil Manufaktur Indonesia sebagai pelaksana pengerjaan suspension assy, hub reduction, transfer case dan propeller shaft; CV Indopulley Perkasa sebagai penyedia mounting engine dan transimisi, rubber part, seal, velg dan ban run flat; PT. Gajah Tunggal Tbk. sebagai penyedia ban dan; PT. Pilarmas Kursindo Persada, sebagai penyedia jok/kursi kompartemen, glass dan griil, body dashboard dan aksesories/interior.


Mitra pendukung Garda 4X4 dan rencana pengembangan varian (photos : Audrey)


Tahun 2012 merupakan bagian dari Rencana Strategis II (2010-2014) yang memprioritaskan pada postur Minimum Essential Force secara bertahap dan berlanjut. Dalam rangka mewujudkan kekuatan pokok minimum TNI dan sesuai dengan arahan Presiden RI, Mabes TNI telah melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka memenuhi kemandirian alutsista dengan bekerjasama dan memberdayakan industri pertahanan nasional guna mengurangi ketergantungan kebutuhan alutsista pada negara lain.


Pada TA. 2009, TNI telah membentuk tim working group yang bekerjasama dengan industri pertahanan nasional untuk membuat Prototipe Rantis 4×4 dengan mengadopsi filosofi humvee Amerika Serikat yang terbukti cukup tangguh dan stabil. Pembuatan Prototipe ke-2 Rantis ini merupakan tindaklanjut dari Rantis Prototipe ke-1 yang telah dipamerkan di PTDI Bandung bersamaan dengan peresmian pesawat CN-235 oleh Presiden RI. Selanjutnya tim working group bersama 8 mitra TNI siap untuk memenuhi tantangan Presiden untuk memproduksi Rantis tersebut.


Saat ini Rantis yang digunakan TNI terdiri dari berbagai tipe dan jenis yang dibuat dari berbagai negara. Dihadapkan dengan medan yang ada dan kondisi yang semakin tua menyebabkan manuver taktisTNI dalam melaksanakan tugas pokoknya kurang maksimal, sehingga diperlukan Rantis pengganti yang dibuat oleh industri dalam negeri disesuaikan dengan kebutuhan operasional serta didukung spesifikasi yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.


Adapun Rantis yang akan dibuat adalah tipe komando dan tipe angkutan personel dengan spesifikasi berat kendaraan 2.500 kg, berat muatan 250 – 1.500 kg, panjang 480 – 540 cm, lebar 200 cm, tinggi 183 cm, jarak bebas dasar 39 cm, lintas kedalaman air 78 cm, Vmaks di jalan raya 120 km/jam, mesin diesel 4200 cc – 6000 cc Turbo Charger Intercooler, sistem kemudi power steering, sistem rem hydraulik dengan cakram depan dan belakang + Anti Blocking System (ABS),Transmisi Automatic, suspensi independen Suspension Modul Portal, daya jelajah 500 km, sistem komunikasi VHF, HF dan Intercom Set.


Turut hadir dalam acara penandatanganan Nota Kesepakatan antara lain, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, para Asisten Panglima TNI dan Asisten Kepala Staf Angkatan, Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul, S.E. serta para pejabat TNI dan mitra industri pertahanan nasional.




View the Original article

Airbus Tunjuk PTDI Sebagai Produsen Tunggal C212-400

on

09 Februari 2012


C-212 400 yang dioperasikan oleh Thailand (photo : jacobs)

Bandung (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah ditunjuk oleh Airbus Military sebagai produsen tunggal pesawat C212-400 satu-satunya di dunia.

Asisten Direktur Utama Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan PTDI, Sonny Saleh Ibrahim, dalam penjelasannya kepada ANTARA News, Kamis (9/2), mengatakan saat ini seluruh fasilitas produksi untuk C212-400 telah dipindahkan dari San Pablo, Spanyol, ke PTDI di Bandung.

