BPPT – PT DI – PT LEN Serius Kembangkan Skuadron PUNA Wulung

on Tuesday, April 30, 2013

29 April 2013


PUNA/UAV Wulung akan diproduksi sebanyak satu skuadron, 16 atau 24 unit. Namun pada  tahap awal PT DI akan memproduksi tiga unit (photo : Viva)

BPPT menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan PT LEN Industri untuk memproduksi dan mengembangkan Teknologi Pesawat Udara Nir Awak (Puna) Wulung. Hal tersebut dituangkan dalam penandatanganan Kesepakatan Bersama yang dilakukan oleh Kepala BPPT, Direktur Teknologi dan Produksi PT LEN Industri, serta Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, di BPPT (29/4).

“Penandatanganan naskah MoU hari ini merupakan tindak lanjut dari demo terbang Puna Oktober 2012 lalu di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Setelah pengujian dinilai berhasil, kemudian sesuai dengan arahan Menteri Pertahanan dilakukan persiapan produksi. Jika produksi Puna ini berhasil dibentuk menjadi salah satu skuadron dari TNI AU, maka ini akan menjadi skuadron pertama Puna yang merupakan hasil karya anak bangsa,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar.

Bersatunya tiga stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan Puna, yaitu BPPT, PT DI dan PT Len Industri dinilai Marzan sebagai wujud nyata penerapan sistem inovasi untuk mendukung penerapan inovasi teknologi hingga tahap digunakan oleh end user.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana pun menekankan bahwa kerjasama tersebut merupakan penajaman peran dari masing-masing institusi. BPPT, yang merupakan lembaga pemerintah bertugas untuk mengkaji, menerapkan dan meneliti teknologi.
Sementara PT DI sebagai industri bertugas untuk mengembangkan teknologi yang telah dihasilkan BPPT untuk diindustrikan sehingga siap digunakan oleh masyarakat.

Sementara itu berbicara mengenai teknologi elektronik dan komunikasinya, Direktur Teknologi dan Produksi PT Len Industri, Darman Mappangara mengatakan pihaknya dalam pengembangan Puna Wulung kali ini karena ditujukan untuk misi surveilance, maka teknologi yang tepat digunakan adalah electro optical surveilance, on board system untuk flight control dan ground station. “Selain itu juga ada sebuah sistem komunikasi yang berfungsi untuk menerima secara real time hasil pantauan Puna yang sedang bertugas,” ungkapnya.

Ke depannya, Darma menegaskan kalau teknologi elektronik dan komunikasi yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dari Puna itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan Puna baik untuk misi penyusupan maupun pertahanan tentu akan semakin berkembang pula teknologi yang berbeda yang dibutuhkan baik dari sisi elektroniknya maupun dari sisi teknologi lainnya. “Kerjasama ini penting dalam rangka percepatan penguasaan teknologi pertahanan,” terangnya.

Selanjutnya disampaikan Kepala BPPT bahwa kerjasama dengan PT DI dan PT Len Industri ini juga akan diperluas dalam bidang lain diantaranya yaitu bidang teknologi kedirgantaraan, hankam dan energi. “Harapannya semoga kerjasama ini dapat segera direalisasikan dan menjadi contoh nyata bagaimana perlunya sinergi antara berbagai stakeholder agar inovasi teknologi yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna atau masyarakat,” tutupnya.

Puna Wulung

Puna Wulung menggunakan mesin 2 tak. Untuk memperoleh tenaga yang optimal, bahan bakar yang digunakan dipilih dari jenis pertamax. Bahan material pesawat ini terbuat dari bahan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon), sehingga menghasilkan struktur pesawat yang ringan.

PUNA mampu terbang selama 4 jam tanpa henti. Jarak tempuh yang maksimalnya 70 km, dengan kecepatan jelajah 52 hingga 69 knot. Puna Wulung bisa dikendalikan dari jarak 73 km dengan menggunakan kendali jarak jauh (remote control).

(BPPT)

View the Original article

Pemerintah Kirim Tim Khusus untuk Pembelian Apache

on Sunday, April 28, 2013

27 April 2013


Helikopter AH-64D menembakkan flare untuk mengecoh rudal lawan (photo : Neil Jones)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Rencana pembelian helikopter (heli) serbu Apache bakal terealisasi. Sebab, dalam waktu dekat tim khusus Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI AD sudah akan melihat beberapa varian heli ini.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, rencana penguatan sistem persenjataan TNI dengan pembelian heli Apache ini tetap ditindaklanjuti pemerintah.

Sekarang prosesnya ada di Kemenhan, tetapi dalam waktu dekat ada tim khusus yang akan berangkat ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Dari TNI AD tim khusus ini akan dipimpin Wakasad dan dari Kemenhan akan dipimpin Sekjen Kemenhan.

