Bom "Blast Effect” Diuji Coba di Lanud Iswahjudi

on Thursday, January 31, 2013

31 Januari 2013

Para teknisi pesawat F-16/Fighting Falcon Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi saat memasang Bom yang akan di uji coba, di AWR Pandanwangi, Lumajang, Rabu (30/1). (photo : TNI AU).


Guna mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di tanah air, Dislitbangau mengadakan uji coba bom, dengan menggunakan pesawat tempur F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Rabu (30/1).

Uji coba Bom Blast Effect Anti Personel, direncanakan akan berlangsung selama tiga hari tersebut diawali dengan paparan dari Dislitbangau oleh Mayor Tek Chaeruman dalam briefing pagi di ruang Tedy Kustari Lanud Iswahjudi, dilanjutkan dengan simulasi pemasangan Bom di pesawat F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, disaksikan oleh Kadislitbangau Marsma TNI Edy Yuwono, Komandan Wing 3 Kolonel Pnb Tedy Rizalihadi beserta tim penilai lannya.

Dalam kesempatan tersebut Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono mengatakan, uji coba Bom ini merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan alutsista negara produsen dari luar negeri, dan sesuai keinginan pemerintah mengenai kemandirian dalam produksi alat pertahanan dalam negeri, Dislitbangau sebagai Balakpus Mabes TNI AU telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya di bidang Alutsista.



“Dengan ketersediaan alutsista produksi dalam negeri yang memadai, dan tidak tergantung dengan negara produsen maka kemampuan operasional TNI Angkatan Udara dalam mempertahankan kedaulatan NKRI dapat terlaksana dengan baik”, ungkap Marsma TNI Edy Yowono.

Semantara di hari kedua tanggal 31 Januari, direncanakan dilaksanakan uji coba Bom dengan menggunakan pesawat tempur F-16, sedangkan sasaran pengeboman di Air Weapon Ring (AWR) Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, selanjutnya hari ketiga evaluasi terhadap hasil uji coba bom oleh tim penilai yang telah ditunjuk.

Bom dengan berat 250 kilo gram, tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan dengan sasaran, dibuat oleh Dislitbangau bekerjasama dengan Dewan Riset Nasional (DRN). Sedangkan tim penilai dalam uji coba tersebut diantaranya staf dari Srenaau, Sopsau, Slogau, Disaeroau, Dislambangjaau, Koharmatau dan Depohar 60 Lanud Iswahjudi.

(TNI AU)

View the Original article

Pesawat F-5 Tiger Unserviceable Berhasil Diterbangkan Kembali

on

31 Januari 2013


Pesawat F-5F Tiger TNI AU (photo : Merdeka)

Pesawat tempur tua F-5 Tiger TNI AU terbang kembali


Setelah 10 bulan, menjalani perawatan akhirnya pesawat tempur F-5 Tiger II Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi dapat terbang kembali. Pesawat ini sempat digrounded sejak tahun 2012 lalu.

F-5 Tiger merupakan pesawat yang tergolong tua. Si Macan ini mulai memperkuat TNI AU sejak tahun 1980. Jika dihitung, pesawat produksi Northrop Co, Amerika Serikat ini sudah 30 tahun menjaga udara RI.

Pesawat dinyatakan layak terbang setelah menjalani tes flight oleh Komandan Skadron Udara 14 Mayor Pnb M Nurdin, Kamis (31/1). Demikian keterangan pers dari Pentak Lanud Iswahjudi.

Hal tersebut sangat membanggakan terutama bagi para teknisi, sehingga pesawat tempur F-5 dapat bergabung dengan temannya pesawat tempur F-16 Fihting Falcon dan Hawk MK-53, dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Tes flight dilaksanakan langsung oleh Komandan Skadron Udara 14 Mayor Pnb M. Nurdin bersama Mayor Pnb Reza Muryadi, di aero drom Lanud Iswahjudi dan dipantau langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna.

Tes flight merupakan tes terbang bagi pesawat terbang setelah menjalani perawatan atau perbaikan karena mengalami kerusakan, sedangkan bagi penerbang yang melaksanakan tes flight adalah penerbang yang telah mendapatkan sertifikasi tes flight. [ian]

(Merdeka)

View the Original article

Dewan Pastikan Pembelian Rudal C-705

on Tuesday, January 29, 2013

29 Januari 2012


Rudal C-705 dari China akan dipasang di KCR-40 (photo : Palindo)

Rudal Cina Akan Dikembangkan di Indonesia

TEMPO.CO , Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat memastikan adanya pengembangan rudal C-705 asal Cina di Indonesia. Peluru kendali yang akan dipasang di kapal cepat rudal tipe 40 produksi lokal itu diharapkan bisa diproduksi dalam negeri secepatnya.

"Untuk tahap pertama kita akan beli dulu dari Cina," kata Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanudin kepada Tempo, Senin, 28 Januari 2013. Setelah membeli beberapa unit peluru kendali, Cina dan Indonesia akan melakukan produksi bersama rudal tersebut.

Kontrak pembelian misil asal Cina ini, kata Hasanudin, sudah ditandatangani dan disetujui oleh DPR. "Tapi saya lupa kapan dan berapa nilainya," ujar dia.

Dalam daftar pinjaman luar negeri khusus alat utama sistem persenjataan utama, pengadaan rudal C-705 dianggarkan sebesar US$ 7,5 juta untuk enam unit hingga 2014. "Seluruhnya akan dipasang di KCR 40, nanti yang memasang peluncur rudalnya PT. PAL," kata Hasanudin.

Jenis rudal yang akan dipasang di kapal pemukul itu, akan berbeda-beda. "Tahap pertama memang cuma C-705, berikutnya nanti ada pengembangan," ujar Hasanudin.

TNI Angkatan Laut sendiri menilai rudal jenis surface to surface ini cocok dipasang di KCR 40. "Akurasinya bagus dan mematikan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati.

Menurut Untung, rudal C-705 akan tiba di Indonesia tahun 2014 mendatang. "Tiga pabrikan lokal bakal terlibat dalam tahapan transfer teknologi rudal ini," kata dia. Pabrikan yang akan dilibatkan antara lain, PT. Pindad, Lapan, dan PT. Dirgantara Indonesia.

Pembelian rudal C-705 ini merupakan bagian dari usaha melengkapi persenjataan kapal cepat rudal pabrikan Palindo Marine Batam. Selain dipersenjatai rudal, kapal pemukul ini juga dilengkapi dengan Sensor Weapon Control (Sewaco) berupa meriam kaliber 30 milimeter yang juga diimpor dari Cina dan Afrika Selatan.

