Pembangunan Mako Divisi III Marinir di Sorong Dimulai

on Sunday, September 30, 2012

28 September 2012

Divisi III Marinir di Sorong akan memudahkan pergeseran pasukan di wilayah timur (photo : kabarindonesia)

15 Ribu Marinir Ditempatkan di Sorong

SORONG – Dalam pengembangan korps Marinir TNI-AL, di Sorong nantinya akan menjadi Divisi III Marinir yang diperkuat sekitar 15-an ribu personil untuk mendukung keamanan dan pertahanan di komando wilayah laut timur yang direncanakan berada di Sorong. Divisi III Marinir nantinya dipimpin panglima berpangkat bintang dua yang disebut Pangkowilatim. Demikian dikatakan Danlanal Sorong, Kolonel Laut (P) Irvansyah kepada wartawan usai meletakkan batu pertama pembangunan markas komando (Mako) Divisi III Mariniri di Km 16 Sorong, Rabu (26/9).

Selain pembangunan markas komando, di kompleks Km 16 ini lanjut Danlanal, juga akan dibangun barak-barak mariner, perumahan untuk anggota dan fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan Mako Divisi III Marinir ini diestimasikan rampung tahun 2013 mendatang, dan secara bertahap akan mulai dilakukan pergeseran pasukan hingga nantinya mencapai 15 ribuan personil.

“Saat pembangunan selesai sesuai jadwal tahun 2013 nanti, secara bertahap akan ada pergesaran pasukan. Tahap awal mungkin satu bataliyon dulu atau sekitar 1000-an personil,” terang Danlanal sembari mengatakan, saat ini personil Marinir yang ditempatkan di Sorong sekitar 60-an personil yang bertugas untuk pengamanan asset.

Ditanyai mengenai pembinaan personil untuk menghindari gesekan antar sesama aparat seperti yang terjadi baru-baru ini di salah satu tempat hiburan malam, Danlanal menegaskan jika pembinaan personil menjadi perhatian utama pihaknya di Lanal Sorong, dengan terus menerus melakukan pembinaan terhadap anggotanya, baik itu dari Satuan Tugas (Satgas) Mariniri yang saat ini masih dibawah komando Lanal Sorong, maupun terhadap anggota TNI-AL lainnya yang bertugas di Lanal Sorong.

”Untuk pembinaan, saat ini kan Satgas pengamanan aset di-BKO-kan di Lanal Sorong, kita lakukan pembinaan sama seperti anggota lainnya, baik itu mengenai penekanan kedisiplinan, penindakan pelanggaran, termasuk kesejahteraan juga kita perhatikan,” tandasnya.

Acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Mako Divisi III Marinir ini dilakukan oleh Wali Kota Sorong, Drs.Ec Lamberthus Jitmau, disaksikan tamu undangan yang kemudian dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh Danlanal Sorong. (ans)



View the Original article

KRI Teluk Berau 354 Akhiri Masa Tugas

on

29 September 2012

KRI Teluk Berau landing ship tank (photo : Ivan Meshkov)

SURABAYA– Kapal perang TNI AL KRI Teluk Berau 354 mengakhiri masa pengabdiannya. Setelah berlayar 18 tahun, kapal perang buatan Jerman Timur tersebut dinyatakan purna.

Kemarin, pelepasan kapal berawak 70 prajurit dilakukan dengan upacara kemiliteran di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya. Menandai masa purna bakti kapal perang yang namanya diambil dari wilayah selatan kepala burung Papua, Kecamatan Berau, Kabupaten Sorong, Panglima Koarmatim Lakda TNI Agung Pramono menurunkan ular-ular perang yang terpasang di buritan kapal. ”Dengan penurunan ular-ular perang ini, maka kapal tersebut sudah tidak lagi menjadi bagian dari alutsista TNI AL,” katanya.

Agung Pramono menjelaskan, penghapusan KRI Teluk Berau dari bagian alutsista TNI AL murni karena pertimbangan teknis dan strategis. KRI Teluk Berau 354 sudah dianggap tua, perlu kapal pengganti yang lebih baik lagi. ”KRI Berau ini bergabung dengan jajaran TNI AL pada 22 April 1995. Sebelumnya, kapal ini adalah milik Jerman Timur yang dibuat tahun 1977 di galangan kapal VEB Penee Werft Wolgast,” tuturnya.

KRI Berau memiliki panjang 90,70 meter, lebar 11,12 meter, berat 1.900 ton. Kapal dengan jumlah ABK 70 orang ini memiliki kecepatan jelajah 18 knot. Sebagai kapal pendarat pasukan kapal ini dilengkapi dengan senjata kanon laras ganda kaliber 37mm, 1 meriam bofors 40/70 kaliber 40mm dan 2 kanon laras ganda 25mm.



View the Original article

PT DI Rawat Helikopter Kepresidenan Skuadron Udara 45

on Thursday, September 27, 2012

27 September 2012

Helikopter NAS-332 Skadron Udara 45 (photo : Pralangga)

Bandung(ANTARA News) – Kesiapan operasionalisasi helikopter kepresidenan di Skuadron Udara 45 harus berada selalu dalam keadaan prima. Mereka memiliki sejumlah helikopter NAS-332 Super Puma berkelir abu-abu dan putih. Untuk merawat itu, dipercayakan kepada PT Dirgantara Indonesia. 

”Kami selalu menjadikan helikopter-helikopter milik Sekretariat Negara itu  berkondisi seperti baru guna menjamin tingkat keselamatan setinggi-tingginya," kata Joko Budi Rustanto, Kepala Divisi Sales Marketing, Jasa Perawatan Pesawat (Aircraft Services) PT DI kepada media di Bandung, Rabu.

Budi mengemukakan, helikopter-helikopter angkut menengah itu ditujukan untuk "orang sangat penting" alias VIP yang khusus dalam terminologi Indonesiadinamakan VVIP (walau di dunia internasional, istilah itu tidak dikenal).

Tiga NAS-332 Super Puma bernomor registrasi H-3203, H-3205 dan H-3206, helikopter kepresidenan, dirawat di fasilitas pemeliharaan PT Dirgantara Indonesiaitu.

Dukungan perwakilan teknis juga disediakan PT DI untuk pekerjaan di luar Bandung, seperti halnya bilamana pekerjaan perawatan dilakukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma (Skadron Udara 45) dan Pangkalan Udara Atang Senjaya, Bogor (Skuadron Teknik 024).