Tim khusus TNI AD dan Kemenhan ini, ia menjelaskan, akan melihat langsung beberapa pilihan sebagai pembanding untuk heli-heli yang akan datang. Menurut KSAD, ada banyak pilihan heli yang akan dilihat.


Bell AH-1Z Zulu berpeluang menggantikan Apache jika anggaran tidak mencukupi (photo : Diablo Azul)

"Misalnya ada tipe Zulu yang merupakan Super Cobra spesifikasi serang/ serbu yang bisa menjadi pembanding," ujar Pramono, usai memberi pengarahan kepada pasukan latihan gabungan (latgab) TNI dan Satgas TNI untuk misi perdamaian Darfur, Sudan (UNAMID), di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Sabtu (27/4). 

Selanjutnya, masih menurut KSAD, juga heli jenis Bell 412 yang akan dilengkapi dengan roket dan tentunya Blackhawk. "Yang jelas kalau Apache sudah akan dilihat bulan depan. Namun kalau Blackhawk masih kita koordinasikan," katanya menambahkan.

Sementara terkait dengan latihan gabungan (latgab) Matra TNI yang akan dilaksanakan pada Mei mendatang, Pramono mengakui, TNI AD akan mengerahkan Satuan Helikopter terbesar.

Latgab akan diawali dengan latihan parsiil (pralatgab), mulai 1 hingga 4 Mei mendatang di Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Satuan helikopter TNI AD, ini nantinya akan menjadi satuan untuk mendukung serangan udara satuan darat dalam gerak di lapangan.

Selain itu juga untuk mendukung mobilitas dan pemindahan pasukan secara cepat. Sedikitnya 10 helikopter jenis Bel 412, MI 17, MI 35 untuk bantuan serangan dari udara. Meski mengerahkan armada heli terbesar, latihan ini tidak terkait dengan adanya ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Tetapi latgab ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pasukan TNI. "Ini merupakan wujud kesiapan prajurit TNI dan kelanjutan dari latihan- latihan sebelumnya," kata Pramono menjelaskan.

(Republika)

View the Original article

Tiga Helikopter Buatan PT DI Diserahkan kepada TNI AL

on Saturday, April 27, 2013

26 April 2013


Helikopter Bell 412 EP untuk TNI AL (photo : MetroTVNews)

Metrotvnews.com, Sidoarjo -  Alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut kembali bertambah dengan diserahterimakannya tiga helikopter Bell 412 EP buatan PT Dirgantara Indonesia, Jumat (26/4). 

Penambahan tiga unit helikopter serba guna itu akan memperkuat aparat armada TNI AL dalam mengamankan wilayah perairan di Indonesia. Acara serah terima tiga helikopter dilakukan di Base Ops Pangkalan TNI Angkatan Laut Juanda di Kabupaten Sidoarjo, Jumat (26/4).

Tiga helikopter itu diserahkan oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso kepada Kadisadal Laksamana Pertama TNI Agus Setiadji dan selanjutnya diserahkan kepada Komandan Puspenerbal Laksamana TNI I Nyoman Nesa. Serah terima helikopter ini disaksikan Asisten Logistik Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto.

Helikopter buatan PT DI ini harganya Rp110 miliar per unit dan dibayar dengan uang APBN. Helikopter yang mampu mengangkut 15 orang termasuk pilot dan kopilot itu gerakannya lebih dinamis dan mampu dioperasikan dalam segala medan. 

Oleh karena itu, helikopter tersebut diharapkan dapat memperkuat alutsista TNI AL dalam mengamankan wilayah laut Indonesia. Selain cocok untuk patroli laut, helikopter itu juga bisa untuk mengevakuasi korban bencana alam atau kecelakaan.

Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto mengatakan, saat ini ada tujuh helikopter yang dimiliki Skadron 400 Puspenerbal Juanda. Jumlah helikopter sebanyak itu  masih jauh dari angka ideal. "Idealnya untuk satu skadron harus memiliki 12 sampai 15 unit helikopter," katanya.

(MetroTVNews)

View the Original article

Dua Kapal Patroli Cepat Jenis PC-43 Perkuat Jajaran TNI AL

on

27 April 2013


Dalam memenuhi program Minimum Essential Force bagi TNI AL, untuk Satuan Tempur Patroli ditargetkan untuk memiliki 66 Kapal Patroli Cepat, jumlah ini adalah 3 kali lipat dari jumlah eksiting kapal patroli yang dimiliki saat program MEF digulirkan waktu itu (all photos : silep04) 

TNI Angkatan Laut resmi menerima dua Kapal Patroli jenis PC-43, KRI Pari-849 dan KRI  Sembilang-850,  produksi dalam negeri dari PT Palindo  Marine,  yang resmi diluncurkan pada Rabu (24/4), di Batam Kepulauan Riau.