(Tempo)

View the Original article

First C-130H Being Readied for Indonesia

on Monday, January 28, 2013

25 Januari 2013


A97-006 is the first H-model to be prepared for transfer to Indonesia. (photo : Josh Williams)

The first former RAAF C-130H is being prepared for transfer to the Indonesian air force.

Photographed by H-model fan Joshua Williams at RAAF Base Richmond, A97-006 was seen departing the base on a test flight following deep-level maintenance.  With evidence of significant work having been performed on the aircraft by Qantas Defence Services, it is believed -006 was the last aircraft to go through deep level maintenance under the existing contract between Defence and QDS. The aircraft was subsequently flown to Townsville for repainting.

A Defence spokesperson told Australian Aviation: “A97-006 is expected to be the first aircraft to be transferred to Indonesia, following completion of deeper level maintenance servicing and other activities, as well as finalisation of transfer arrangements between the governments of Australian and Indonesia.”

(Australian Aviation)

View the Original article

Palindo Marine Serahkan KRI Beladau 643 dan Combat Boat

on

26 Januari 2013


KRI Beladau 643 - kapal cepat rudal (photo : Kaskus Militer)

KRI Beladau-643 Perkuat TNI AL

JAKARTA (Pos Kota) – Hari ini merupakan hari bersejarah bagi perkembangan teknologi militer Bangsa Indonesia, khususnya bidang industri perkapalan yaitu dengan diresmikannya buah karya putra-putri Bangsa Indonesia berupa sebuah kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal-40 (KCR-40) yang diberi nama KRI Beladau-643 produksi PT. Palindo Marine Batam.

Peresmian kapal tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, Kapolri Jenderal Pol. Drs. Timur Pradopo, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M., serta pejabat militer dan sipil lainnya  di Tanjung Uncang, Batam, Kepulauan Riau.

Kehadiran KRI Beladau-643 yang desain dan pembangunannya dilakukan oleh putra-putri Bangsa Indonesia akan memperkuat Alutsista TNI Angkatan Laut sekaligus meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Laut dalam melaksanakan tugas menjaga kedaulatan dan penegakkan hukum di laut yurisdiksi nasional.

Dikatakan oleh Menhan RI Purnomo Yusgiantoro pada acara peresmian tersebut, penambahan Alutsista di laut baik KRI (Kapal Perang Republik Indonesia) dan KAL (Kapal Angkatan Laut) merupakan jawaban konsekuensi atas kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar adalah lautan. Selain itu lanjut Menhan, Indonesia memiliki posisi yang strategis serta memiliki kekayaan alam yang luar biasa, baik potensi perikanan maupun keragaman hayati. Disamping itu Indonesia juga mempunyai selat dan perairan kepulauan nusantara yang merupakan alur pelayaran utama yang tidak hanya penting bagi Bangsa Indonesia tapi juga bagi bangsa lainnya, itu semua tidak hanya membawa manfaat ekonomis bagi bangsa Indonesia tetapi juga membawa konsekuensi tanggungjawab untuk menjaganya.

Pemukul Cepat


Anjungan kapal KRI Beladau (photo : Tribun News)

KRI Beladau-643 merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula. Kapal berukuran panjang 43 meter, lebar 7,40 meter, dan berat 250 ton ini memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 27 knot, serta memiliki daya tembak/hancur yang besar karena dilengkapi persenjataan Rudal C-705. Kelebihan kapal perang ini dilengkapi dengan sistem persenjataan canggih berupa Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam caliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS), dan meriam anjungan 2 unit caliber 20 mm.

Kapal KCR-40 ini mampu menampung bahan bakar 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal (ABK) dan masih mampu memuat 13 personel Pasukan Khusus. Kapal ini juga memiliki peralatan navigasi akurat, sehingga memberikan keyakinan keamanan bernavigasi, selain itu dilengkapi peralatan komunikasi yang mampu digunakan untuk melaksanakan komunikasi antar kapal permukaan dan pesawat udara dalam satu kesisteman, sehingga diharapkan mampu mengemban tugas-tugas TNI Angkatan Laut dan juga memberikan efek deterrence bagi pertahanan Negara.

KCR-40 ini terbuat dari baja khusus High Tensile Steel pada bagian hulu dan lambung kapal yang juga produk dalam negeri yang diperoleh dari PT Krakatau Steel, Cilegon, sedangkan untuk bangunan atas kapal menggunakan Aluminium Alloy serta daya gerak menggunakan 3 mesin penggerak dengan menerapkan System Propulsi Fixed Propeller 5 daun pada baling-baling yang menjadikan kapal memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar. Kapal ini juga sudah dilakukan uji coba Harbour Acceptance Test atau uji coba merapat di pelabuhan/dermaga dan Sea Acceptance Test atau uji coba di laut dengan hasil yang memuaskan.

KRI Beladau-643 merupakan kapal ketiga, setelah sebelumnya KRI Clurit-641 diresmikan pada April 2011 dan KRI Kujang-642 yang diresmikan pada Februari 2012. Kapal perang jenis KCR-40 yang dibangun di PT. Palindo Marine Batam ini berukuran panjang 44 meter, lebar 8 meter, berat 238 ton, dan diawaki 35 orang anak buah kapal dan delapan pasukan khusus. Persenjataan antara lain satu unit meriam 30 mm, dua unit meriam anjungan 20 mm, dan dua set Rudal C-705.

(Pos Kota)

See Also :


Kemenhan pun Terima 1 Unit Combat Boat
25 Januari 2013

Combat Boat produksi Palindo Marine (photo : Palindo)

Selain meresmikan kapal perang KRI Beladau 643, Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI juga menerima satu unit combat boat yang diproduksi di PT Palindo Marine Shipyard, Batam siang tadi.

Combat boat ini kata Kabalitbang Kemenhan Eddy Sumarno Siradj merupakan salah satu proyek prototype antara Kemenhankam dan PT Palindo Marine Shipyard menggunakan dana dari APBN tahun 2012.

Pembuatan kapal yang bisa mengangkut 8 kru dan 6 orang penumpang itu dilakukan sejak Maret hingga November 2012.

Edi juga mengatakan Combat boat ini memiliki spesifikasi panjang 17,7 meter, lebar 4,0 meter serta mampu berlayar hingga 50 knots.