Penyerahan material suku cadang biasanya dilaksanakan dalam tiga tahapan untuk  kontrak kerjasama dengan Setneg  yang memiliki nilai strategis karena setiap tahun selalu diperbaharui.

Selain melakukan perawatan, PT DI juga diminta melakukan modifikasi berupa penambahan peralatan peringatan tabrakan TCAD (Traffic/Collision Alerting Device) guna meningkatkan keselamatan penerbangan.

Pemasangan TCAS (Traffic/Collision Avoidance System) wajib pada semua pesawat sipil yang dioperasikan di Indonesia berdasarkan ketentuan Ditjen Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan, merujuk kepada peraturan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation)  Internasional part 135 dan 25.

Selain itu, PT DI saat ini berencana menambah kapasitas dan kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi agar dapat melakukan perawatan dua NAS-332 L2 (helikopter versi NAS-332 VVIP yang didatangkan Sekretariat Negara dari Aerospatiale, Perancis, kini bagian dari Eurocopter).

Potensi project yang akan dilakukan oleh ACS PTDI sampai Desember 2012 adalah termasuk perawatan rutin helikopter Pusat Penerbangan TNI AD  (tujuh unit BO-105, tiga unit Bell-205, dua unit Bell-412).

Termasuk pula perawatan rutin satu unit C212-200 dan satu unit AS-332 milik TWA (Trans Wisata Airline) serta modifikasi untuk pemasangan FDR (Flight Data Recorder) pada tiga unit pesawat C212-200 milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).



View the Original article

TNI Kembali Akan Lakukan Uji Coba Rudal Yakhont

on Wednesday, September 26, 2012

25 September 2012

Ujicoba penembakan rudal Yakhont pada April 2011 (photo : Keprifoto)

TNI AL Laksanakan Uji Coba Rudal dan Torpedo

TNI Angkatan Laut akan menggelar latihan perang laut secara besar-besaran dalam Armada Jaya XXXI/2012 di perairan Indonesia Kawasan Timur pada tanggal 25 September sampai 22 Oktober 2012. Latihan kali ini akan diikuti dengan pelaksanaan uji coba penembakan senjata strategis yang dimiliki TNI Angkatan Laut seperti rudal Yakhont, rudal Exocet MM 40, rudal C-802 serta penembakan Torpedo SUT (Surface and Underwater Target) dari Kapal Selam dan Kapal Atas Air dengan sasaran Kapal Permukaan.

Demikian diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno dalam sambutannya yang dibacakan Wakasal Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M. pada Upacara Pembukaan Geladi Posko Latihan Armada Jaya XXXI/12 tahun 2012, Selasa (25/9/2012) di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Cipulir, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut Kasal mengatakan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak TNI Angkatan Laut pada siklus latihan tahunan, yang bertujuan mengukur kesiapan operasi, dari hasil pembinaan kekuatan dan kemampuan seluruh komponen Sistem Senjata Armada Terpadu yang dilaksanakan Kotama dan Satuan Kerja di Jajaran TNI Angkatan Laut, sekaligus guna mendukung peningkatan kesiagaan operasi TNI, dalam rangka mengantisipasi serta menghadapi kemungkinan timbulnya ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Pelaksanaan uji coba penembakan senjata strategis yang dimiliki TNI Angkatan Laut merupakan kesempatan yang sangat baik, disamping untuk menguji kehandalan senjata peluru kendali dan torpedo yang kita miliki, juga merupakan ajang pengukuran penguasaan prosedur dan mekanisme proses penembakan oleh para pengawaknya serta menjadi bukti nyata tingkat profesionalisme prajurit TNI Angkatan Laut,” tegas Kasal.

Latihan akan dilaksanakan mulai dari Laut Jawa hingga puncaknya operasi amfibi berupa pendaratan Pasukan Pendarat Marinir di Sangatta, Kalimantan Timur. Seluruh kesenjataan TNI AL yang tergabung dalam SSAT yaitu kapal perang, pesawat udara, Marinir dan Pangkalan akan digelar pada latihan kali ini. Tidak kurang dari 35 kapal perang TNI AL dari berbagai jenis (Kapal Selam, Perusak Kawal Rudal, Kapal Cepat Rudal, Perusak Kawal, Angkut Tank, Buru Ranjau, Kapal Tanker dan Kapal Bantu Tunda) akan dikerahkan dan 10 di antaranya akan menembakkan peluru kendali. Latihan puncak yang melibatkan kurang lebih 5.500 personel ini juga mengerahkan 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.

Latihan Armada Jaya XXXI/12 dilaksanakan dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dilaksanakan kegiatan Geladi Posko tanggal 25 September sampai 2 Oktober 2012 di Seskoal. Sedangkan tahap pelaksanaan dilaksanakan kegiatan Geladi Lapangan atau Manuver Lapangan tanggal 9 sampai 22 Oktober 2012 di Laut Jawa dan Pantai Sangatta.

Sementara pada bagian lain Kasal menyampaikan bahwa pada tahun 2012 ini, sesuai dengan siklus Latihan TNI, akan dilaksakanan Latihan Gabungan TNI, sehingga Latihan Armada Jaya ini dapat dimanfaatkan sebagai latihan parsial guna menyongsong Latgab TNI 2012. “Untuk itu laksanakan latihan ini secara sungguh-sungguh dan serius sesuai dengan pentahapan latihan, ikuti proses perencanaan dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan sesuai dengan skenario latihan yang sudah disiapkan oleh komando latihan, pahami dan ikuti berbagai prosedur sesuai standar operasi yang sudah ditetapkan, cermati kehandalan berbagai piranti lunak pendukung guna memberikan masukan penyempurnaannya, kembangkan kreatifitas dan inovasi untuk mendapatkan ide-ide lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan kekuatan dan kemampuan TNI AL pada khususnya, serta TNI pada umumnya,” tegas Kasal.

Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak TNI AL dan dilaksanakan setiap tahun di wilayah yang berbeda, bahkan diusahakan seluruh pantai yang ada di Indonesia pernah dijadikan sebagai daerah latihan. Dengan menggelar latihan di daerah tersebut akan menjadi salah satu referensi bagi TNI AL, jika sewaktu-waktu dibutuhkan operasi sebenarnya. Armada Jaya XXXI/2012 merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan di Sangatta, yang pertama pada tahun 2005. Sedangkan tahun 2007 latihan terbesar TNI AL dilaksanakan di Kaimana, Papua serta tahun 2008 di Pantai Banongan dan tahun 2009 di Pantai Banyuwangi, Situbondo Jawa Timur.

