Proyek Pesawat Tempur KFX Ditunda 1,5 Tahun

on Thursday, February 28, 2013

28 Februari 2013


Proyek pesawat tempur KFX versi C-103 tanpa canard (kiri) dan dengan canard (kanan) ditunda hingga Juni 2014 (photo : chosun)

RI-Korea Tunda Kerjasama Industri Pesawat Tempur Canggih di Atas F-16

Jakarta - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menunda kerjasama industri pesawat tempur bersama Indonesia yang diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). Alasannya pemerintah Korsel masih dalam tahap transisi kekuasaan terkait pergantian presiden baru Korsel.

"Ditunda setahun setengah karena ada perubahan pemimpin Korea yang baru dilantik kemarin kan presidennya, jadi dia Ingin meyakinkan pemerintah supaya lebih ada data, dasarnya menghadapi parlemen," kata Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Pos Hutabarat di acara Seminar Pembangunan Industri Pertahanan Yang Terintegrasi Melalui Penguasaan Teknologi, Guna Kemandirian Bangsa di Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/2/2013).

Pos menuturkan penundaan kerjasama ini terhitung mulai Januari 2013 hingga satu tahun setengah. Sehingga pada Juni 2014 kerjasama ini bisa realisasi kembali. "Tapi realisasinya dalam hal engineering ya," katanya.

Ia menjelaskan dalam proyek ini pemerintah Indonesia berkontribusi hanya 20% selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buata AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.

"Tapi kita yang ini mungkin bisa dapat US$ 50-60 juta, karena kita ikut membangun, dari APBN kita," katanya.

Sebelumnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan terlibat dalam pengembangan dan produksi pesawat jet tempur buatan Indonesia. Pesawat itu dikembangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Indonesia, pesawat tempur KFX/IFX.

Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso menuturkan, untuk mengembangan pesawat yang lebih canggih dari F-16 dan di bawah F-35 ini, PT DI telah mengirimkan sebanyak 30 orang tenaga insinyur ke Korsel untuk terlibat dalam pengembangan proyek pesawat temput versi Indonesia dan Korsel.

"Baru pulang Desember (2012) 30 orang. Kami mengirim atas nama Kemenhan. Jadi 1,5 tahun tim kita ada di Korea. Kita 1,5 tahun sama-sama mendesain. Kita ada yang belajar dari Korea, dan Korea ada yang belajar dari kita (PT DI)," tutur Budi.

(Detik)

View the Original article

Super Tucano Berlatih Pemboman Udara-Darat Pertama Kali

on Wednesday, February 27, 2013

26 Februari 2013

Pesawat Super Tucano membawa bom udara-darat Mk-82 Innert Practice (photo : Merdeka)

Jakarta (ANTARA News) - Untuk pertama kalinya sejak mendarat di Tanah Air pada 17 September 2012 lalu, pesawat turboprop multifungsi EMB-314 Super Tucano berlatih pemboman, di Lahan Persenjataan Udara Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, Selasa. 

Bom yang digunakan jenis bom udara-darat Mk-82 Innert-Practice yang umum dipakai berlatih bagi pilot jet tempur TNI AU. Super Tucano buatan pabrikan Embraer, Brasil, dirancang memiliki kompatibilitas tinggi disandingkan dengan berbagai jenis persenjataan, buatan Barat atau Timur, pun beberapa negara Amerika Latin dan Afrika Selatan. 

Uji coba itu termasuk latihan penyerbuan/pemboman udara ke darat Skuadron Udara 21,  bertujuan melatih kemampuan seorang pilot pesawat tempur menghancurkan sasaran. Skuadron udara ini kini terdiri dari Super Tucano setelah pernah diisi OV-10F Bronco dan beberapa jenis/tipe lain pesawat tempur.
Latihan misi tempur ini dilaksanakan selama tujuh hari sejak kemarin, direncanakan secara berkala dengan melibatkan seluruh penerbang Super Tucano. 

Mampu mengunci dan menghancurkan sasaran bergerak dan statik menjadi syarat utama profesionalitas penerbang tempur TNI AU selain memahiran menguasai pesawat tempurnya.



View the Original article

PT LEN dan PT INTI Akan Dimerger

on

27 Februari 2013

Combat Management Systems karya PT Len (photo : Len)

Perbesar Pasar, 2 BUMN Teknologi Ini Akan Merger


Jakarta - Dua perusahaan pelat merah bidang teknologi, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) dan PT Len Industri (LEN) masuk rencana merger Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di 2013. Langkah itu diambil untuk memperluas dan memperkuat pangsa pasar dua BUMN itu, di bidang pengembangan dan penjualan produk teknologi. 