Combat boat ini berbahan aluminium alloy dengan dua unit mesin masing-masing 900 tenaga kuda.(spt)

(Batam Pos)

View the Original article

Kontrak Kapal Perang KCR-40 dengan Palindo Berlanjut

on

26 Januari 2013

KCR-40, kapal cepat rudal dengan panjang 44m produksi PT Palindo Marine (photo : Palindo)

TEMPO.CO , Jakarta - Kementerian Pertahanan berencana untuk menyerahkan sisa kontrak kebutuhan kapal cepat rudal 40 kepada PT. Palindo Marine, Batam. Sebelumnya perusahaan ini sukses memproduksi KRI Clurit 641, KRI Kujang 642 dan KRI Beladau 643.

Palindo masih punya 'hutang' satu unit KCR 40 lainnya yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. Jika selesai, TNI AL akan memiliki empat unit kapal dari 16 unit KCR 40 yang ditargetkan hingga tahun 2019 mendatang.

"Dari kajian TNI AL, kami cenderung untuk menyerahkan kontrak produksi KCR 40 kepada Palindo," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Jumat, 25 Januari 2013 usai menerima protocol of delivery KRI Beladau 643 dari Palindo.

Palindo Marine sendiri baru menandatangani kontrak untuk produksi empat unit kapal cepat rudal dari 16 kapal yang ditargetkan dalam target minimum pengadaan alat utama sistem persenjataan. "Pertimbangan untuk meneruskan kontrak dengan Palindo antara lain masalah perawatan kapal," ujar dia.

Direktur Utama Palindo Marine Harmanto mengaku siap untuk meneruskan kontrak produksi KCR 40. "Kami tidak masalah jika target pengadaan kapal dipercepat," kata Harmanto.

Pembuatan KCR 40, ujar dia, membutuhkan waktu 12 bulan untuk setiap unit. "Tapi tidak masalah karena kami bisa kerjakan secara paralel." Ahak--panggilan akrab Harmanto, mengaku mampu membangun lima kapal cepat rudal sekaligus.

Namun Kementerian Pertahanan mengakui masalah pendanaan masih menghambat percepatan produksi KCR 40. Tiga unit kapal yang sudah diproduksi, seluruhnya menggunakan skema pinjaman dalam negeri. Bank Mandiri selaku bank milik pemerintah ikut membiayai pembuatan kapal senilai Rp 75 miliar per unit.

Kapal cepat rudal sepanjang 44 meter ini terbuat dari high tensile steel pada bagian lambung dan aluminium alloy di bagian atas. KCR 40 dapat melaju hingga 30 knot, atau kurang lebih 60 kilometer per jam.

(Tempo)

View the Original article

Dua Kekuatan Tempur Kodam VI Ditempatkan di Berau

on Friday, January 25, 2013

22 Januari 2013


Satu skuadron helikopter (18 helikopter) dan satu batalyon artileri medan akan ditempatkan di Berau, Kalimantan Timur (photo : Media Indonesia)

BALIKPAPAN - Kodam VI/Mulawarman memperkuat pertahanan di utara Kaltim. Berau jadi sentralnya. Di kabupaten ini, TNI bakal menempatkan dua kekuatan yang siap dalam waktu dekat. Yakni, Artileri Medan (Armed/ARM) dan satu skuadron helikopter -- satu skuadron 18 helikopter. Pangdam VI/Mlw Mayjen Dicky Wainal Usman mengatakan, tahun ini tengah dimatangkan infrastruktur untuk skuadron helikopter tersebut.

“Skuadron di Berau itu akan menggunakan lapangan terbang lama di sana (Berau). Kita sudah komunikasi dengan pemkab soal itu,” katanya saat bincang dengan Kaltim Post di ruangannya, pekan lalu.

Kata dia, satu skuadron di Berau ini mengcover kawasan daratan tak hanya di Kaltim, tapi juga Kalimantan Utara (Kaltara) yang bakal lepas dari Benua Etam. Juga mengcover Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Skuadron ini diperkirakan bakal terpenuhi seluruh kekuatan helikopternya pada 2015.

 “Kita harus menjaga semua fasilitas di Kaltim, karena itu harus tercover dengan jangkauan personel,” katanya. Saat ini Kodam sudah punya dua helikopter.

Secara bertahap akan dilengkapi sampai memenuhi satu skuadron. “Saya melihat Berau ini sentral, dengan kawasan perbatasan juga jaraknya relatif tidak jauh,” jelas Pangdam, sambil menunjuk pada peta Berau di dinding ruangannya. Posisisnya, ada di tengah-tengah, antara daerah-daerah di Kaltim dan Kaltara.

Sedangkan Armed, jelas dia, di Berau sudah ada satu batalyon atau 400 personel. Dinilai sebagai sentral itulah, Armed juga ditempatkan di satu-satunya kabupaten di utara yang tak bergabung dengan Kaltara itu. Target tahun ini sudah terpenuhi.

Sedangkan untuk pengamanan kawasan perbatasan, Pangdam sudah berkoordinasi dan mempererat kerja sama dengan Pemprov Kaltim, dan kabupaten yang daerah mereka masuk kawasan perbatasan; Nunukan, Malinau, dan Kutai Barat (Kubar). Kawasan perbatasan, jelas dia, memang yang terpenting adalah mengintensifkan pembangunan infrastruktur. “TNI siap (membantu). Kami punya alat berat, kami punya armada, dan bisa membantu bikin jalan,” tuturnya. (far/far/k5)

(Kaltim Post)

View the Original article

Pembentukan Armada Kawasan Tengah Selesai 2014

on

23 Januari 2013


Markas Komando Armada RI Kawasan Tengah akan ditempatkan di Surabaya, Armada Timur  akan ditempatkan di Sorong, Papua Barat, Armada Barat untuk sementara akan tetap ditempatkan di Jakarta. (photo : TNI AL)

Jakarta - Mabes TNI Angkatan Laut memprediksi rencana pembentukan Armada RI Kawasan Tengah akan selesai pada 2014, namun hingga kini TNI AL masih menunggu persetujuan Presiden terkait pengesahan revisi Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI.

"Begitu Perpres disetujui, kami akan langsung lakukan pembangunan infrastruktur armada. Sangat mungkin terealisasi pada 2014 mendatang," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati di Jakarta, Rabu.

Belum disahkannya Perpres, dinilai karena ada sebagian usulan yang masih ditunda. Namun, sebagian besar usulan sudah disetujui oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Menurut dia, Markas Komando Armada RI Kawasan Tengah akan ditempatkan di Surabaya yang saat ini merupakan markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim), sementara Armatim akan ditempatkan di Sorong, Papua Barat.