Kesuksesan latihan ini merupakan salah satu indikator bahwa TNI AL siap mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI dari setiap ancaman di manapun dan kapanpun.



View the Original article

Kobangdikal Operasikan Simulator Baru

on

25 September 2012


Naval Air Surface Subsurface Firing System simulator (photo : Data Dinamika)

Simulator Baru, Kobangdikal Gembleng Instruktur dan Operator

Tidak bisa dipungkiri bahwa Alutsista TNI AL yang Heavy Material dan Heavy Technologi,  Kobangdikal melalui Puslatlekdalsen senantiasa meningkatakan profesionalisme dan kemampuan instruktur dan operator yang dimiliki dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan alat simulator baru.

Untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan prajurit di bidang alut sista, personil Puslatlekdalsen laksanakan pelatihan pengoperasian pesawat simulator baru di gedung Fatahilah Bumimoro Kobangdikal 

“Keberadaan alat simulator kapal yang ada di Puslatlekdalsen haruslah diawaki oleh personil  yang  benar-benar berkualitas dan kompeten, sehingga bisa menularkan ilmunya pada peserta didik secara benar,” terang Komandan Kobangdikal Laksda TNI Djoko Teguh Wahojo dalam amanat pada pembukaan pelatihan Naval Air Surface Subsurface Firing System yang dibacakan Komandan Puslatlekdalsen Kolonel Laut (P) Cakra Aria Wibawa di gedung Fatahilah, Kesatrian Bumimoro Kobangdikal, Selasa, (25/9).

Sebanyak 60 orang Perwira, Bintara, Tamtama dan Pegawai Negeri sipil (PNS) dari Pusat Latihan Elektronika dan Pengendalian Senjata (Puslatlekdalsen) Kobangdikal mengikuti pelatihan Naval Air Surface Firing Systim (pengoperasian prosedur penembakan anti udara), Naval Subsurface Firing Systim (pengoperasian prosedur penembakan senjata bawah air) dan Naval Surface Firing system (Pengoperasian prosedur penembakan Senjata Permukaan).

Menurut Dankobangdikal, Pelatihan yang diperuntukan bagi instruktur, operator dan Maintenece peralatan simulator itu, akan berlangsung selama tiga minggu kedepan.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Komandan Puslatlekdalsen Letkol Laut (P) Ari Widiatmoko, para Kepala Departemen (Kadep) dan perwira staf dijajaran Puslatlekdalsen serta para instruktur

Dari jumlah 60 peserta tersebut terdiri  15 orang diantaranya adalah perwira pertama dengan pangkat Lettu  hingga Kapten, 32 orang Bintara, 12 orang tamtama dan satu orang Pegawai Negeri sipil (PNS).

Puslatlekdalsen sebagai salah satu Komando Pelaksana Kobangdikal, bertugas menyelenggarakan Latihsn Praktek dibidang elektronika kendali senjata yang meliputi alat indra, kendali senjata, alat navigasi, komunikasi dan alat kendali permesinan serta menyiapkan, menyelenggarakan dan mengevaluasi hasil latihan aplikasi taktik operasi laut.

Naval Air Surface Subsurface Firing System lanjut, merupakan simulator yang digunakan kapal corvet kelas Sigma untuk peperangan bawah air, permukaan maupun udara. Sistim ini menyediakan semua fasilitas kepada tim Koamando dalam penembakan diantaranya TPO SUT, MK 46, A-244 S untuk senjata Bawah Air, Harpoon, Exsoset, Meriam  120 MM, Meriam 76 MM, Yakont C 802 untuk senjata permukaan  dan Strellla untuk senjata udara.

Mengingat singkatnya waktu pelatihan, Komandan Kobangdikal berharap peserta pelatihan untuk senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh  agar mampu menjadi instruktur bagi siswa Kobangdikal, operator dan maintenence yang handal sehingga proses belar mengajar dapat berjalan dengan baik,” pintanya.



View the Original article

Tank Leopard Akan Tiba di Indonesia Mulai November

on

26 September 2012

Tank Leopard 2A4 dan versi yang telah di-upgrade (photo : Militaryphotos)

Jakarta (ANTARA News) - Sebagian tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) Leopard dan tank tempur medium Marder dari Jerman dijadwalkan tiba di Indonesia pada awal November 2012 dengan pengiriman dilakukan melalui angkutan udara dan laut.

"Leopard akan dikirim bersama dengan Marder pada awal November 2012 nanti. Sekarang Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) sedang di sana dan akan pulang tanggal 30 September 2012," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin di Makodiv-1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa.

Pengiriman tahap pertama ini, lanjut dia, akan datang sekitar 15 unit tank berbobot 60 ton itu, sementara untuk tank Marder belum diketahui berapa yang akan datang.

Staf Ahli Menhan bidang keamanan itu mengatakan, dipersiapkan dua unit pesawat yang akan digunakan khusus mengangkut tank-tank tersebut. "Tapi nanti kombinasi pengirimannya, ada yg melalui pesawat, ada juga melalui kapal," kata Hartind.

Pengiriman ini molor dari rencana semula pada Oktober 2012 mendatang karena terkendala administrasi. Pada November mendatang, tank-tank tersebut akan ditunjukkan kepada publik.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menuturkan, pemerintah membeli tank Leopard sebanyak 103 unit, tank Marder sejumlah 50 unit dan membeli 10 tank pendukung.

Finalisasi penandatanganan kontrak diharapkan bisa dilakukan akhir September 2012. "Pihak Rheinmetall (produsen) akan berada di Indonesia untuk finalisasi penandatanganan kontrak yang akan dilaksanakan pada minggu ke empat September 2012," katanya.



View the Original article

Keel Laying Kapal Tunda Kedua untuk TNI AL di PT PAL

on Saturday, September 22, 2012

22 September 2012

Sesuai dengan Minimum Essential Force maka jumlah kapal tunda samudera TNI AL akan ditambah sehingga menjadi tujuh unit (photo : Ivan Meshkov)

TNI AL Pesan Dua Unit Kapal Tunda PT PAL Indonesia

TNI Angkatan Laut memesan dua Kapal Tunda Samudera kepada PT PAL Indonesia (Persero). Sebagai tanda dimulainya pembangunan kapal tersebut diselenggarakan Keel Laying yang disaksikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Bengkel Assembly CBL, Divisi Kapal Niaga, PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jumat (21/9).