"Inti dan LEN akan dikonsilidasi (merger), kayak Sucofindo dan Surveyor Indonesia. Polanya seperti itu," tutur Menteri BUMN Dahlan Iskan usai rapim BUMN di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Dahlan beralasan, dua BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat ini akan menjadi perusahaan yang kuat dan besar pasca merger. Hal ini akan memberi keuntungan lebih karena tidak perlu lagi bersaing keras atau bahkan akan bertambah kuat ketika mengikuti tender telekomunikasi.

"Segi aset Inti besar. Tapi masing-masing punya kehandalan sendiri," tambahnya.

INTI merupakan perusahaan pelat merah bidang teknologi komunaksi yang memberikan jasa produk sebagai pemasok utama pembangunan jaringan telepon nasional. Produk yang dihasilkan antara lain: produk-produk seperti IP PBX, NMS (Network Management System), SLIMS (Subscriber Line Maintenance System), NGN Server, VMS (Video Messaging System), GPA (Perangkat Pemantau dan Pengontrol berbasis SNMP), Interface Monitoring System untuk jaringan CDMA, dan Sistem Deteksi dan Peringatan Bencana Alam (Disaster Forecasting and Warning System).

Sementara LEN merupakan perusahaan pelat merah bidang teknologi yang bergerak di biang penghasil produk energi terbarukan (solar cell), alat navigasi dan transportasi (peralatan broadcasting, tracking system, peralatan navigasi), kontrol pertahanan (aplikasi peralatan komunikasi anti penyadapan), serta bidang transportasi (persinyalan kereta).



View the Original article

Dua Sukhoi Tiba di Maros Diangkut Pesawat Antonov

on Monday, February 25, 2013

23 Februari 2013

Pesawat tempur Sukhoi jenis Su-30MK2 dengan nomor bodi TS-3006 (photo : MetroNews) 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM--Dua pesawat tempur Sukhoi tipe SU-30 MK 2 tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin TNI Angkatan Udara, Jumat (22/2/13) malam. 

Dua dari enam pesawat pesanan pemerintah Republik Indonesia buatan Rusia ini, mendarat mulus yang diangkut dengan pesawat Antonov AN-124-100  Flight Number VDA 613 yang dibawa pilot Gorbunov Vladimir beserta 17 kru pesawat.

Pesawat angkut AN-124-100 tersebut berangkat dari Bandara Dzemgi, Rusia, Rabu (20/2/13) pukul 00.30 UTC. Dengan rute penerbangan bandara Dzemgi Rusia lalu ke Bandara Ninoy Aq Manila hingga tiba ke Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Mandai, Kabupaten Maros. 


Pesawat tempur Sukhoi jenis Su-30MK2 dengan nomor bodi TS-3007 (photo : TheJakartaPost)

Kepala Penerangan Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin, Mayor Mulyadi, mengatakan, kedatangan dua pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK 2 ini menambah kekuatan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai home base pesawat tempur SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 buatan KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft  Production Association) Rusia. 

Sebelumnya, sudah ada 10 unit pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 yang datang secara bertahap pada tahun 2003 lalu di Lanud Iswahyudi, Madiun. Selanjutnya di Lanud Sultan Hasanuddin pada 2009 dan 2010. 

Jika enam pesawat pesanan tahun 2013 ini datang semuanya, maka TNI AU memiliki total 16 Sukhoi.

(Tribun Timur)

View the Original article

PT DI Dapat Kontrak Buat 14 Pesawat : 6 Indonesia, 8 Negara Asia Tenggara

on Friday, February 22, 2013

21 Februari 2013


Per Februari 2013 PT DI telah memenuhi 74% target kontrak tahun 2013 (photo : Viva)

BANDUNG, (PRLM).- PT Dirgantara Indonesia mendapatkan kontrak pengerjaan 14 unit pesawat per Februari 2013. Diproyeksikan nilai kontrak tersebut bisa memenuhi sekitar 74% dari target kontrak yang ditetapkan pada tahun ini.

Kepala Komunikasi PT DI, Soni Saleh Ibrahim, merinci keempat belas unit pesawat itu, masing-masing untuk pasar Asia Tenggara sebanyak 8 unit pesawat, dan 6 unit pesawat untuk pasar dalam negeri.

Adapun untuk pasar Asia Tenggara adalah CN 235 sebanyak 4 unit, pesawat CN 212 sebanyak 2 unit, dan pesawat CN 295 sebanyak 2 unit.