Di Surabaya juga markas Komando Pertahanan Laut (Kohanla) akan ditempatkan. Keberadaan tiga armada, jelasnya, memungkinkan dibentuknya Kohanla yang akan membawahkan tiga armada itu. Sedangkan Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar) untuk sementara akan tetap ditempatkan di Jakarta.

"Kami merencanakan, markas besar akan dipusatkan di tengah, di Surabaya," tuturnya.

Untung menambahkan, untuk membangun satu armada diperlukan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun, dimana pembangunan infrastruktur adalah yang paling memakan banyak waktu.

Rencana pembagian Armada TNI AL (image : TNI AL)

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio sebelumnya mengharapkan pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) dapat disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Pembentukan Kohanla sudah disetujui oleh Panglima TNI dan sudah dipaparkan. Semoga pembentukan Kohanla segera disetujui," kata Marsetio.

Menurut dia, pembentukan Kohanla perlu dilengkapi dengan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI untuk pembangunan infrastruktur untuk Armada RI Kawasan Tengah.

Terbentuknya Kohanla nantinya akan membawahi tiga armada yaitu Armada Barat, Armada Tengah dan Armada Timur, dimana saat ini hanya Armada Barat dan Armada Timur saja. 
Marsetio mengatakan, secara bertahap infrastruktur Kohanla akan diprogramkan, termasuk dalam anggaran 2013 ini.

Untuk target pembentukan Kohanla sendiri, tambah KSAL, tergantung persetujuan Perpres dan keputusan Panglima TNI, namun tentunya juga sangat tergantung alokasi anggaran.

Pengembangan postur ini akan diikuti oleh strata kepangkatan. Untuk Kohanla akan dipimpin oleh laksamana bintang 3 atau Laksamana Madya (Laksdya). Sedangkan untuk masing-masing armada dipimpin oleh laksamana bintang dua atau Laksamana Muda (Laksda).

Anggota Komisi I bidang Pertahanan DPR RI Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, berpendapat pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) yang tinggal menunggu persetujuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat penting mengingat luasnya wilayah laut Indonesia.

"Saat ini dari 17.499 pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau terluar dan 12 pulau diantaranya merupakan pulau-pulau strategis yang tersebar di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga, serta digunakan sebagai titik-titik batas terluar (base point) pengukuran batas wilayah NKRI dengan negara tetangga," kata Susaningtyas.

Terkait dengan fungsi pertahanan dan keamanan negara, kata anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura ini, kedudukan pulau terluar merupakan beranda nusantara yang harus terus dipantau dan diawasi.(*)


(Antara)

View the Original article

Indonesia Akan Beli Senjata Anti Tank dari Inggris

on Thursday, January 17, 2013

16 Januari 2013


NLAW-Next Generation Light Anti-Tank Weapon, senjata anti tank buatan Swedia - cukup dioperasikan oleh satu orang - yang pemasarannya bekerjasama dengan Inggris (photo : SaabGroup)

RI Akan Beli Kapal Perang dan Sniper Anti Tank Inggris

VIVAnews - Indonesia akan membeli tiga unit kapal perang jenis Multi Role Light Frigate dari Inggris. Rencana ini diungkapkan oleh Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, saat menerima kunjungan Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond, di kantornya, Jakarta, Rabu 16 Januari 2013.

"Masih dalam proses negosiasi dengan Inggris. Kami akan mengirim tim untuk memastikan dan memeriksa spesifikasi kapal laut tersebut," kata Purnomo usai menerima kunjungan menhan Inggris.

Purnomo berharap, dengan pembelian alutsista dari Inggris, Indonesia dapat melakukan alih teknologi. Melalui proses alih teknologi itu, Indonesia dapat membuat alutsista yang sama.

Sementera itu, Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan, selain kapal laut, pemerintah Indonesia berencana membeli sniper anti tank dari Inggris.

"Ada persenjataan dari Angkatan Darat Inggris, kalau tidak salah untuk anti tank," ungkap Sjafrie.

Pada 2013, Kementerian Pertahanan memiliki anggaran belanja sebesar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, Sjafrie berharap peralatan militer Indonesia dapat dimodernisasi.

"Kami di Kementerian Pertahanan mengharapkan dukungan dari menteri keuangan untuk bisa memberikan fasilitas akselerasi pembiayaan," ungkap dia.

Untuk memenuhi alutsista TNI, Kementerian Pertahanan dengan beberapa perusahaan di Inggris telah melakukan beberapa kontrak untuk memenuhi kebutuhan peluru kendali Starstreak, suku cadang pesawat Hawk, dan suku cadang tank Scorpion.

"Serta beberapa perawatan yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Inggris," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo. (art)



View the Original article

British Companies Keens to Win Contracts to Upgrade Fatahillah-class

on

17 Januari 2013

Fatahillah class corvette (photo : Irwan)

UK defence minister bullish on arms sales

British defence companies such as BAE Systems and Rolls-Royce should be able to boost their sales to fast-growing markets like Indonesia without becoming entangled in corruption, according to Philip Hammond, the UK defence secretary.

On a trip to Jakarta to promote the British defence industry and deepen nascent military ties with the world’s third-largest democracy, Mr Hammond told the Financial Times the risks of doing business in Indonesia, where corruption is endemic, were “manageable”.

“From the companies I have talked to, they recognise that there is a challenge but they think that it is manageable, and they can operate here successfully while observing the UK and US legal requirements to address anti-corruption issues,” he said.

Rolls-Royce is the latest major British industrial and defence group to become bogged down in graft allegations.

It asked the Serious Fraud Office to investigate accusations that the company had engaged in bribery connected with its business in China, Indonesia and other markets.

Mr Hammond sought to play down the impact of the SFO involvement on defence sales to Indonesia, noting that it was “primarily focused” on Rolls-Royce’s civil engines business in Indonesia, not its defence business.

Under pressure from prosecutors in the US and the UK, British defence companies have been trying to improve their anti-corruption efforts in emerging markets like China and Indonesia, where facilitation payments to government officials are commonplace.

Indonesia is one of the world’s more corrupt countries, according to Transparency International, a campaign group, which placed it 118th out of 176 countries, alongside Egypt and Madagascar, in its ranking of global governance.

Some executives in Indonesia have argued that the UK’s stringent bribery law of 2010, which expressly prohibits such payments, makes it very hard to win deals.

Nonetheless, Mr Hammond said he was hopeful that defence sales could form a key part of last year’s pledge by David Cameron, the British prime minister, and Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia’s president, to double bilateral trade by 2015.