 Kapal ini merupakan kapal kedua dari dua unit kapal tunda 2400 HP yang dipesan oleh TNI Angkatan Laut berdasarkan surat perjanjian jual beli nomor: KTR/1055/02-48/XII/2011/Disadal. Kontrak jual beli ini efektif berlaku sejak tanggal 20 Desember 2011 lalu, antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan TNI Angkatan Laut dalam hal ini Dinas Pengadaan Angkatan Laut (Disadal) dan sesuai rencana akan diserahkan bulan Juni 2013.

Kapal tunda yang diawaki 10 personel ABK tersebut, memiliki ukuran panjang keseluruhan 29.00 meter, panjang garis air 26.50 meter, lebar 9.00 meter, tinggi sampai geladak utama 4.50 meter, sarat air desain 3.50 meter, tinggi ruang akomodasi 2.50 meter, dan memiliki bollard pull (daya tarik) pada daya maximum motor pokok (100 % MCR) sekitar 30 ton pada kondisi sarat desain.  Kecepatan normal operasi (free running) 100% MCR pada sarat kondisi muatan 50% adalah 12 knot, pada perairan dalam dan tenang serta kondisi cuaca tidak melebihi skala Beaufort 2. Kecepatan menunda ≥ 5 knot.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan berita acara Keel Laying, di Bengkel Assembly Curve Bock Line (CBL) Divisi Kapal Niaga oleh Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto bersama Direktur Produksi PT PAL Indonesia (Persero) Ir. Edy Widarto, disaksikan Kasal Laksamana TNI Soeparno, Dirut PT PAL Indonesia (Persero) Ir. Firmansyah Arifin, Wakil Komisaris PT PAL Indonesia (Persero) Laksamana Muda TNI (Purn) Sunardjo, serta undangan lainnya.

Dirut PT PAL Indonesia (Persero) Ir. Firmansyah Arifin memiliki komitmen untuk selalu mendukung agar bangsa ini mandiri dalam pemenuhan kebutuhan alutsista, hal tersebut telah dibuktikan oleh PT PAL Indonesia (Persero) dengan mempersembahkan karya terbaiknya berupa: 12 (dua belas) unit kapal patrol cepat 57 meter (FPB 57) dan Kapal Landing Platform Dock 125 meter kepada jajaran TNI Angkatan Laut.

“Sebagai wujud keseriusan PT PAL Indonesia (Persero) dalam ikut berpartisipasi aktif untuk memenuhi kebutuhan alutsista Kementerian Pertahanan khususnya kebutuhan kapal-kapal TNI AL, maka kami akan segera mengirimkan tenaga ahli dari PT PAL ke Belanda untuk melaksanakan Transfer of Technology (ToT) pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter. Dimana dua orang akan mendalami bidang Manajerial, 10 orang untuk desain dan kombatan serta 29 orang untuk produksi,” katanya.

Ir. Firmansyah Arifin juga berharap, dalam kesempatan mendatang PT PAL Indonesia (Persero) masih terus dipercaya dan dapat berpartisipasi aktif untuk memenuhi kebutuhan alutsista Kementerian Pertahanan khususnya kebutuhan kapal-kapal TNI Angkatan Laut, termasuk rencana program pembangunan kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter (PKR 105) dan pembangunan kapal selam. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) dalam penguasaan teknologinya.



View the Original article

Dua Howitzer Caesar 155 mm Tiba di Jakarta

on

22 September 2012

Howitzer Caesar 155mm buatan Nexter Prancis (all photos : ARC)

JAKARTA– Dua howitzer tipe truck mounted berkaliber 155mm tiba di bandara Halim Perdana Kusumah,  jakarta diangkut dengan pesawat Rusia tipe Il-76. Howitzer Caesar buatan Nexter Prancis ini digolongkan sebagai Self Propelled Howitzer/howitzer yang dapat bergerak sendiri dengan bentuk yang lebih inovatif dibandingkan howitzer jenis tersebut yang sebelumnya menggunakan roda rantai (tracked).

Sejalan dengan percepatan modernisasi TNI, maka Angkatan Darat direncanakan mendapatkan  dua batalion howitzer Caesar ini. Satu batalion Artileri Medan terdiri dari 3 baterai, dimana 1 baterai terdiri dari 6 meriam, dengan demikian jumlah howitzer Caesar untuk TNI AD akan mencapai jumlah 36 unit.

Saat ini TNI AD memiliki 2 batalion howitzer gerak sendiri, masing-masing adalah Yon Armed 7/105 GS di Cikiwul Bekasi (Kodam Jaya), dan Yon Armed 5/105GS Cimahi Jawa Barat (Kodam Siliwangi). Howitzer yang digunakan adalah AMX Mk-61 eks Belanda berjumlah 50 unit yang diperoleh pada akhir 1970-an hingga tahun 1982. Howitzer beroda rantai dengan berat 13,7 ton ini memiliki meriam kaliber 105mm.

TNI AD juga memiliki howitzer caliber 155mm tipe tarik (towed) yang diperoleh dari Singapura pada tahun 1997. Howitzer FH-88 ini (di Indonesia sering disebut FH-2000) mempunyai bobot 12,9 ton dan digunakan oleh Batalyon Armed 9 Kostrad di Sadang, Purwakarta.


Menilik dari jangkauan tembakan maka pilihan atas howitzer Caesar ini menjadikan korps Artileri Medan memiliki jangkauan tembakan yang meningkat drastis. Bila AMX Mk-61 hanya mempunyai jangkauan tembakan 15km, dan FH-88 mempunyai jangkauan tembakan maksimal 30 km, maka Caesar mampu melakukan tembakan dengan jangkauan hingga 42-50 km. Jauh-dekatnya jangkauan tembakan ditentukan pula oleh pilihan proyektil yang dipakainya.

Howitzer Caesar juga digunakan oleh Thailand, negeri gajah putih tersebut membeli 6 unit pada tahun 2006 dan semua unit telah diterima pada tahun 2010. Pembelian oleh Thailandini merupakan perolehan order ekspor pertama-kali bagi Caesar.

Howitzer Caesar bersifat air-transportable, dapat diangkut dengan pesawat seperti C-130 Hercules ataupun A-400M, ini sangat memudahkan bagi howitzer ini untuk dapat disebar ke daerah konflik dengan cepat.
  