"Airbus Military selanjutnya akan fokus pada pembuatan pesawat terbang berbadan lebar AM-400 yang sekelas dengan C-130 Hercules," kata Sonny yang mengungkapkan dasar kerjasama pemindahan industri Airbus Military dari Eropa ke Indonesia itu sudah ditandatangani kedua pihak pada tahun 2006 dan diperbaharui tahun 2011.

Sonny menjelaskan, "Airbus Military sebelumnya EADS (European Aeronautic Defence and Space Company) konsorsium Airbus bersama Perancis, Jerman dan Inggris yang didirikan tahun 1999, dan kemudian memasukkan pula CASA (Construcciones Aeronuticas SA) sehingga nama CASA pun melebur menjadi Airbus.

"Perkembangan terakhir, CASA dijadikan produsen untuk seluruh pesawat Airbus untuk penggunaan militer.


Airbus Military C-212- 400 (image : CASA)

Pesawat C212-400 merupakan versi terakhir dari pesawat C212-200 yang sudah dikerjakan PTDI sejak tahun 1980-an. Dalam pengerjaan C212-400, tidak beda halnya dalam pengerjaan C212-200 yang sudah terlebih dahulu dikerjakan tersebut.

Tenaga yang diperlukan lebih banyak untuk menangani pekerjaan-pekerjaan seperti pre-cutting, hand formingdan pekerjaaan lainnya dibagian sheet metal forming, dimana pekerjaan tersebut tidak terlalu banyak melibatkan bagian machining.Pesawat C212-400 merupakan pesawat untuk jarak pendek, penumpang maksimum 26 orang yang dirancang sebagai pesawat multiguna sipil dan militer.

Pesawat ini mempunyai dayaangkut maksimum hingga 2.950 kg dan ditenagai dua mesin Garret TPE 331-12JR-701C dan kecepatan maksimum 200 knots.

Salah satu keunggulan pesawat ini dibandingkan dengan pesawat lain sekelasnya adalah C212-400 memiliki pintu belakang (ramp door), kabin lebih tinggi dan dayaangkut lebih besar. Pesawat ini juga dapat dipasangi tanki bahan bakar tambahan sehingga pesawat dapat terbang lebih jauh.

Perbedaan pesawat C212-400 dibanding C212-200 antara lain interior lebih luas karena lebih panjang, dilengkapi wing tip untuk memperkecil hambatan udara (drag), sistem avionic lebih modern, yaitu dilengkapi dengan EFIS (Electronic Flight Instrument System) dan sistem data mesin terpadu (Integrated Engine Data System).

Pesanan perdana datang dari C212-400 datang dari PT. Airfast Indonesia satu unit, pada bulan Februari 2009, pada Agustus 2011, PTDI melakukan penandatanganan kontrak penjualan dengan T.K.S Thailand sebanyak satu unit pesawat.

Pengadaan satu unit pesawat C212-400 ini, merupakan bagian dari kebutuhan total T.K.S Thailand sebanyak 12 unit, dua di antaranya sudah dikirimkan dari Airbus Military.

Dari kebutuhan T.K.S sebanyak 12 unit tersebut, sebelumnya sebanyak 2 unit pesawat telah dipenuhi oleh Airbus Military, dan sisa kebutuhan selanjutnya akan dipenuhi oleh PTDI.

Selain itu, PTDI tahun lalu telah mengirimkan tiga pesawat CN-235 versi intai maritim untuk Badan Penjaga Pantai Korea Selatan (Korea Coast Guard), dari total empat pesanan. Pesanan terakhir akan dikirimkan Maret mendatang.




View the Original article

KRI Nanggala : Makin Canggih dengan Sistem Kendali Senjata Modern

on Tuesday, February 7, 2012

07 Februari 2012


Keunggulan lain KRI Nanggala 402 pasca overhaul adalah kemampuan sonar yang mencapai 24,03 mil (40 km), kemampuan selam hingga 200 meter dengan waktu selama 52 hari, radar yang dilengkapi peta elektronik, hingga komunikasi yang terintegrasi dengan sistem lan. (photo : Audrey)

Penantian panjang melihat kapal selam KRI Nanggala-402 kembali menelusup perairan Indonesia berakhir sudah. Kapal yang pernah dijuluki monster bawah laut karena kemampuan tempurnya ini kembali memperkuat jajaran TNI Angkatan Laut (AL) setelah menjalani perbaikan dan perawatan menyeluruh (overhaul) di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan.