But that sales growth would not come without adjustments to military contractors’ business models, he said. As Indonesia and other emerging nations seek to deepen their manufacturing base, Mr Hammond said that military contractors would have to incorporate more local production and the transfer of technology.

“The days of bashing metal in the northwest of England, crating it up and shipping it off are over,” he said. “What people want to buy is the technology transfer and partnership but with local production, leveraging lower local production costs and also building an indigenous capability.”

Like the US, Japan and other developed nations with anaemic domestic economies, Britain is keen to win business in fast-growing markets like Indonesia.

Following the Obama administration’s “pivot” to Asia, Mr Hammond said the UK was “looking east in a way we have not done before”.

As its economy continues to grow rapidly, and it becomes a more prominent on the global stage, Indonesia is keen to accelerate the modernisation of its military.

It has bought F16 fighters and Apache helicopters from the US, Sukhoi 27 and Sukhoi 30 fighters from Russia and missile systems from China, underlining a multilateral defence and foreign policy that eschews alliances.

Britain has sold Starstreak anti-aircraft missiles, Hawk jets and small arms to Indonesia. Now, British companies are keen to win contracts to upgrade Indonesia’s ageing Fatahillah-class frigates and other ships.

(Financial Times)

View the Original article

Kemhan Minta Rudal Anti Pesawat Pada Kapal Ex-Nakhoda Ragam Class Diperbaiki

on

17 Januari 2013


Rudal anti pesawat SeaWolf dibuat oleh British Aircraft Corporation, kemudian diteruskan oleh BAE Dynamics, dan akhirnya digabung ke dalam MBDA. Di Inggris rudal ini akan dipensiunkan tahun 2018 digantikan oleh rudal CAMM, sedangkan di Malaysia akan menggunakan rudal ini pada Lekiu class fregat sampai tahun 2020 untuk selanjutnya digantikan dengan rudal Aster-15 atau VL MICA (photo : Cavalry)

RI Minta Peluru Kendali Kapal Inggris Direparasi

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan berupaya melobi Pemerintah Kerajaan Inggris soal perbaikan sistem peluru kendali kapal multi role light fregat. "Tadi sudah dibicarakan masalah upgrading, salah satu sistem peluru kendali kapal itu," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, Rabu, 16 Januari 2013.

Indonesia membeli kapal multi role light fregat asal Inggris ini dirancang selama 1,5 tahun. Permintaan perbaikan sistem peluru kendali itu karena pabrik peluru kendali Seawolf yang terpasang pada kapal tersebut tutup. Gaga-gara inilah Malaysia, Brunei, Aljazair, dan Filipina batal membeli kapal ini. "Itu memang menjadi salah satu pertimbangan sehingga negosiasinya lama," kata Ediwan.

Kementerian Pertahanan mengaku sudah memeriksa masalah teknis terkait kapal tersebut. "Secara teknis, kapalnya masih bagus, tinggal masalah satu itu (peluru kendali)," kata dia. Ediwan menyebut tiga unit fregat kelas nakhoda yang akan dibeli tersebut masih memiliki sistem sonar dan radar yang masih baik.

Kapal ini, kata Ediwan, kini dimiliki oleh galangan kapal Lurssen asal Jerman. "Tapi (kapalnya) masih diparkir di Inggris," kata dia. Harga tiga unit kapal fregat ini mencapai US$ 385 juta, "Bahkan bisa lebih dari itu," kata dia.

Negosiasi kontrak pembelian kapal, kata Ediwan, diharapkan rampung cepat. "Saya harap bulan ini bisa rampung. Negosiasi berlangsung sejak enam bulan terakhir."

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin juga mengakui adanya rencana pembelian kapal perang untuk TNI Angkatan Laut ini. Pembelian kapal permukaan ini memang termasuk prioritas," kata dia.  Pengadaan kapal ini murni pembelian.

(Tempo)

View the Original article

8 Pesawat F-16 Hibah Akan Datang Tahun 2014

on Tuesday, January 15, 2013

14 Januari 2013


Batch pertama F-16 hibah yang terdiri dari 8 pesawat akan datang tahun 2014 (photo : Luke AFB)

Indonesia akan menerima 8 pesawat F-16 C/D  hibah yang telah diregenerasi dari Amerika Serikat mulai tahun 2014. Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan RI Mayjen TNI Ediwan Prabowo, mengemukakan hal tersebut pada  wawancara dengan sejumlah wartawan setelah mengikuti rapat pimpinan Kementrian Pertahanan Rabu 9 januari 2013.

Dijelaskan bahwa 8 pesawat F-16 tersebut saat ini dalam tahap upgrade yang dilakukan di 309th Maintenance Wing di Hill Airforce Base, negara bagian Utah, Amerika Serikat. Standar persenjataan dan elektronik pesawat ini akan ditingkatkan dari semula block 25 menjadi setara block 52. 

Menurut rencana penggantian mesin pesawat akan dilakukan oleh Pratt & Whitney di East Hartford, Connecticut.

309th Maintenance Wing adalah depo pemeliharaan bagi pesawat tempur angkatan udara Amerika, di depo ini melayani pemeliharaan dan perbaikan pesawat F-22A Raptor, F-16 Fighting Falcon, A-10 Thunderbolt, dan C-130 Hercules.

Menurut rencana 1 skadron (16 pesawat) F-16 hibah ini akan ditempatkan di Pekanbaru, sedangkan 8 sisanya ditempatkan di Madiun bersama F-16 A/B block 15 yang saat ini dioperasikan oleh TNI AU. 

Penambahan 1 skadron tempur di Pekanbaru tersebut sesuai dengan rencana strategis (Renstra I) periode 2005-2014. TNI AU berencana menambah 3 skadron pesawat tempur lagi pada Renstra II (2015-2024) sehingga secara total TNI AU akan mempunyai 11 skadron tempur.

Korea Selatan pernah diberitakan menawarkan untuk menghibahkan 16 pesawat tempur F-5E/F kepada Indonesia, pada sisi yang lain Amerika juga menawarkan tambahan hibah 10 pesawat F-16 C/D block 25, namun sampai saat ini belum ada berita mengenai diterima atau tidaknya tawaran pesawat dari dua negara ini. 

(Defense Studies)

View the Original article

Kemhan Akui Kontrak Pembelian Leopard Telah Diteken

on Monday, January 14, 2013

11 Januari 2013


MBT Leopard Revolution (photo : Tempo)

TNI Akhirnya Resmi Beli Tank Leopard  

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan resmi menandatangani kontrak pengadaan main battle tank Leopard dengan sebuah perusahaan asal Jerman, Rheinmettal. "(Kontrak pembelian) sudah ditandatangani pertengahan Desember lalu," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013.