Dua howitzer Caesar yang telah datang di Indonesia ini akan mengikuti parade militer pada hari ulang tahun TNI tanggal 5 Oktober 2012. Setelah parade militer tersebut, Caesar dapat dilihat dari dekat oleh public pada Pameran Alutsista di Lapangan Monas pada tanggal 6-8 Oktober 2012.

(Defense Studies)


View the Original article

Apache for Indonesia : Types AH-64D Block III Longbow and Fully Armed

on

22 September 2012

AH-64D Block III Longbow (photo : global military review)

WASHINGTON– The Defense Security Cooperation Agency notified Congress September 19 of a possible Foreign Military Sale to the Government of Indonesia of 8 AH-64D APACHE Block III LONGBOW Attack Helicopters and associated equipment, parts, training and logistical support. The estimated cost is $1.42 billion.

The Government of Indonesia has requested a possible sale of 8 AH-64D APACHE Block III LONGBOW Attack Helicopters, 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares), 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors, 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar Electronics Units (Longbow Component), 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) with 5th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets, 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21), 32 M299A1 HELLFIRE Missile Launchers, and 140 HELLFIRE AGM-114R3 Missiles.

Also included are Identification Friend or Foe transponders, 30mm guns and ammunition, communication equipment, tools and test equipment, training devices, simulators, generators, transportation, wheeled vehicles, organizational equipment, spare and repair parts, support equipment, personnel training and training equipment, U.S. government and contractor engineering, technical, and logistics support services, and other related elements of logistics support. The estimated cost is $1.42 billion.

This proposed sale will contribute to the foreign policy and national security of the United Statesby helping to improve the security of a friendly country which has been, and continues to be, an important force for political stability and economic progress in Southeast Asia.

The proposed sale provides the Government of Indonesia with assets vital to protect and deter both external and other potential threats. Indonesia will use these APACHE helicopters to defend its borders, conduct counterterrorism and counter-piracy operations, and control the free flow of shipping through the Strait of Malacca.

The materiel and services under this program will enable Indonesia to become a more capable defensive force and will also provide key elements required for interoperability with U.S. forces.

The proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.

The prime contractors will be The Boeing Company in Mesa, Arizona; Lockheed Martin Corporation in Orlando, Florida; General Electric Company in Cincinnati, Ohio; Lockheed Martin Millimeter Technology in Owego, New York; and Longbow Limited Liability Corporation in Orlando, Florida. Implementation of this proposed sale may require the assignment of five U.S. contractor representatives and three U.S. Government representatives in country full-time for equipment checkout, fielding, and technical
support.

There will be no adverse impact on U.S. defense readiness as a result of this proposed sale.

This notice of a potential sale is required by law and does not mean the sale has been concluded.

(DSCA)

View the Original article

Armada Timur Bersiap Lakukan Latihan Penembakan Torpedo

on Friday, September 21, 2012

20 September 2012

Pengecekan persiapan penembakan torpedo kepala dari Kapal Cepat Torpedo (photos : Armatim)

Komandan Satgas Latihan Parsial Penembakan TPO SUT Cek Kesiapan Unsur

Menjelang mendekati pelaksanaan latihan parsial penembakan Torpedo (TPO) SUT kepala latihan, Komandan Satuan Tugas (Satgas) Latihan Parsial Penembakan TPO SUT Kepala Latihan Kolonel Laut (P) Syufenri, S.Sos yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim dengan didampingi Wakil Komandan Satgas Letkol Laut (P) Iwa Kartiwa, SH mengecek kesiapan unsur yang terlibat dalam kegiatan latihan tersebut, Kamis (20/9).

Unsur yang terlibat dalam latihan parsial penembakan torpedo SUT kepala latihan tersebut, yaitu KRI Nanggala-402 dan KRI Ajak-653. Adapun sebagai unsur pendukung dalam kegiatan latihan itu ada tiga kapal perang (KRI) yang turut terlibat, yaitu masing-masing KRI Hiu-804, KRI Sura-802, dan KRI Soputan-923.


Dalam pengecekan ke unsur-unsur tersebut, Komandan Satgas Kolonel Laut (P) Syufenri juga melihat langsung aktivitas dan sekaligus mengarahkan kepada para prajurit yang sedang melaksanakan kesiapan latihan. Dengan antusias, nampak para prajurit dari jajaran Satuan Kapal Selam dan Satuan Kapal Cepat Koarmatim beserta pendukung lainnya, senantiasa mencermati dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

“Dilaksanakannya latihan parsial penembakan torpedo SUT kepala latihan ini, yaitu dalam rangka untuk persiapan latihan Armada Jaya XXXI TA. 2012. Karena dalam latihan tersebut, akan dilaksanakan penembakan torpedo sut dengan sasaran permukaan oleh KRI Nanggala dan KRI Ajak,”kata Komandan Satgas Kolonel Laut (P) Syufenri.

KRI Ajak 653, Kapal Cepat Torpedo (photo : Kaskus Militer)

Ditegaskan pula oleh Komandan Satgas, bahwa urgensi latihan parsial penembakan torpedo SUT kepala latihan oleh KRI Nanggala dan KRI Ajak ini, yaitu untuk menguji kemampuan kesenjataan dan profesionalisme pengawak alutsista. “Untuk itu, saat ini kita cek kesiapan unsur-unsur yang terlibat dalam latihan tersebut,”tegas Kolonel Laut (P) Syufenri.

Ditambahkan oleh Komandan Satgas, bahwa sasaran yang ingin dicapai dalam latihan ini, yaitu terwujudnya kesiapan sistem kendali senjata torpedo sut di KRI Nanggala dan KRI Ajak. Disamping itu juga akan terpeliharanya kemampuan profesionalisme prajurit di ke dua kapal perang tersebut dalam melaksanakan prosedur penembakan torpedo SUT.



View the Original article

US Agrees to Sell 8 AH-64D to Indonesia

on

21 September 2012

Boeing AH-64D Apache (photo : Militaryphotos)

US Agrees to Sell Indonesia 8 Apache Helicopters

(Reuters) - The United Statessaid on Thursday it will sell Indonesiaeight AH-64/D Apache helicopters to strengthen security ties with the largest country in Southeast Asia and the world's most populous Muslim-majority nation.

Secretary of State Hillary Clinton, speaking during a meeting with Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa in Washington, said Congress had been notified of the intent to sell the aircraft.

"This agreement will strengthen our comprehensive partnership and help enhance security across the region," Clinton said.

President Barack Obama's administration has sought to buttress defense ties with Indonesiaas it refocuses its attention toward the Asia-Pacific following long years of war in Iraq and Afghanistan.