Kemarin kapal tipe U-29 buatan Jerman ini sukses berlabuh di dermaga Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya setelah menempuh perjalanan selama 21 hari.

Keberhasilan overhaul KRI Nanggala-402 tersebut tentu semakin meningkatkan sistem pertahanan Indonesia di wilayah perairan. Kini Indonesia memiliki kapal selam tempur supercanggih yang mampu menjaga kedaulatan hukum dan keamanan laut dari serangan musuh.

Menurut Komandan Satuan Tugas Overhaul KRI Nanggala- 402 Kolonel Tunggul Suropati, ada sejumlah peranti penting yang diperbaiki dan diganti selama kapal berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter ini berada di Korsel, di antaranya sistem kendali senjata, radar, sonar, alat komunikasi, hingga penggantian separuh badan kapal dari haluan sampai buritan.


Sistem manajemen tempur dan operasi digital baru dari Norwegia diterapkan pada KRI Nanggala. Sistem baru KRI Nanggala-402 diterapkan dari teknologi manajemen tempur dan operasi dari Norwegia. Teknologi digital itu memungkinkan komandan kapal mengambil keputusan secara lebih cepat, efisien, dan tepat atas posisi dan kedudukan kapal terhadap sasaran yang dituju. (photo : Antara)

“Sekarang KRI Nanggala- 402 ini sudah berimbang dengan milik negara tetangga, termasuk Australia. Sistem kendali senjata kapal ini sudah canggih. Senjata torpedo pada kapal ini bisa menembak dengan akurat dari jarak yang cukup jauh,” ungkapnya di Markas Koarmatim Surabaya kemarin.

Tunggul menjelaskan, keunggulan lain KRI Nanggala-402 pasca-overhaul adalah kemampuan sonar yang mencapai 24,03 mil (40 km), kemampuan selam hingga 200 meter dengan waktu selama 52 hari, radar yang dilengkapi peta elektronik, hingga komunikasi yang terintegrasi dengan sistem lain. “Jadi meskipun di bawah laut, kapal ini bisa berkomunikasi hingga seluruh dunia,” ungkapnya.

Tunggul menuturkan, banyaknya perbaikan inilah yang memerlukan waktu lama selama overhaul, termasuk biayanya yang cukup tinggi. Untuk keseluruhan perbaikan kapal, negara mengeluarkan biaya hingga USD75 juta. “Tetapi nilai itu sudah sebanding dengan kemampuan yang dimiliki. Bayangkan, KRI Nanggala-402 ini kemampuannya delapan kali dibanding kapal perang biasa,” katanya.

Kapal bernomor lambung 402 ini dilengkap dengan Torpedo yang mampu mengejar kebisingan. Kapal ini juga bisa dilengkap oleh beberapa misil seperti SubExocet, SubHarpoon dan sebagainya (photo : Audrey)

Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Soeparno menyambut gembira sukses overhaul KRI Nanggala-402 tersebut. Dia berharap kapal tersebut mampu menjalankan fungsinya dengan bagus, yakni melakukan infiltrasi, peperangan atas dan bawah air, penyebaran ranjau terbatas, hingga proses evakuasi. “Sudah waktunya kita memiliki kapal selam canggih seperti ini sehingga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap terjaga,” ungkap alumnus Akademi Angkatan Laut 1978 ini.

Jenderal bintang empat kelahiran Surabaya ini menjelaskan, dengan wilayah perairan yang cukup luas, jumlah kapal selam yang dimiliki Indonesia jauh dari cukup.Saat ini baru ada dua kapal selam, yakni KRI Cakra- 401 dan Nanggala-402. “Kami memang sudah memesan kapal selam lagi ke Korsel, tetapi jumlahnya hanya tiga. Padahal minimal kebutuhan kita mencapai 12 unit,” tutur mantan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat ini.