Sementara untuk pasar dalam negeri adalah pesawat jenis CN 235 sebanyak 3 unit, dan Helikopter Bell sebanyak 3 unit. "Secara total, kontraknya bernilai Rp 2,3 triliun," katanya saat jumpa pers di kantor PT DI, Jl Pajajaran, Rabu (20/2).

Dia menambahkan, target kontrak yang ditetapkan pihaknya untuk tahun ini sebesar Rp 3,1 triliun. Dengan demikian, progres nilai kontrak yang telah didapatkan oleh PT DI per Februari 2013 mencapai sekitar 74% dari target yang ditetapkan.

Selain itu, dia juga mengatakan, pihaknya sedang dalam proses menunggu hasil audit dari otoritas perhubungan udara Eropa atau European Aviation Safety Agency (EASA).

Audit tersebut merupakan salah satu rangkaian proses yang dilakukan agar pihaknya mendapatkan persetujuan untuk bisa melakukan perawatan Air Bus Military.

Dia mengatakan, rangkaian proses tersebut cukup lama. Menurutnya, sejak akhir tahun kemarin pihaknya telah menjalani proses tersebut.

"Setelah proses audit ini pun, masih ada lagi beberapa rangkaian proses, seperti sertifikasi orang-orang yang akan melakukan perawatan, kemudian proses kualifikasi tools yang akan kami pakai untuk perawatan itu," ujarnya.

PT DI menargetkan pendapatan sekitar Rp 200-Rp 250 miliar dari bisnis perawatan pesawat. Mengomentari jenis pesawat yang nantinya akan dirawat oleh PT DI, dia mengatakan, mayoritas pesawat tersebut adalah jenis pesawat Boeing dan Air Bus.

Soni berkeyakinan pihaknya bisa melewati proses kualifikasi untuk mendapatkan sertifikat perawatan pesawatan. Hal itu didasari oleh besarnya modal untuk mengikuti rangkaian proses, dan keinginan untuk memperbesar porsi bisnis perawatan pesawat dari perusahaan asal Indonesia.

Terkait dengan besarnya porsi, dia mencontohkan bisnis perawatan pesawat pada tahun 2010 lalu. Menurutnya, bisnis perawatan pesawat pada masa itu senilai Rp 600 juta dolar AS.

Dari nilai tersebut, yang terserap oleh perusahaan asal Indonesia, termasuk PT DI, hanya sebesar 20%. Sementara sisanya sebagian besar diserap oleh negara-negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Soni juga mengatakan, pihaknya saat ini sedang dalam masa menunggu kontrak pengerjaan pesawat komersil sekelas N 250 berkapasitas 70-80 penumpang. Inisiator pengerjaan pesawat tersebut adalah PT Ragio Aviasi Industri (RAI), dimana BJ Habibie menjabat sebagai ketua dewan komisarisnya.

Pesawat N-250

"PT RAI sudah mendekalarasikan diri pada 2012 awal, terkait pembuatan pesawat sekelas N 250 tersebut, dan hingga sekarang diskusi dengan PT DI sudah berlangsung. Namun, belum sampai ke masalah kontrak. Rencananya, nanti memang PT DI yang mengerjakan, sementara pemasaran oleh PT RAI," ujarnya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan persiapan terkait masalah perencanaan. "Persiapannya memang harus dari sekarang, meski matrial belum masuk. Dan dalam waktu 3 tahun harus jadi. Kalau lebih dari itu, bisa kemahalan dari orang-orangnya, karena mereka juga kan digaji," katanya. (A-204/A-89)***

(Pikiran Rakyat)

View the Original article

Sistem Pertahanan Udara Komposit TD-2000B Jalani Uji Coba

on Friday, February 15, 2013

13 Februari 2013


Suasana pengujian sistem pertahanan udara TD-2000B (all photos : PussenArhanud, Kaskus Militer)

Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam

Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dilaksanakan pada hari Selasa 29 Januari 2013 dan Senin 4 Februari 2013 di Balai Produksi dan Pengujian Roket (BPPR) LAPAN dan Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.



Hasil tembakan amunisi 57 mm proximity pertama (gambar kiri) dan kedua (gambar kanan)

Pelaksanaan uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dibagi menjadi dua bagian yaitu uji penembakan meriam 57 mm AA (Anti Aircraft) tanggal 29 Januari 2013 dan uji penembakan misil tanggal 4 Februari 2013.