The United Stateshas stepped up military cooperation with traditional allies such as the Philippines and Australia, and joined regional efforts to press Chinato accept a multilateral framework for solving flaring territorial disputes in the South China Sea.

Clintondid not reveal an estimated cost for the Apache deal, which Indonesian media have reported has been in the works for months. The attack helicopters, used by militaries around the world, are made by Boeing.

The United Stateslast year announced it was giving Indonesiatwo dozen second-hand F-16 fighter planes, with Jakarta covering the estimated $750 million needed to refurbish the late-model fighters and overhaul their engines.

U.S.officials say the delivery of U.S.hardware will improve cooperation and information-sharing between the U.S. and Indonesian militaries as they face common security threats.

The announcement of the helicopter sale came as Clinton and Natalegawa wound up the third regular U.S.-Indonesia joint commission meeting, with both saying that ties between the two countries had grown stronger.

Clinton, who visited Indonesiathis month as part of an Asia-Pacific tour, said trade topped $26 billion last year and that the United States would invest $600 million over the next five years in Indonesian clean energy development, child health and nutrition programs and government transparency initiatives under its Millennium Challenge aid program.

Indonesiahas been among the nations hit by violent anti-American protests over the past week to protest against a U.S.-made video seen as critical of Islam.

Clinton said that the United Stateshad decided to temporarily close its diplomatic facilities in the country on Friday in case further protests erupt. But she praised Jakarta for its response to the crisis.

"We are very grateful for not only the cooperation and the protection that has been provided to our facilities, but also for the strong statements condemning violence," Clinton said.



View the Original article

Satu Baterai Rudal Starstreak Masuk ke Arhanudse Kodam Jaya

on

21 September 2012

Rudal Starstreak II versi vehicle mounted (photo : Thierry Lachapelle)

Jam Komandan Yonarhanudse 10/1/F

KODAM JAYA - Komandan Yonarhanudse 10/1/F Letkol Arh I Made Kusuma D.G., memberikan Jam Komandan kepada seluruh personelnya. Acara yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan ini dihadiri oleh 453 personel dengan sangat antusias, bertempat di aula Yonarhanudse-10/1/F, Selasa (07/08).

Adabeberapa hal terpenting yang disampaikan oleh Danyon Arhanudse 10/1/F yang berhubungan dengan kegiatan Batalyon ke depan.

Pertama, bahwa untuk menjadi prajurit yang profesional, seluruh prajurit harus terdidik dan terlatih, hal ini sesuai dari pengarahan dari Kasad pada saat Rabiniscab terpusat.

Kedua, mengenai pembelian Alutsista bagi jajaran Arhanud yang telah disahkan oleh Kasad serta berhubungan dengan masuknya Rudal Starstreak ke Batalyon Arhanudse 10/1/F sebanyak 1 (satu) Baterai.

Hal berikutnya adalah penekanan agar seluruh prajurit menjauhi pelanggaran sekecil-kecilnya. Prajurit profesional adalah prajurit yang tidak memiliki pelanggaran.

(TNI)


View the Original article

Indonesia Butuh Banyak Kapal Cepat Rudal

on Wednesday, September 19, 2012

17 September 2012

Kapal Cepat Rudal dengan lambung trimaran produksi PT. Lundin Industry Invest (photo : Kaskus Militer)

JAKARTA - Indonesiamembutuhkan banyak kapal cepat rudal (KCR) untuk mengimbangi wilayah laut yang begitu luas dan daratan yang tersebar. Keberadaan KCR dinilai mampu mempermudah TNI maupun para pengelola keamanan di laut untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia. "Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti KRI Klewang," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Minggu (16/9).

KRI Klewang, tambah dia, merupakan KCR buatan asli Indonesia yang memiliki bentuk unik. Kapal ini juga banyak dipuji sebagai kapal siluman yang memiliki kecepatan tinggi dan mampu menembus ombak besar karena memiliki tiga lambung. Tak heran jika biaya pembuatan satu pesawat ini mencapai 114 miliar rupiah.

Menurut dia, produk buatan PT Lundin Industry Invest ini juga merupakan kapal yang berpeluru kendali dan berguna untuk menjaga perbatasan dan potensi laut di Indonesia. Saat ini TNI baru membeli satu KRI Klewang untuk ditempatkan di Armada RI Kawasan Timur. Meski demikian, Soeparno menuturkan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR, yakni KRI Celurit dan KRI Kujang. Total KCR yang saat ini dimiliki TNI AL tak lebih dari 10 unit yang masing-masing berukuran 40 meter.

Kapal Cepat Rudal monohull produksi PT. Palindo Marine Shipyard (photo : Kaskus Militer) 

Idealnya 35 Unit

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan, idealnya Indonesiamembutuhkan 35 unit KCR. "Perairan Indonesia cocok untuk pengoperasian KCR, terutama di wilayah barat karena cukup dangkal," jelasnya. Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama dengan China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.

Nantinya seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140 kilometer itu. TNI AL sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini. Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan.

"Kalau bisa produksi dalam negeri. Kami akan memasang rudal-rudal itu di daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya. KCR ini berbahan dasar komposit serat karbon yang tercatat lebih ringan, dan 20 kali lebih kuat dari baja ini memiliki panjang keseluruhan (length overall) 62,53 meter, lenght on waterline 60,7 meter, water draft 1,17 meter, beam overall 16 meter, bobot mati 53,1 ton.

Kapal ini digerakkan oleh 4 unit mesin penggerak pokok ini, didesain sebagai kapal siluman (stealth) canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Kehebatan kapal ini mampu menembus ombak setinggi 6 meter.

Pada acara peluncuran tersebut, Wakil Asisten Logistik Kasal, Laksma TNI Sayid Anwar menyatakan, bahwa momentum peluncuran kapal perang KCR pertama X3K Trimaran Class ini diharapkan akan menjadi titik awal pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL, sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani. "Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan in dustri militer dalam negeri," tambahnya. nsf/P-3



View the Original article

Embraer Tawarkan ToT Penuh Pesawat Super Tucano

on

18 September 2012

Pesawat Super Tucano dapat diproduksi di Indonesia bila pesanan mencapai 32 unit (Alejandro Hdez Leon)

 Super Tucano Bisa Mengangkut 1,5 Ton Senjata      
 
MALANG – Pemerintah Brasil membuka kesempatan lebih luas untuk kerja sama pengadaan pesawat militer aneka jenis dari Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) pascapenjualan Super Tucano ke Indonesia.