Menanggapi kebutuhan tersebut, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengaku, DPR akan terus membantu mengupayakan. Kebutuhan alutsista memang mendesak. “Tahun 2012 ini keseluruhan anggaran pertahanan kita adalah Rp72 triliun. Anggaran ini sengaja besar karena sebagian besar alutsista kita rusak,” katanya.


Baca Juga :

KRI Nanggala-402 Kembali dengan Instrumen Baru

06 Februari 2012

Surabaya (ANTARA News) - Setelah 24 bulan diperbaiki menyeluruh (overhaul and retrofit) di dermaga Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan, KRI Nanggala-402 kembali memperkuat armada TNI-AL, Senin.

Bedanya kali ini, sistem manajemen tempur dan operasi kapal selam kelas U-209/1300 itu diperbarui memakai sistem dari Norwegia.

Dari sisi luar Dermaga Madura, Markas Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, kapal selam berkelir hitam itu muncul mengapung perlahan-lahan.

Sambutan kehadiran kembali KRI Nanggala-402 buatan Jerman itu diberikan Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, Panglima Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, Laksamana Muda TNI Ade Sopandi, dan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, serta perwakilan dari Daewoo.

Setelah merapat dan ditambat di dermaga itu, upacara singkat kedatangan KRI Nanggala-402 dilakukan antara semua unsur pimpinan TNI-AL dan Komandan KRI Nanggala-402, Letnan Kolonel Pelaut Purwanto.

Menyinggung kehadiran kembali kapal dari Satuan Kapal Selam TNI-AL itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Haryanto, menyatakan, "Kita puas dengan kinerja Daewoo ini. Mereka pendatang baru di dunia perkapalselaman dunia namun bisa membuktikan janji dan komitmennya.

"Sistem baru KRI Nanggala-402 diterapkan dari teknologi manajemen tempur dan operasi dari Norwegia. Teknologi digital itu memungkinkan komandan kapal mengambil keputusan secara lebih cepat, efisien, dan tepat atas posisi dan kedudukan kapal terhadap sasaran yang dituju.

Sebelum memakai teknologi dari Norwegia itu, KRI Nanggala-402 sebagaimana "kembarannya" KRI Cakra-401 memakai teknologi Sinbad dari Belanda yang bekerja secara manual.

Kebolehan sistem baru itu juga diujicobakan selama pelalayaran pulang dari Korea Selatan menuju perairan Indonesia sejak 21 Januari lalu dan tiba di perairan Selat Madura pada Senin pagi.

Contoh kebolehan itu --dalam operasi tempur sebenarnya-- kapal bisa meluncurkan empat torpedo secara salvo pada selang waktu sangat rapat. Kapal selam sepanjang 59 meter itu sendiri memiliki delapan tabung peluncur torpedo pada ujung haluan utamanya. (ANT)




View the Original article

TNI Lirik Tank T90 Rusia dan Tank Pindad Indonesia

on Monday, February 6, 2012

30 Januari 2012


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki opsi alternatif untuk belanja alat perang. Mereka melirik tank T 90 buatan Rusia sebagai pilihan lain selain rencana membeli tank Leopard buatan Belanda.


"Iya, salah satu, tapi kan banyak sekali opsi," ujar Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono di gedung DPR, Jakarta, Senin(30/1/2012).


Menurut Panglima, PT Pindad beberapa waktu lalu juga sudah membuat rancangan tank menengah. TNI kata Panglima, juga akan mempertimbangkan tank buatan PT Pindad itu.


"Itu salah satu opsi juga, bisa kita pertimbangkan. Bagus sekali kalau bisa dalam negeri,"jelasnya.


Dalam pembelian tank lanjut Panglima ada aturannya, apabila TNI tidak bisa membeli dari luar negeri pihaknya mempertimbangkan dalam negeri.

"Kan ada aturannya. Begini, kalau bisa diproduksi dalam negeri, harus di dalam negeri. Kalau tidak bisa harus join production. Kalau tidak bisa baru beli dari luar negeri. Itu ada pedomannya. Harus kita ikuti saja,"pungkasnya.