Nilai kontrak pembelian tank berat itu, kata Ediwan, berada di bawah pagu anggaran sebesar US$ 280 juta. "Kurang sedikit dari jumlah itu," kata dia tanpa menyebutkan nominal.


Leopard Revolution dilengkapi dengan sistem perlindungan 360 derajat (image : Militaryphotos)

Ediwan memastikan spesifikasi teknis dan jumlah tank yang akan diproduksi tetap sama dengan kesepakatan awal. "Ya, mereka setuju dengan penawaran kita."

Pembelian tank seberat 63 ton ini juga sudah dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken November 2012 lalu. "PT Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan mendapatkan kerja sama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat."

Rencananya, Indonesia akan membeli Leopard Ri dan A24 beserta tank sedang Marder seberat 33 ton. Leopard Ri dibanderol US$ 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Indonesia dikabarkan memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit. "Itu akan ditambah lagi dengan amunisi dan perlengkapan pendukungnya," ujar Ediwan. Tank ini akan menambah kekuatan TNI di perbatasan.

(Tempo)

View the Original article

Kemhan Lanjutkan Pembelian Heli Apache

on Sunday, January 13, 2013

10 Januari 2013


Helikopter AH-64D Apache Longbow (photo : Militaryphotos)

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan akan tetap membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. Harga yang mahal tidak menyurutkan niat pemerintah. "Harganya memang sangat mahal, kami harus mempertimbangkan kekuatan anggaran," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013.

Harga mahal itu, kata Ediwan, adalah konsekuensi dari pemerintah Amerika Serikat. "Mereka ingin standar keselamatan yang tinggi. Tidak mau kalau helikopter itu jatuh di sini (Indonesia) dan merugikan citra mereka," kata dia.

Rencana pembelian delapan helikopter Apache Longbow AH 64 D itu sudah dikabulkan oleh kongres negeri Abang Sam. "Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita," kata Ediwan.

Untuk menyiasati mahalnya harga heli Apache, Kementerian akan menyesuaikan perencanaan anggarannya. "Kami akan sesuaikan pos anggaran yang lain agar bisa mencukupi."

Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.

(Tempo)

View the Original article

TNI AL Akan Terima 6 Kapal Perang Baru Produksi Dalam Negeri di Tahun 2013

on

10 Januari 2013


KRI Beladau 643 termasuk kapal yang akan masuk jajaran TNI AL tahun 2013 (photo : silep04)

CILANGKAP: Jajaran TNI Angkatan Laut (AL) akan memiliki enam kapal perang baru pada 2013.

Kepala Sub Dinas Penerangan Umum (Kasubdispenum), Dinas Penerangan Angkatan Laut Kolonel Laut (S) Julius Widjojono menguraikan keenam kapal perang itu diproduksi di dalam negeri.

Dua kapal berjenis tugboat alias kapal tunda akan diproduksi PT Penataran Angkatan Laut (PAL). Kapal tunda nantinya akan mempercepat mobilitas armada laut yang ada.

PT PAL juga harus menyelesaikan dua kapal cepat rudal (KCR-60). Kapal dengan panjang 60 meter, lebar 8,10 meter dan berat total 457 ton itu diproyeksikan memperkuat armada perang.

Mampu mencapai kecepatan 28/20 Knots, kapal itu dilengkapi sistem antiserangan permukaan dan mampu mendukung saat terjadi adu tembak di laut.

Kapal ini bahkan bisa dilengkapi alat anti serangan kapal selam.

Kementerian Pertahanan menyebut kontrak pembuatan empat kapal buatan PT PAL itu Rp500 miliar. Kapal tunda dalam kontrak ditargetkan selesai April dan Juni 2013.

Adapun kontrak penyelesaian kapal cepat rudal jatuh tempo Maret dan Desember 2013.

Adapun kapal perang kelima dan keenam yang segera dimiliki AL yakni PC 40. Jenis PC 40 merupakan kapal perang patroli.

Meski demikian, rudal anti kapal akan disematkan sebagai bagian pertahanan.

"PC 40 pertama memang kami mengajukan, kemudian Kemenhan menambah satu, sehingga total enam unit yang diserahkan tahun ini," jelas Julius, Senin (7/1/2013).

Keenam kapal baru itu, lanjut dia, akan bergabung dengan 156 kapal yang dimiliki TNI AL. Sehingga dengan tambahan yang baru, AL memiliki kapal 162 buah.

"Itu nantinya ditambah kapal selam yang dipesan di Korea Selatan," tambahnya. Saat ini Indonesia memiliki dua kapal selam.

Indonesia tahun ini dijadwalkan mulai membangun tiga kapal selam bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan.

Ada transfer teknologi dalam program ini. Kapal pertama diproduksi di Korsel, kapal kedua akan mulai diproduksi di Indonesia dan ketiga akan sepenuhnya diproduksi PT PAL Indonesia.

Kapal selam pertama dijadwalkan tiba pada 2015, kedua pada 2016 dan ketiga 2018. Ketiganya bernilai US$1,07 miliar.  (ra)

(Bisnis Indonesia)

View the Original article

Indonesia - China Bahas Kerjasama Teknologi Pesawat Tanpa Awak dan Sistem Pertahanan Elektronik

on

11 Januari 2013


Selain melanjutkan kerjasama alih teknologi rudal C-705, Indonesia dan China berencana memperluas kerjasama teknologi dalam bidang UAV dan sistem pertahanan elektronik (photo : XAirforces)

Indonesia-china perluas kerja sama pertahanan

Beijing, (ANTARA Bengkulu) - Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat memperluas kerja sama pertahanan untuk meningkatkan profesionalisme angkatan bersenjata kedua negara, hubungan lebih baik kedua pihak serta guna mendukung stabilitas keamanan kawasan khususnya di Asia.
   
Demikian pokok bahasan dalam Forum ke-5 Konsultasi Pertahanan Indonesia-China di Beijing, Kamis. Dalam forum itu, delegasi Indonesia dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sedangkan delegasi China dipimpin Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata China Letnan Jenderal Qi Jian Guo.
        
Dalam dokumen resmi yang diterima ANTARA di Beijing, dalam pertemuan tertutup itu dibahas berbagai kerja sama pertahanan yang telah dijalin dan akan dilakukan di masa depan oleh kedua negara.
        