Sayangnya, dalam pengadaan Super Tucano yang sudah berjalan, alih teknologi (ToT) yang didapat Indonesia minim. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus disertai alih teknologi. Namun dalam pengadaan Super Tucano ini, alih teknologi yang didapat tidak sampai dalam tahap teknologi pembuatan. Menurut dia,minimal harus beli 32 unit agar Indonesia bisa mendapat ToT hingga proses produksi bersama.

”Kalau minimal 32 unit, beberapa pesawat bisa diproduksi di Indonesia. Tapi karena baru delapan, ToT untuk PT Dirgantara Indonesia (DI) baru bisa ground support,” terangnya seusai serah terima pesawat dari Pemerintah Brasil kepada Indonesia di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang,kemarin. Seperti diketahui, TNI AU membeli delapan pesawat Super Tucano dengan nilai USD141,99 juta. Pihak Embraer Brasil selaku produsen baru mengirimkan empat pesawat.

Direncanakan empat pesawat lagi akan dikirim pada 2013. KSAU menuturkan, memang diharapkan PT DI bisa turut serta dalam pembuatan pesawat yang cocok untuk counter insurgency (antigerilya) sehingga suatu saat Indonesia bisa memproduksi pesawat jenis ini. Namun, dengan jumlah pembelian yang sedikit tersebut, jika dipaksakan dilakukan produksi bersama justru membuat anggaran membengkak. ”Kita sudah limatahun off, skuadron tidak terbang (pascagrounded OV-10 Bronco pada 2007). Jadi kita harus cepat (pengadaannya),”terangnya.

Adapun untuk persenjataan, lanjut KSAU,hanya sebagian yang tidak dibeli dari luar negeri seperti PDU, bom MK82,dan roket FFAR karena industri dalam negeri sudah bisa memproduksi.Selebihnya harus membeli dari luar negeri seperti peluru kaliber 12,7 mm dengan sistem tembak elektrik.” Super Tucano bisa mengangkut senjata hingga 1,5 ton,” sebut Imam. Duta Besar Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silvera Soares mengatakan,kerja sama pertahanan antara kedua negara tak hanya untuk jangka pendek dan menengah,melainkan jangka panjang.

”Kami juga siap memberikan alih teknologi dan siap memberikan masukan apa pun yang dibutuhkan Indonesia,”tegasnya. Chief Executive Officer (CEO) Embraer Defense and Security Luiz Carlos Aguiar menambahkan,Indonesia bisa melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan. Itu pun jika Indonesiamembeli minimal dua skuadron.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serah terima pesawat Super Tucano tersebut cukup monumental karena Indonesiamendapat pesawat beserta perjanjian kerja sama berkelanjutan. ”Januari 2013 datang lagi pesawat itu (4 unit),” ucapnya. Selanjutnya, pada akhir 2013 atau awal 2014, delapan unit yang dibeli pada tahap kedua dijadwalkan juga tiba.



View the Original article

PT DI Selesaikan Konversi Pesawat CN-235 Ke-8 untuk AL Turki

on

18 September 2012

Proyek konversi pesawat CN-235 Turki menjadi versi MPA dikenal sebagai Meltem Project telah selesai untuk pesawat ke delapan, yang ditangani oleh engineer PT DI (photo : Brendon Attard)

PT DI Rampungkan Pesanan Turki Senilai Rp 151 Miliar

BANDUNG, TRIBUN - Tingkat kepercayaan dunia internasional kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) cukup tinggi. Itu terlihat pada jalinan kontrak antara lembaga BUMN yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan berbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Satu di antaranya, adalah Turki.

Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, mengemukakan, sejak 6 tahun silam, pihaknya bersepakat dengan Turki untuk mengerjakan 10 unit CN 235. Pemesanan itu merupakan modifikasi. "Turki memfungsikan CN 235 tersebut menjadi pesawat Maritim Patrol," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9).

Dalam perkembangan pembuatan pemesanan Turki itu, kini, pihaknya siap melakukan flight test (uji coba) pesawat ke-8. Sonny mengatakan, pihaknya optimistis, dalam dua tahun mendatang, pihaknya siap menuntaskan proyek pemesanan Turki tersebut mengingat kontraknya berdurasi 8 tahun atau hingga 2014.

"Nilai kontrak dengan Turki itu tergolong besar. Angka kontrak engineer-nya mencapai 2 juta dolar AS per tahun. Jadi, selama 8 tahun kontrak, nilainya sejumlah 16 juta dolar AS (sekitar Rp 151 miliar.RED)," sebut Sonny.  (*)



View the Original article

Menang Tender di Thailand, PT DI Bidik Filipina

on

19 September 2012

Pesawat CN-295 yang akan diproduksi juga di PT. DI (photo : TNI AU)

Bangkit dari Keterpurukan, Butuh SDM Idealis

Setelah terpuruk dalam beberapa tahun terakhir, PT Dirgantara Indonesia(Persero) kini mulai bangkit. Order pembuatan pesawat, komponen dan jasa datang dari berbagai negara. PTDI mulai merevitalisasi struktur dan SDM untuk mengimbangi meningkatnya pesanan dan kontrak pembuatan pesawat. Bagaimana itu dilakukan? Berikut wawancara wartawan FAJAR, Hasbi Zainuddin, dengan Direktur Umum & SDM PT Dirgantara Indonesia (Persero), Sukatwikanto, di ruang redaksi Harian FAJAR, 12 September lalu.

PTDI lebih cenderung memproduksi pesawat untuk militer. Bagaimana perkembangannya?

Klaster pesawat yang dibuat PTDI itu memang lebih kepada military, karena memang sejak awal didirikan, PTDI itu memang memproduksi  pesawat militer. Orientasinya sebagai transportasi sipil dan membantu pertahanan. Meskipun kita belum memproduksi pesawat tempur.

Pembiayaannya bagaimana?

Jika dihitung, total nilai kontrak itu mencapai Rp8 triliun, hingga tahun 2016. Untuk modal dan pembiayaan pesawat ini, kita ambil dari APBN melalui bank pemerintah.

Pembeli itu datang dari mana saja?

Untuk pesawat-pesawat military ini, pembeli kita tahun ini semakin meningkat. Kita bahkan sudah punya kontrak pembuatan pesawat dengan beberapa pembeli dalam negeri dan negara luar. Baik itu berupa unit pesawat, maupun komponen dan jasa.