(TribunNews)



View the Original article

Teknologi UAV BPPT Tak Terdeteksi Radar

on Sunday, February 5, 2012

04 Februari 2012


UAV Alap-Alap dalam sebuah pengujian oleh BPPT (photo : BPPT)

Canggih, Pesawat Intai BPPT tak Terdeteksi Radar


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi pesawat intai tanpa awak alias unmanned aerial vehicle (UAV), buatan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) tidak bisa dideteksi radar pesawat. Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) BPPT Joko Puwono, mengatakan prototipe pesawat terbang produksinya dijamin tidak terdeteksi radar musuh.

Pasalnya seluruh bahan pesawat terbuat dari komposit murni tidak mengandung unsur metal. Meski begitu, pihaknya menyatakan pesawat intai Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh pengembangan dan inovasi untuk menyiasati semakin canggihnya pendeteksian teknologi radar lawan. "Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi radar, tapi kalau memuai sedikit karena panas mesin bisa jadi terdeteksi radar. Masih butuh pengembangan," beber Joko kepada Republika, Sabtu (4/2).

Karena pengembangan pesawat intai butuh modal, pihaknya menyarankan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace Industries (IAI). Selain bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri, lanjut Joko, anggaran pembelian pesawat dapat digunakan untuk inovasi dan pengembangan pesawat intai karya BPPT. Berdasarkan catatan Republika, harga pesawat intai IAI dengan teknologi terbaru rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar. Adapun PUNA BPPT hanya menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar per unit.

Memang diakuinya produk Israel lebih canggih, namun kalau pesawat intai BPPT semakin sering diutak-atik maka butuh beberapa tahun untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Ini lantaran sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya kurang mendapat kesempatan dan pembelajaran sebab Kemenhan maupun user lain tidak pernah mengajak pihaknya untuk mengembangkan pesawat intai terbaru. "Pesawat kami ada yang jenis patroli keamanan di lautan hingga untuk membuat hujan buatan, tinggal dimodernisasi saja," papar Joko.




View the Original article

KRI Nanggala/402 Dalam Pelayaran Kembali di Tanah Air

on Saturday, February 4, 2012

03 Januari 2012

KRI Nanggala 402 (photo : Kaskus Militer)


Jakarta (ANTARA News) - Kapal selam TNI-AL, KRI Nanggala/402 dalam pelayaran kembali ke Tanah Air setelah dua tahun direparasi total di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. Direncanakan dia akan merapat ke pangkalannya di Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, Surabaya, pada 6 Februari nanti.


Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, dan sejumlah besar pimpinan TNI-AL beserta pimpinan DPR akan menyambut kehadiran kembali kapal selam tipe U-209/1300 buatan Jerman pada 1981 itu. Dengan kehadiran kembali KRI Nanggala/402 maka lengkap kekuatan kapal selam Indonesia karena KRI Cakra/401 telah lebih dahulu memperkuat arsenal bawah laut Tanah Air.

Selama perawatan total di Korea Selatan itu, KRI Nanggala/402 bermesin diesel-listrik buatan galangan kapal di Kiel, Jerman, itu diperkuat struktur kapal, "kulit" bajanya, sistem navigasi, dan persenjataan bawah air serta sonarnya. Yang terakhir ini sangat vital dan bisa dibilang menjadi mata, telinga, dan indra peraba kapal selam untuk menghantam ataupun penghindari lawan.

Kali ini, KRI Nanggala/402 dikomandani Letnan Kolonel Pelaut Purwanto, melayari perairan di selatan Korea Selatan hingga memasuki perairan Nusantara. Kapal berkelir hitam dengan beberapa menara pengintai dan penghisap udaranya itu telah meninggalkan Indonesia sejak Desember 2009 dan menjalani pelayaran percobaan pasca perawatan besar di Korea Selatan pada Desember 2011.

Sebelum KRI Nanggala/402, galangan kapal sama di Okpo, Korea Selatan, itu juga sukses merawat secara menyeluruh terhadap KRI Cakra/401, kapal selam identik dengan dia mulai Mei 2004 hingga 13 Februari 2006. Dengan kedua proses perawatan berat itu, Indonesia juga menyerap pengetahuan dan penguasaan teknologi perkapalselaman dari negara maju.