Misil pertama miss (gambar kiri), sesaat sebelum terjadi impact pada misil kedua (gambar kanan)

Pada penembakan meriam 57 mm AA dilaksanakan penembakan amunisi 57 mm HE (High Explosive) dengan sasaran balon udara dan penembakan amunisi 57 mm proximity dengan sasaran benda hexagonal yang diikat ke balon udara, sedangkan untuk penembakan misil menggunakan sasaran target drone S-70 buatan China.


Ukuran keberhasilan pada uji penembakan meriam 57 mm AA menggunakan amunisi HE adalah ketepatan tembakan dengan menghitung banyaknya proyektil yang masuk ke dalam lingkaran 15 mil pada layar monitor FCDV-1, apabila lebih dari 30 % proyektil masuk pada lingkaran ini maka pengujian dinyatakan memenuhi syarat.



Untuk pengujian amunisi 57 mm proximity sistem proximity fuse pada proyektil harus dapat bekerja dan meledak di dekat sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil harus mengenai target drone secara langsung (direct hit).
  

Hasil uji penembakan amunisi 57 mm HE, seluruh proyektil yang berjumlah 27 butir masuk dalam lingkaran 15 mil yang terlihat di monitor FCDV-1. Untuk penembakan amunisi proximity, pada penembakan pertama proyektil meledak pada jarak 20 s.d. 30 m sebelum sasaran, pada penembakan kedua proyektil meledak pada jarak 2 s.d. 5 m dari sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil mendapatkan hasil direct hit pada penembakan yang kedua.


 Dalam uji tembak ini didapatkan dua hal baru, yang pertama kinerja teknologi proximity pada amunisi 57 mm yang dapat meningkatkan kill probability meriam 57 mm dan yang kedua adalah kesulitan pembidikan misil dengan menggunakan elektro optik apabila sasaran terbang di bawah langit yang tertutup awan karena pantulan panas matahari pada tepi awan dapat mengalihkan penguncian elektro optik. 


Dengan selesainya Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam maka kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah penggantian gearbox seluruh kendaraan materiil kontrak dengan yang menggunakan sistem syncromesh, pengujian kendaraan, pengiriman Alut Sista ke asrama Denarhanud Rudal 001 Dam IM, Lhokseumawe dan diakhiri dengan pelatihan operator dan teknisi di asrama Denarhanud Rudal 001.

(PussenArhanud)

View the Original article

Spanyol Minati Kerjasama Industri Kapal Militer

on

14 Februari 2013


Navantia menjajaki kerjasama pembuatan kapal perang dengan Indonesia (photo : Naval Technolog)

JAKARTA--- Ini kabar baik bagi industri dan BUMN pertahanan Indonesia. Pemerintah Spanyol menaruh minat untuk menjadi konsumen dan mitra produk-produk alutsista Indonesia. 

Ini disampaikan Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulate saat bertemu Menhan Purnomo Yusgiantoro di kantornya Rabu (13/2).  Pertemuan berlangsung tertutup dengan didahului upacara penyambutan militer. 

Dalam pertemuan itu, kedua menteri membahas sejumlah strategi pertahanan negara, seperti peningkatan pendidikan, perencanaan, inovasi, dukungan logistik, hingga akuisisi produk pertahanan. "Kita setuju untuk memperkuat kerja sama. MoU mencakup atensi kedua negara untuk memfasilitasi peningkatan kerja sama yang telah dibangun sejak 2007,"ujar Menhan Purnomo usai pertemuan. 

Purnomo menjelaskan, kerja sama bidang ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi berkaitan dengan penggunaan sistem dan perangkat militer yang terkait teknologi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Strategis."Teknisnya kita akan detailkan nanti antar BUMN dengan mitranya dari Spanyol," katanya. 

Hubungan baik antara Indonesia dan Spanyol terjalin khususnya di bidang industri pesawat terbang. Hal tersebut ditandai dengan produksi pesawat jenis Cassa sipil dan militer. "Kita sudah ada joint production antara PTDI dan Airbus Spanyol untuk jenis N -295," katanya.  

Nah, lanjutnya, dalam pembicaraan kemarin ada arah kerjasama yang lebih luas hingga merambah ke industri perkapalan."Kami ingin mengintensifkan bidang industri perkapalan Spanyol, Navantia untuk kerja sama dengam perusahaan kapal Indonesia," katanya.