Selain dari dalam negeri, pemesan kita yang sudah deal itu datang dari beberapa negara, di antaranya Korea Selatan, UAE (Uni Emirat Arab), Pakistan, Jepang, Malaysia, Brunei, Thailand, Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Irlandia. Turki, Burkinafaso, dan Senegal. Negara-negara ini membangun kontrak pembelian pesawat, komponen, dan jasa.

Pesawat CN-235 versi transport (photo : ponriau2012)

Selain beberapa negara itu, kami juga sementara mengikuti proses tender penjualan pesawat di Filipina. Pesawat tersebut antara lain tiga unit jenis CN 295, 4 unit CN235 untuk seri maritim transport, dan satu unit NC212 untuk seri 200 untuk maritim patroli.

Tendernya sementara berlangsung di Finance State. Kita berharap tahun ini ada beritanya menang. Nah,  di Thailand, kita sudah memenangkan tender satu unit NC 212-200. Penjualan di Thailand dan Filipina ini menambah nilai kontrak Rp8 triliun itu.

Pesawat yang dipesan jenis apa saja?

Macam-macam. Salah satu pemesan kita, Korea, itu menggunakan salah satu jenis pesawat CN235 sebagai pesawat kepresidenan. Sementara Malaysia, menggunakannya sebagai pesawat VIP, setingkat di bawah presiden.

Untuk pesawat, kita mengandalkan CN295. Pesawat ini ordernya sudah sembilan unit sampai tahun 2014, oleh TNI Angkatan Udara. Tahun ini sudah ada dua yang jadi dan kita delivery.

CN295 ini adalah pesawat hasil pengembangan CN235 yang dilakukan Airbush Military. Bedanya, badan pesawat ini lebih panjang tiga meter, sehingga mampu membawa penumpang sampai 50 orang, dengan menggunakan mesin Turboprop Pratt & Whitney yang lebih besar. Pesawat ini juga mampu mengangkut satu unit mobil tank.

PT Dirgantara bekerjasama dengan berbagai pihak dalam hal produksi beberapa pesawat. Apa kerjasama yang paling strategis?

Jadi, pertama yang harus dipahami tentang konsep industri pesawat, tidak ada industri yang memproduksi sendiri pesawat secara utuh. Untuk PTDI, ada tiga jenis produksi kita.

Pertama, pesawat yang kita ciptakan sendiri, dan hak kita untuk memproduksi dan menjualnya. Produk itu misalnya, pesawat CN235 yang pembuatannya kita kerjasama dengan CASA. Pesawat jenis ini adalah buatan Indonesia.

Adajuga produk yang underlisence. Kita buat, tapi bukan kita pemiliknya. Itu seperti pesawat NC212-200 dan 400. Kita hanya berhak memodifikasi, mengubah sedikit hidungnya, dan sayap.

Pesawat NC-212 versi transport (photo : Edy Permono)

Ketiga, industrial cooperation. Artinya, kita hanya membuat komponennya. Nah, untuk ini, PTDI merupakan satu-satunya pembuat komponen untuk bahu pesawat Airbush A380. Untuk komponen itu, kita mendapat order sampai 10 tahun ke depan.

Nah, untuk pemasaran, kami saat ini juga bekerjasama dengan Airbush Military, yang dulunya bernama CASA, dengan ikut membantu mengelola pasar pesawat jenis NC 212-400, CN 235, dan CN 295, di Asia dan Pasifik.

Selain itu?

PTDI juga terlibat dalam pengembangan pesawat tempur multi roles IFX-KFX, kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan. Pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi 41/2, setara dengan F16++. Dari kerja sama ini, kita target mulai beroperasi tahun 2020 mendatang.

Komposisi saham Indonesia-Korea dalam kerja sama ini sebesar 20-80 persen. Selain PTDI, beberapa pihak yang terlibat dalam pengembangannya antara lain Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebagai koordinator, Kementerian Ristek (Riset dan Teknologi), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ITB, dan Balitbang Kemhan.

Nah, dengan kerjasama ini, kita tentu memiliki hak untuk memodifikasi, mendesain, dan membangun dua skuadron di Bandung. Meskipun, kalau ada pembeli dari luar negeri, kita dan Koreatentu harus duduk bersama, karena modalnya berdua. Selain itu, tentunya masih banyak lagi kerjasama dan kontrak yang kita lakukan, yang mencukupkan nilai kontrak itu sebesar Rp8 triliun.

Pesawat CN-235 versi martime-transport (photo : mamboccv)

PTDI saat ini menunjukkan prestasi yang baik, dan mampu bangkit dari keterpurukan sejak krisis 1998 silam. Apa faktor yang mendukung prestasi besar ini?

Tentu dari sisi kebijakan pemerintahan. Dulu, kita kesulitan karena barang yang dipesan itu bisa kita delivery dalam waktu paling cepat 36 bulan. Kenapa, karena kita dilarang stok. Jumlah barang yang ingin dibuat, harus berdasarkan order, dan pembiayaannya melalui APBN yang diputuskan setiap tahun. Sementara, pemesan maunya 12 sampai 18 bulan sejak ditandatangani kontrak.

Sekarang, pemerintah sudah membolehkan stok, sehingga, pesawat itu bisa kita kirim lebih cepat, bisa sekitar 12 sampai 18 bulan. Pemerintah juga memberi kebijakan, khusus produksi pesawat, pembiayaannya melalui APBN multiyear, bisa sampai tiga tahun sekaligus. Pemerintah juga sudah lebih terbuka memberlakukan kredit impor.

Target keuntungan dari order itu?

Kita sampai sekarang sebenarnya masih menggendong utang. Kita tahun kemarin telah menyelesaikan utang masa lalu terhadap pemerintah yang manfaatnya sebagian sudah kita nikmati. Nah, sekarang masih punya utang riil. Berupa utang bisnis, yang sehari-hari kita gunakan membeli berbagai perangkat industri. Kita perkirakan tahun 2014, dengan order tersebut, utang riil itu bisa kita selesaikan.

Apa harapan Anda?

Untuk itu, yang kami butuhkan adalah tenaga SDM. Kita sedang mencari sarjana teknik yang punya idealisme dan integrasi yang tinggi, yang sanggup bekerja keras, meskipun gaji minim. Kita siap untuk melatih. Perekrutan SDM ini kita lakukan, karena dari sekitar 2.300 tenaga di PTDI, sekitar 70 persen di antaranya akan pensiun sampai tahun 2016 mendatang.(*)



View the Original article