Sejak Forum Konsultasi Pertahanan Indonesia-China dibentuk pada 2007 berbagai kerja sama telah dilakukan kedua negara seperti pendidikan perwira, latihan bersama pasukan khusus kedua negara, pelatihan pilot pesawat tempur Sukhoi TNI-Angkatan Udara, kerja sama industri pertahanan dan pembelian sejumlah alat utama sistem senjata.
        
Untuk bidang pendidikan dan pertukaran perwira, sejak 1967 sudah 107 personel militer Indonesia yang belajar di China. Saat ini tercatat 12 orang perwira militer Indonesia yang belajar di China, demikian dikutip dari dokumen itu.
        
Sedangkan China hingga kini telah mengirimkan delapan orang perwira militernya.
        
Untuk latihan bersama, Indonesia dan China telah dua kali menggelar latihan bersama antara Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dengan Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata China (People's Liberation Army/PLA) dengan sandi "Sharp Knife".
        
Kerja sama antarpasukan khusus dalam penanggulangan terorisme, akan terus ditingkatkan dan diperluas. Kedepan mungkin dapat dilakukan latihan bersama untuk menghadapi ancaman non tradisional seperti penanggulangan bencana alam, demikian sperti dikutip dalam dokumen itu.
        
Sedangkan dalam bidang industri pertahanan kedua negara telah sepakat untuk memproduksi bersama rudal C-705. Hingga kini Indonesia dan China masih membahas proses pelaksanaan alih teknologi dalam pembuatan rudal C-705.
        
Selain C-705 Indonesia dan China akan membahas lebih lanjut alih teknologi pesawat tanpa awak, serta sistem pertahanan elektronik
   
Forum ke-5 Konsultasi pertahanan Indonesia-China, yang berlangsung hingga Kamis petang juga dibahas berbagai perkembangan situasi keamanan regional khususnya di Asia Pasifik, termasuk isu di Laut China Timur dan Laut China Selatan. (ant)

(Antara)

View the Original article

Ujubg Timur Kalimantan Dipasang Radar IMSS

on Wednesday, January 9, 2013

09 Januari 2012


Radar IMSS di Tanjung Mangkalihat (photo : TribunNews)

Radar Mutakhir Memonitor di Ujung Timur Kalimantan

TRIBUNNEWS.COM  BALIKPAPAN  -ALUR Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) merupakan kawasan strategis dan padat lalu lintas kapal. Mulai kapal yang keluar masuk melalui Selat Malaka (ALKI I), Selat Makassar (ALKI II), hingga perairan Papua (diproyeksikan sebagai ALKI III).

Untuk kepentingan strategis tersebut, Kementerian Pertahanan RI bersama TNI AL menempatkan piranti khusus di berbagai titik pantau strategis. Salah satunya di Tanjung Mangkalihat, bagian paling timur dari Pulau Kalimantan.

Piranti tersebut dinamakan Integrated Maritime Surveillance System (IMSS).

IMSS merupakan suatu sistem pengawasan maritim yang terintegrasi antara Coastal Surveillance Station (CSS) atau stasiun pengawas di darat dengan sentra pengawasan lainnya.

"CSS terintergrasi dengan Kapal Perang Indonesia (KRI), Regional Command Center (RCC) atau pusat pengendalian regional, dan Fleet Command Center (FCC) atau pusat pengendalian armada," kata Komandan Lanal Sangatta, Letkol Laut (E) Yudhi Bramantyo, didampingi Komandan Pos TNI AL Tanjung Mangkalihat, Letda Laut (P) Machfudz Azhari.

Fungsi IMSS adalah untuk kewaspadaan di bidang maritim (maritime domain awareness), yaitu mengamankan wilayah perairan Indonesia, khususnya yang berada di daerah yang padat untuk melintas kapal-kapal yang keluar masuk Selat Malaka (ALKI I) dan Selat Makassar (ALKI II), dan perairan wilayah Indonesia (melalui KRI).

Untuk kawasan Tanjung Mangkalihat, IMSS mulai difungsikan tahun 2010. Berbagai peralatan yang berada di IMSS antara lain Radio Detection and Ranging (RADAR) yang berfungsi sebagai deteksi kontak yang berada di atas permukaan laut (kapal-kapal).

"Ada pula Automatic Identification Station (AIS) yang berfungsi sebagai pemberi informasi tentang nama kapal dan nama panggilan kapal, nomor IMO, dimensi dan tipe kapal, draft kapal, waktu keberangkatan dan kedatangan kapal, tujuan kapal, posisi Lintang Bujur, halu kapal, dan kecepatan kapal," kata Danlanal.

Data-data tentang kapal selalu diperbarui dalam periode tertentu pada skala internasional. Sehingga kapal-kapal yang tidak terdaftar bisa didefinisikan sebagai kapal tak dikenal. Kapal rakyat pun tetap terdeteksi dalam radar ini.

IMSS dilengkapi dengan VHF Radio yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar stasiun pengawas di darat. Plus HF Radio yang berfungsi sebagai backup data komunikasi ke RCC apabila VSAT tidak bisa digunakan dan juga sebagai alat komunikasi dengan RCC ataupun dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS.

Ada pula Day Camera (kamera siang hari) dan FLIR camera (kamera malam hari) yang berfungsi untuk mengambil gambar (memotret) kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS. "Kamera tersebut bisa digerakkan langsung dari RCC maupun FCC tanpa memberi tahu CSS," kata Machfudz.

Sarana pendukung lain di IMSS adalah Nobletec yang berfungsi sebagai monitor posisi kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS dan sebagai alat komunikasi dengan RCC dan FCC melalui text message application. "Adapun sumber tenaga sistem CSS berasal dari dua buah diesel generator 15 Kwh," katanya.
IMSS merupakan salah satu piranti teknologi militer yang mutakhir. Banyak negara di dunia yang menggunakannya sebagai salah satu perangkat sistem pertahanan dan keamanan negara.

Saat ini Indonesia memiliki 20 buah Coastal Surveillance System (CSS). 10 buah berada di Selat Malaka dan 10 buah berada di Selat Makassar. Juga 11 KRI yang dilengkapi IMSS. Tiga KRI di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat, dan delapan KRI di bawah Komando Armada RI Kawasan Timur.

Indonesia juga memiliki dua Regional Command Center, yaitu RCC Batam dan RCC Manado, dua Fleet Command Center, yaitu FCC Jakarta dan FCC Surabaya, serta satu Headquarters (HQ), yaitu HQ Cilangkap.