Seperti diketahui, kapal perang Indonesia lebih banyak diproduksi dalam negeri. Misalnya dua kapal cepat rudal (KCR-60) yang sekarang sedang dikebut oleh PT PAL . Kapal dengan panjang 60 meter, lebar 8,10 meter dan berat total 457 ton itu diproyeksikan memperkuat armada perang. Kapal ini bahkan bisa dilengkapi alat antiserangan kapal selam. Kontrak penyelesaian kapal cepat rudal jatuh tempo Maret dan Desember 2013.

Kapal perang lain yang segera dimiliki AL yakni PC 40. Jenis PC 40 merupakan kapal perang patroli. Jika sudah selesai , kapal-kapal PT PAL itu akan bergabung dengan 156 kapal yang dimiliki TNI AL. Sehingga dengan tambahan yang baru, AL memiliki kapal 162 buah kapal perang. 

Masih ditambah kapal selam yang dipesan di Korea Selatan. "Nanti akan ada tim lanjutan yang menjajaki kemungkinan industri kapal perang ke Spanyol," kata menteri asal Semarang itu.(rdl)

(JPNN)

View the Original article

Pembelian Black Hawk Jadi Alternatif untuk Apache

on Wednesday, February 13, 2013

12 Februari 2013


Helicopter serba guna Blackhawk versi bersenjata (photo : Airforce Technology)

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembelian helikopter Black Hawk asal Amerika Serikat menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache buntu. Kalau anggaran alat utama sistem persenjataan tercukupi, rencana pembelian heli serbu ini ditargetkan rampung pada 2014 mendatang. 

"(Pembelian Black Hawk) itu masih rencana dari bawah (TNI AD)," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, kepada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013. Dia mengatakan, harga heli Apache itu memang sangat mahal. "Hingga kini masih dalam tahap negosiasi," kata dia. 

Pembelian delapan unit heli Apache Longbow AH 64D sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari kongres Amerika Serikat. Namun, pembelian Apache maupun Black Hawk diakui masih terkendala anggaran. "Kalau anggarannya cukup semoga bisa terwujud," ujar Bambang.

Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 385 miliar. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan minatnya untuk membeli 20 unit helikopter Black Hawk. "Kalau diizinkan dan ada dana, kami akan memesan sebanyak 20 unit dari Amerika Serikat," katanya, di Banda Aceh, kemarin.

(Tempo)

View the Original article

24 Heli Bell 412 dan 20 Black Hawk untuk TNI AD

on Tuesday, February 12, 2013

12 Februari 2013


TNI AD rencananya akan membeli 20 helikopter Blackhawk (photo : Martin Rosenkranz)

BANDA ACEH, KOMPAS.com - TNI Angkatan Darat akan membeli 24 unit helikopter jenis Bell 412 dan 20 unit jenis Black Hawk. Pengadaan helikopter tersebut merupakan bagian dari pengorganisasian alat utama sistem senjata (alusista) TNI AD.

Demikian disampaikan Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Markas Komando Daerah Militer Iskandar Muda, Banda Aceh, Senin (11/2/2013).

"Kalau pengadaan untuk yang akan datang ini programnya saya akan mengadakan 24 bell 412. Yang baru datang 10, (sekarang) sudah ada, kami akan gunakan," kata dia.

TNI AD, lanjut dia, masih akan terus berkomunikasi dengan negara pembuat heli. "Kalau diizinkan dan dana itu ada, kami akan membeli Black Hawk 20 unit dari Amerika," ujar dia.


-'Beberapa helikopter nantinya akan digunakan untuk satuan-satuan utama, termasuk sebagai cadangan pusat AD di Jakarta. Dari pusat nanti ada beberapa yang akan kami kirim ke depan, misalnya kekuatan helikopter, sehingga lebih mudah mengendalikan keamanan,-' kata adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini. 

(Kompas)

View the Original article

TNI AL Bangun Lantamal XII di Sorong, Papua

on Friday, February 8, 2013

08 Februari 2013


Lantamal XII berkedudukan di Sorong, Papua (image : GoogleMaps)


Jayapura (ANTARA News) - TNI-AL saat ini tengah mempersiapkan penambahan satu lagi pangkalan utama TNI-AL (lantamal) di tanah Papua.

Komandan Lantamal V Jayapura Brijen TNI Putu Wijamahaadi di Jayapura mengatakan, lantamal yang akan dibentuk adalah Lantamal XII yang berkedudukan di Sorong.

Dikatakan, nantinya Lantamal XII akan membawahi lanal yang berada di kawasan Papua Barat termasuk Fasharkan Manokwari.

Dengan terbentuknya Lantamal XII, kata Brigjen TNI Putu Wijamahaadi, maka di Tanah Papua terdapat tiga lantamal.