Sejak pertama kali memiliki kapal-kapal selam pada masa Orde Lama, TNI-AL menamai flotila kapal selamnya dengan nama-nama senjata perwayangan. KRI Nanggala-402 mengambil nama dari senjata pewayangan "Nanggala", sebagaimana halnya dengan KRI Cakra/401, dibuat galangan kapal Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981 tipe U-209/1300.

Kapal selam ini memiliki bobot mati 1.395 ton, berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Dengan mesin diesel elektrik mampu melaju dengan kecepatan kurang lebih 25 knot di dalam air, menyelam di kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan lut, dan diawaki 35 anak buah kapal termasuk komandannya.

Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang memiliki kapal selam, sejak masa pemerintahan Soekarno. Tercatat Indonesia pernah memiliki hingga 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia, bahkan sebagian sempat "dipinjamkan" secara diam-diam kepada Pakistan untuk menghadapi armada laut India pada dasawarsa '60-an.

Dalam banyak buku ajar dan praktik peperangan laut dan maritim, kepemilikan dan pengerahan kapal selam bernilai amat sangat strategis. Kapal selam juga mampu menjadi alat pemunah akhir yang sangat sulit diprakirakan manuvrabilitasnya dalam banyak peperangan laut dunia.

Walau saat itu Indonesia merupakan negara baru, namun Presiden Soekarno sangat paham akan peran strategis flotila kapal selam itu, sehingga pendekatan dengan Blok Timur menghasilkan kehadiran 12 kapal selam kelasWhiskey dari Rusia itu.

Di ASEAN, belakangan Singapura memiliki empat kapal selam bekas Kerajaan Swedia dari kelas Sjoormen (di Inggris dikenal sebagai kelas Challenger); diikuti Malaysia yang membeli kapal selam baru kelas Scorpene dari Perancis.

(Antara)



View the Original article

PTDI Bisnis Simulator Pesawat

on Friday, February 3, 2012

02 Februari 2012

Simulator helikopter Bell-412 (photo : Kaskus Militer)

JAKARTA - PT Dirgantara Indonesia (DI) mulai melakukan ekspansi bisnisnya dengan membuat simulator pesawat. Pengembangan tersebut tidak jauh bisnis utama perusahaan yaitu membuat pesawat dan komponen pesawat. Direktur Aircraft Service PT DI Rudi Wuraskito mengatakan, sudah ada beberapa unit simulator yang berhasil dibuat. Misalnya untuk pesawat jenis CN 235 dan Helikopter Super Puma. Tidak hanya itu, perusahaan yang dahulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) tersebut juga membuat simulator untuk kapal laut. "Ada 3-4 simulator yang sudah kita buat," ungkap Rudi.

Untuk 1 unit simulator CN 235, lanjut Rudi, dijual seharga USD 12 juta. Sementara simulator Super Puma harga jualnya tidak diketahui. Sebab, PT DI hanya salah satu pemasok komponen. Bukan kontraktor utama. Tapi, untuk 1 unitnya perusahaan yang berpusat di Bandung tersebut mendapatkan USD 3 juta. "Itu sebagian saja. Kita subkontraktor. Kontraktor utama di Kementerian Pertahanan," katanya.

Menurut Rudi, PT DI baru mau fokus menekuni bisnis simulator tersebut. Dulunya, perseroan tidak bisa melakukan ekspansi usaha karena diminta fokus membuat pesawat saja."Awal kita membuat simulator karena ada yang minta. Malaysia yang memiliki 8 pesawat CN 235 meminta dibuatkan simulatornya. Super Puma karena TNI Angkatan Udara butuh. Cuma kita sifatnya membantu. Ada main kontraktor," kata Rudi.

Ditegaskan Rudi, saat ini pihaknya belum bisa langsung bersaing dengan produsen simulator lainnya. Terutama dari sisi branding. Harus dibangun kepercayaan dengan konsumen terlebih dahulu. "Kita lakukan kerja sama dengan yang sudah branded. Sehingga lebih murah harganya," ucap Rudi.