Mengamankan perairan di ujung timur Pulau Kalimantan juga menyisakan berbagai cerita. Machfudz mengatakan, mereka tetap berjuang untuk mengemban tugas negara secara maksimal dalam segala keterbatasan.

"Yang paling terasa adalah akses menuju lokasi yang sangat sulit. Setelah menggunakan speed boat dari Sangkulirang menuju Manubar, perjalanan harus dilanjutkan dengan kapal rakyat menuju Tanjung Mangkalihat selama beberapa jam," katanya.

Saat ini Mako Lanal Sangatta menugaskan empat personel di Pos TNI AL Tanjung Mangkalihat. Mereka harus apel di Mako Lanal dalam dua bulan sekali. Dalam kondisi ini, Machfudz mengatakan mereka berupaya mengemban tugas dengan sebaik baiknya.

Yang menarik, karena belum ada BTS tower, mereka hanya bisa berkomunikasi dengan pesan singkat. "Untuk mencari sinyal, kami harus naik motor tujuh kilometer. Itu pun sinyalnya terputus-putus. Jadi komunikasi dengan Mako Lanal lebih banyak lewat SMS. Kami mengecek dua hari sekali," katanya.

Karena merasakan sendiri kendala yang dialami, Machfudz menyampaikan beberapa kebutuhan mendasar kawasan yang dihuni sekitar 300 KK tersebut. "Yang utama adalah jalan darat. Selama ini kami harus lewat laut atau memutar ke arah Berau melalui Teluk Sulaiman. Jalan tembus ke Manubar sangat diperlukan," katanya.

Selain itu, pasokan listrik masih mengandalkan genset. Kalaupun ada genset, masih mengandalkan pasokan solar dari Sulawesi. "Masyarakat banyak tergantung pada pasokan dari Sulawesi. Baik pangan maupun BBM," katanya.

Salah satu solusi untuk mengatasi problem listrik adalah dengan penggunaan solar cell atau pembangkit listrik tenaga surya. Hal ini perlu diupayakan secara serius. "Di kawasan tersebut juga belum ada dermaga. Perjalanan harus disambung dengan kapal kecil sampai ke tepian," katanya.

Selaku personel TNI yang juga berposisi sebagai masyarakat, Machfudz pun berharap agar geliat pembangunan bisa ditularkan secara proporsional di kawasan tersebut. Sehingga mampu menjadi "pelepas dahaga" bagi para warga yang terpisah jarak ratusan kilometer dengan ibukota kabupaten.

(JPNN)

View the Original article

Tank Scorpion Dipindahkan ke Kalimantan

on Tuesday, January 8, 2013

07 Januari 2013

Tank Scorpion TNI AD (photo : Angkasa)

Pangdam: Tank Scorpion Jaga Perbatasan RI-Malaysia

Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman mengatakan tank-tank Scorpion akan menjaga kawasan perbatasan RI-Malaysia sepanjang 1.600 km di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat.Perbatasan sepanjang 1.600 km itu akan dikawal tank-tank Scorpion.

"Tank Leopard masih ditempatkan di Pulau Jawa," kata Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman di Balikpapan, Senin. 

Tank Leopard 2A6 adalah pembelian baru alat utama sistem senjata baru TNI, merupakan tank tempur utama (main battle tank atau MBT) dengan bobot hingga 62 ton. 

Sebanyak 100 Leopard 2A2 dibeli langsung dari pabriknya di Jerman dengan harga total 280 juta dolar AS.

Awalnya, pemerintah berencana menempatkan Leopard di Bulungan, Kalimantan Utara, dan di Kalimantan Barat, masing-masing satu batalion kavaleri dengan 44 tank.

"Sebagai gantinya, kita tempatkan 2 kompi Scorpion," lanjut Panglima. Scorpion tersebut diperkuat dengan satu kompi tank AMX 13. 

Menurut Panglima Dicky Wainal Usman, tank Scorpion cocok untuk menjaga perbatasan karena bisa bermanuver dengan cepat. Dibandingkan dengan Leopard, Scorpion dan AMX adalah tank ringan dengan bobot hanya 25 ton. 

"Kami tempatkan juga di Kutai Barat selain di Bulungan, Kalimantan Utara," katanya.

Tank-tank Scorpion tersebut akan tiba pada pertengahan tahun nanti. TNI AD yang punya 50 unit sedang mempersiapkan pengirimannya dari Jawa. 

Tank Scorpion adalah tank ringan buatan Inggris. Badannya bukan dari baja, tetapi dari aluminium aloy, bahan yang banyak digunakan untuk peralatan keselamatan dan petualangan seperti karabiner. 

Dengan ketebalan bodi 12,7 mm, Scorpion sanggup menghadang peluru 7,62 mm yang ditembakkan dari jarak 12 meter, atau peluru kaliber 105 yang dilepaskan dari jarak 30 meter. Bodi juga tahan pecahan bahan peledak berdaya ledak tinggi (high explosive) untuk melindungi personel yang diangkutnya. 

Awaknya cukup 3 serdadu. Pada tank TNI-AD, persenjataan utama adalah sebuah meriam Cockerill 90 mm buatan Belgia yang lebih ampuh dari meriam aslinya, L23A1 76 mm. Scorpion juga menyandang senapan mesin Coaxial 7,62 mm, dan juga bisa ditambah misil antitank. 

Dengan kecepatan maksimal 80 km per jam, Scorpion di Bulungan bisa mencapai Simenggaris di garis batas dengan Sabah, Malaysia, kurang dari 4 jam bila ngebut tanpa henti. 

TNI juga menempatkan peluncur rudal MLRS Astros II (multi launching rocket system) di Berau untuk mengamankan Kutai Barat di barat dan Nunukan di timur. 

"Itu juga sudah meng-cover perbatasan," kata Panglima.

Dengan demikian, Panglima menjelaskan alutsista TNI diperbatasan mampu mengimbangi kekuatan tempur negara tetangga, ditambah lagi dengan penambahan sejumlah panser Anoa di Samarinda yang akan memudahkan mobiliasasi personel pasukan. 

Selanjutnya, untuk mengantisipasi pelanggaran batas wilayah di jalur darat, termasuk penyeludupan barang terlarang seperti narkoba, Kodam VI Mulawarman menambah 12 pos baru pengamanan perbatasan. 

"Jadi kita ada 29 pemantauan perbatasan. Tahun 2012 tambah dua, pada 2013 tambah 6 sampai 12 lah. Posisi pemantauan ini kita buat rapat utamanya di area blank spot, dari Long Apung ke barat sampai Datah Dawai," demikian Panglima. (*)



View the Original article