Ketiga lantamal itu masing masing Lantamal X Jayapura, Lantamal XI Merauke dan Lantamal XII Sorong.

Ketika ditanya kapan Lantamal XII diresmikan, Dan Lantamal X Jayapura mengakui belum mengetahui dengan pasti karena saat ini sarana dan prasarananya masih terus dilengkapi.

"Belum dipastikan kapan peresmiannya karena masih harus melengkapi berbagai fasilitas penunjang," aku Brigjen TNI Wijamahaadi.

Komandan Lantamal X Jayapura mengakui dengan adanya penambahan lantamal diharapkan kasus kasus pelanggaran yang terjadi di laut dapat berkurang.

Apalagi wilayah perairan Lantamal XII termasuk kawasan yang rawan kasus pencurian ikan, kata Brigjen TNI Putu Wijamahaadi.

(Antara)

View the Original article

Empat Pesawat Grob 120 TP Buatan Jerman Tiba di Indonesia Mei 2013

on

08 Februari 2013


Pesawat Grob 120 TP (photo : Grob Aircraft)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Empat pesawat latih Grob G-120-TP buatan Jerman akan tiba di Indonesia pada Mei 2013 untuk memenuhi kebutuhan sekolah penerbang TNI Angkatan Udara, kata Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Ida Bagus Anom.

"TNI Angkatan Udara (AU) membeli total 18 pesawat Grob G-120-TP dari Jerman, tetapi pesawat tersebut dikirim ke Indonesia secara bertahap hingga 2014. Pada tahap pertama akan tiba empat pesawat," katanya di Yogyakarta, Jumat (8/2).

Menurut dia usai memimpin serah terima jabatan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Adisutjipto dari Marsekal Pertama TNI Abdul Muis kepada Kolonel Pnb Agus Munandar, pesawat Grob itu akan menggantikan pesawat Bravo.

"Pesawat Grob itu untuk menggantikan pesawat Bravo yang usianya sudah 30 tahun. Selama ini sekolah penerbang TNI AU menggunakan pesawat Bravo untuk melatih calon penerbang," katanya.

Ia mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem.

"TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR RI nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.

Mantan Danlanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Abdul Muis selanjutnya akan menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

Danlanud Adisutjipto Kolonel Pnb Agus Munandar sebelumnya menjabat Perwira Bantuan Staf Personil Operasi Angkatan Udara (Paban SPOPAU).

(Republika)

View the Original article

F-5 TNI AU Akan Diupgrade dan Mendapat Tambahan dari Korea

on Thursday, February 7, 2013

07 Februari 2013


F-5 Tiger TNI AU (photo : Efendy)

TNI AU akan menerima penambahan kekuatan baru atas kedatangan pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia dan T-50 buatan Korea Selatan. "Dalam program renstra pertama lima tahunan, TNI AU mendatangkan alutsista, tahun ini TNI AU akan kedatangan pesawat T-50 dari Korea dan pesawat Sukhoi dari Rusia," kata KSAU.

Selain itu, lanjut KSAU, TNI AU juga akan menerima pesawat tempur jenis Super Tucano secara bertahap dan F-16 dari Amerika yang diharapkan pertengahan 2014 datang empat unit dan sudah ditingkatkan kemampuannya.

Menurut KSAU, kedatangan pesawat Sukhoi dan T-50 merupakan bagian dari program rencana strategis (Renstra) lima tahunan. "Dengan adanya penambahan pesawat tempur itu akan menambah kekuatan alat utama sistem senjata TNI AU," kata dia.

Terkait pesawat tempur F-5, KSAU mengatakan TNI AU tetap menggunakan, namun perlu ditingkatkan kemampuannya

"Sesuai program kerja strategis, pesawat F-5 masih efektif di up-grade lagi untuk digunakan, karena negara lain masih banyak yang menggunakan seperti Singapura."

"Selain itu TNI AU juga akan mendapat tambahan F-5 dari pemerintah Korea Selatan yang merupakan komplemen dari pembelian pesawat T-50," kata KSAU.

(Suara Karya)

View the Original article

Indra to Implement its Technology in Indonesia's Type-209 Submarines for More than €10M

on Tuesday, February 5, 2013

05 Februari 2013


The company will equip three Indonesian Navy's submarines with its Pegaso radar signal detection system and its Aries-S LPI. These solutions represent a significant tactical advantage as they enable submarines to identify threats while being virtually undetectable by today’s intercept receivers. (photo : Indra)

Indra has been awarded the contracts to equip three of the Indonesian Navy's Type 209 submarines with its radar signal detection system and a Low Probability of Intercept radar (LPI) system. The value of this project, awarded by the shipbuilder Daewoo, is in excess of €10M.