Untuk membuat simulator, tambah Rudi, hal utama yang diperlukan adalah data base pesawat. Data perilaku pesawat pasti dimiliki pabrik. Hanya, untuk mendapatkan data base tersebut tidak mudah. Harganya pun sangat mahal, mencapai 20 persen dari total harga simulator. "Kalau harga simulator USD 10 juta, maka data basenya USD 2 juta. Kalau bikin sendiri pakai teknologi kita bisa saving 30-40 persen. Ada penghematan yang cukup banyak," katanya.

Dikatakan Rudi, dalam 4-5 tahun mendatang diharapkan PT DI sudah mampu bersaing dengan produsen simulator lainnya. Saat ini, perusahaan sedang merintis dari yang keculu. Jika langsung memulai dengan besar banyak yang tidak percaya. "Simulator banyak ke aplikasinya. Sejauh ini kita lihat produk karena pesawat terbangnya apa," ujarnya. (cdl)

(TribunNews)



View the Original article

Lebih Canggih, RI Pilih Pesawat Intai Israel

on

02 Februari 2012

UAV buatan Israel telah dipakai di banyak negara, teknologi autonomous UAV secara penuh dan predikat "battle proven" untuk UAV berjenis MALE dan HALE baru dikuasai oleh Amerika dan Israel (photo : Canada DoD)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Simpang siur pembelian pesawat intai UAV buatan Israel Aerospace Industries (IAI) oleh TNI AU bukan sekadar isu. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Brigjen Hartind Asrin, mengatakan pembelian pesawat tanpa awak itu dimasukkan dalam daftar belanja TNI AU periode 2010-2014. Dijelaskannya, pembelian pesawat buatan Israel lebih didasarkan pada persoalan teknis.

Setelah dilakukan diskusi dan kajian matang, papar Hartind, TNI AU menjatuhkan putusan untuk membeli pesawat intai Israel. Pihaknya juga mengharap pembelian yang ditujukan untuk meningkatkan alat utama sistem persenjataan (alutista) ini tidak dikait-kaitkan dengan isu macam-macam. Seperti, Israel digolongkan sebagai negara pelanggar hak asasi manusia (HAM) maupun isu lain yang tidak ada hubungannya dengan penambahan kekuatan matra udara.

“Pesawat ini kualitasnya bagus, paling canggih. Karena industri pertahanan mereka paling maju,” kata Hartind, Kamis (2/2). Pembelian pesawat ini menggunakan mekanisme pembiayaan kredit ekspor.

Meski begitu, pihaknya tidak tahu kapan pesawat intai UAV tersebut datang ke Indonesia. “Kami berharap pada 2012 ini paling sedikit tiga pesawat UAV datang. Tapi, tidak tahu lagi setelah DPR ramai begini.” ujar Hartin.

(Republika)

Baca Juga :

02 Februari 2012REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mabes TNI AU mengakui berencana membentuk satu skuadron pesawat tanpa awak alias unmanned aero vehicle (UAE). Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Azman Yunus, menyatakan kebutuhan TNI AU yang mendesak di antaranya adalah pemenuhan pesawat tanpa awak.

Azwan mengaku, pesawat intai diperlukan untuk membantu operasionalisasi TNI AU dalam merekam data potensi ancaman wilayah perbatasan dari udara. "Kami ingin membentuk satu skuadron atau 16 unit pesawat tanpa awak," kata Azwan kepada Republika, Kamis (2/2).

Menurut Azwan, TNI AU dalam kapasitas sebagai operator atau pengguna pesawat. Adapun pemilihan pesawat dan dari mana negara tempat pembelian pesawat menjadi kewenangan penuh Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Karena itu, pihaknya tidak mengetahui alasan mengapa akhirnya pilihannya jatuh kepada pesawat buatan Israel. "Kami hanya menyodorkan pesawat intai yang bisa terbang selama 10 sampai 13 jam. Yang memilih spesifikasi itu Kemenhan," terangnya.

(Republika)




View the Original article