The electronic defence system will enable the submarines to detect and analyze any radar signals there might be in their surroundings and identify the type of vessel, submarine or aircraft they correspond to.

It is a RESM (Radar Electronic Support Measurement) system based on broadband digital reception technology. This type of processing guarantees high sensitivity for the system, even in a dense electromagnetic environment, and extremely quick analysis capabilities.

The submarines will accordingly have a considerable advantage in terms of threat identification. The Spanish Navy has chosen this same technology for its S-80 submarine, as have its German and Italian counterparts for their U212A submarines.

This solution will operate in conjunction with Indra's Aries-S Low Probability of Intercept radar (LPI). It is a high-resolution system capable of detecting small targets. The low-level signal this radar uses makes it practically undetectable, so that it can “see without being seen”.

With this project, Indra has managed to close a major deal to become a technological supplier for the Korean company Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), one of the world's largest shipbuilders. At the same time, it has strengthened its commercial position in Indonesia and in the Asia-Pacific region, where it has had a stable presence for more than 15 years, operating from offices in China, India, the Philippines, Indonesia, Malaysia and Australia.

(Indra)

View the Original article

Spanyol dan Polandia Memasuki Babak Akhir Tender Pengganti KRI Dewaruci

on

05 Februari 2013


Diantara 5 perusahaan, tinggal 2 perusahaan yang maju ke babak akhir tender pengganti KRI Dewaruci (photo : Media Maritim)

Pengganti KRI Dewaruci Siap Diproduksi

JAKARTA - Tim peneliti pengganti KRI Dewaruci tinggal memilih di antara dua pabrikan, yakni dari Spanyol atau Polandia. Walaupun belum diumumkan apa nama dua perusahaan pembuatnya, dipastikan pengganti kapal tiang tinggi itu berasal dari dua negara tersebut. 

"Tim peneliti saat ini sudah di sana dan sedang bekerja untuk menentukan perusahaan mana yang cocok. Rencananya tahun ini akan ditentukan," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, di Jakarta, Minggu (3/2). Marsetio memastikan tiga dari lima perusahaan yang tertarik membuat pengganti KRI Dewaruci tak memenuhi kriteria. 

Menurut Kasal, tim peneliti masih melihat kelayakan dari dua perusahaan tersebut. Tim juga sedang bekerja untuk menentukan mana yang terbaik agar pada 2014 nanti pengganti KRI Dewaruci sudah bisa beroperasi. "Yang jelas, semua mekanisme pengadaan ada di Kementerian Pertahanan. Kami hanya bagian dari tim. Tapi kami berharap penggantinya yang terbaik," kata Marsetio. 

Dia yakin pengganti KRI Dewaruci jauh lebih canggih. Pengganti KRI Dewaruci ini dipastikan buatan tahun 2013. "Bisa dibayangkan betapa canggihnya kapal itu. Bandingkan dengan umur KRI Dewaruci yang sudah memasuki 60 tahun," jelas dia.

Tetap Dioperasikan

Walaupun nanti sudah ada pengganti, KRI Dewaruci tetap akan dioperasikan. Tahun ini saja, KRI Dewaruci masih bisa mengikuti Australian Cruise Ship Reviews. "Ke depan tetap akan kita operasikan walaupun hanya berlayar di dalam negeri," kata dia. KRI Dewaruci disiapkan untuk mengarungi dunia sambil menggembleng para kadet Angkatan Laut. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati, mengatakan ada lima perusahaan yang mengajukan penawaran, yakni dua dari Spanyol, satu dari Polandia, dan dua dari Belanda. Sedangkan perusahaan Jerman tidak lagi disertakan karena sudah tidak membuat kapal layar tiang tinggi. 

Padahal, KRI Dewaruci adalah buatan Jerman. Adapun spesifikasi kapal pengganti nanti diharapkan mampu menampung 120 kadet dan 80 awak kapal. Kapal baru itu rencananya mampu menampung total 180 sampai dengan 200 orang. Adapun tipe kapal yang akan dipilih adalah tipe Barque. 

Mengenai harga, TNI AL, Mabes TNI, dan Kementerian Pertahanan masih membahasnya. Namun, beredar kabar pemerintah menyiapkan anggaran 80 juta dollar AS. "Kapal pengganti itu dijadwalkan selesai 2014," kata Untung. Seperti diketahui, TNI AL telah mengoperasikan kapal latih KRI Dewaruci sejak 1953. 

Kapal layar legendaris itu buatan HC Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman, pada 1952. KRI Dewaruci memiliki panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, dan bobot mati 847 ton. Kapal ini dilengkapi sistem navigasi canggih dan sudah terkomputerisasi. Kapal tipe Barquentin ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 10,5 knot. nsf/P-3

(Koran Jakarta)

View the Original article

Indonesian Mi-35P Repaired in Ukraine

on

05 Februari 2013


Mi-35P Combat helicopter with tail number HS-7130 from the 31 Squadron Army Air Corps Indonesia - one of the first two vehicles of this type, set in Indonesia in 2003 (photo : Scramble)

Although Indonesia acquires Mi-35P Russian combat helicopters brand new from "Rostvertol", for repair these Indonesian machines it appears to prefer the Ukraine.

Participant under the nickname “lindr” on website forums.airforce.ru, studying public documentation of customs bodies of Ukraine, discovered that two Mi-35P combat helicopters first Russian supplies in 2003 was repair in Ukraine.

According to “lindr”, two Mi-35P with serial numbers 070385 and 070386 arrived in Ukraine from Indonesia for repairs in Aug. 3, 2012, and already 26 December 2012 were sent back. It comes with the Indonesian helicopter tail number HS-7129 and HS-7130, supplied under a contract with Indonesia "Rosoboronexport" in 2002 for two cars and delivered to Indonesia September 15, 2003.

Helicopters are a part of the 31st Squadron of Indonesian Army Aviation, stationed at the airport, Ahmad Yani (Semarang). Repair of both the helicopter to apparently SE Konotop plant "AVIAKON".

(BMPD)

View the Original article

Kemhan Memproses Kontrak Pembelian PKR 105 Kedua dengan Damen Schelde

on Monday, February 4, 2013

01 Februari 2013


Kontrak pembelian PKR-105 kedua akan langsung dengan persenjataannya (photo : Defense Studies)

Kapal Untuk Perbatasan

JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah kapal parang baru yang fokus pada pengawasan laut perbatasan dan pemekaran organisasi menjadi pembahasan dalam rapat pimpinan TNI Angkatan Laut di Jakarta, Kamis-Jumat (31/1-1/2).

Kepala Staf TNI AL Laksamana (TNI) Marsetio dalam jumpa pers di Markas Besar TNI AL Cilangkap menjelaskan, sejumlah kapal baru akan melengkapi TNI AL hingga tabun 2014.

"Kapal selam akan beroperasi lima unit. Sebanyak tiga unit baru dibuat dengan kerja sama Korea Selatan. Pembuatan kapal ketiga dibangun sepenuhnya di PT PAL Surabaya" kata Marsetio.

Untuk kapal perusak kawal rudal (PKR) dari Damen Schelde Belanda, lanjutnya, memasuki kontrak pembelian unit kedua.

"Pada pembelian kedua akan dilengkapi peluncur torpedo, ruang kendali tempur, dan cupola senjata permukaan yang sebelumnya tidak diberikan dalam pembelian kontrak pertahanan. Pembangunan PKR juga melibatkan PT PAL Surabaya," ujar Marsetio.

Pada Desember 2012, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya (TNI) Eris Heryanto mengatakan, sebanyak 250 teknisi PT PAL dikirim ke Belanda untuk ikut dalam pembangunan kapal PKR.

Rencana pembelian tiga light frigate eks kapal kelas Nakhoda Ragam Angkatan Laut Brunei dinilai sudah tidak bermasalah. Menurut Marsetio, perlengkapan yang dinilai kurang akan dilengkapi olah BAe Inggris dan sekarang keputusan Ada di tangan Kementerian Pertahanan.

Vietnam, Filipina,  Malaysia, dan Aljazair batal membeli tiga light frigate itu karena ada kendala teknis, seperti sudah tutupnya perusahaan yang menjadi penyedia sarana kendali tempur.

Namun, Poengky Indarti dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Pembelian Senjata TNI mengkritisi rencana pembelian kapal PKR kedua dari Belanda.

"Beli kapal rudal kok tanpa rudal. Pembelian senilai 220 juta dollar AS itu tidak dilengkapi senjata utama, yakni peluru kendali. Kita masih harus membayar 75 juta dollar AS untuk melengkapi rudal bagi kapal tersebut," kata Poengky."

(Kompas)

View the Original article