Kedua kapal patroli berjenis PC-43 ini, memiliki panjang 43 meter, lebar 7,4 meter dengan kecepatan maksimal 24 knot, serta memiliki ketahanan dalam kemampuan layar selama empat hari.

KRI Pari 849

Rencananya KRI Pari-849 akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Komando Armada RI Kawasan Timur, sedangkan untuk KRI Sembilang-850 akan memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat, di wilayah Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) II Padang, Sumatera Barat.

Dalam peluncuran kedua kapal tersebut, Kepala Dinas Pengadaan Angkatan Laut (Kadisadal) Laksamana Pertama TNI Agus Setiadji secara simbolis memotong tali kapal sebagai tanda kedua KRI resmi diluncurkan.


KRI Sembilang 850

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Asisten Perencanaan (Waasrena) Kasal Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Dinas Kelaikan Material Angkatan Laut (Kadislaikmatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Harry Pratomo, Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Bambang Nariyono, serta pejabat terkait lainnya.

(TNI AL)

View the Original article

Kopaska dan NDU Singapura Kembali Adakan Latihan Bersama Pandu 13/13

on

27 April 2013


Latihan bersama Pandu 13/13 dilaksanakan dari tanggal 15 sampai dengan 26 April 2013 di tiga lokasi yaitu Ancol, Teluk Jakarta dan Tanjung Pasir Tangerang dengan materi latihan di bidang intelijen antara lain, pengamatan, penyergapan dan teknik introgasi. Sedangkan bidang pasukan katak diantaranya, MCM Diving, CQC, Small Unit Tactics dan Full Mission Profile. (photo : Lensa Indonesia)

Tingkatkan kemampuan, Kopaska lakukan latgab dengan Singapura

LENSAINDONESIA.COM: Sunyinya matahari di perairan Tanjung Priok terusik. Salah satu helikopter TNI mengelilingi kapal laut Bintang Kejora 21. Tak lama berselang, dentuman bunyi senjata memekik kala sang surya baru muncul. Ada apakah gerangan?

Ternyata, tepat kemarin (24/04/2013), Tim khusus laut TNI AL, satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan pasukan intel TNI-AL (Denintel Koarmabar) sedang melakukan latihan bersama RSN (Republic of Singapore Navy) di perairan Tanjung Priok.


“Ini merupakan perpaduan latihan bersama intelejen dengan Kopaska dan NDU (Naval Diving Unit) Singapura,” ujar Komandan Pasukan Katak Koarmabar, Letkol. Laut (P) Tjatur Soniarto kepada LICOM usai latihan di Tanjung Pasir, Jakarta.

Letkol. Tjatur menambahkan, latihan ini diikuti oleh Kopaska dan Denintel-Koarmabar sebanyak 170 orang. Di sisi lain, Singapura mengirimkan 21 orang tentara mereka untuk berpartisipasi dalam latihan gabungan ini. Bahkan, NID (Naval Intelligence Department) Singapura ikut juga pada latgab tahun ini. Dalam latihan yang dilakukan selama 2 minggu ini, Kopaska menurunkan 1 Combat Boat, 3 Sea Rider, 2 perahu karet, dan 1 helikopter dari Puspenerbal sebagai bentuk keseriusan latihan gabungan kali ini.

Mantan Komandan Pangkalan Angkatan Laut Lhoksumawe ini menambahkan, program latihan Kopaska dengan NDU sudah terlaksana sejak awal program tahun 2000. Ia menuturkan, program tahun ini berfokus pada beragam kegiatan seperti penggunaan robot-tech, markmanship (menembak), small unit tactics (taktik satuan kecil), pemasangan jebakan (booby trap), hingga pelaksanaan lapangan.

Melihat hasil latihan, Letkol Tjatur mengaku puas dengan hasil latihan bersama kali ini. Pasalnya, hasil pelatihan telah mencapai target berupa peningkatan kemampuan anggota hingga integritas TNI AL. Oleh karena itu, ia berharap agar hasil pelatihan dapat diterapkan para anggota sesuai SOP layaknya hari ini apabila berada di lapangan.

Saat ditanya terkait latihan bersama berikutnya, pria yang mengenakan kaos loreng ketika diwawancarai ini belum bisa menjawab terkait isi materi. Ia hanya bisa menjawab materi itu akan dibicarakan sebelum dilaksanakan lagi.

(Lensa Indonesia)

View the Original article

PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI

on Thursday, April 25, 2013

24 April 2013


Pesawat CN-235 Patmar untuk TNI AL (photo : Fahriza Alif)

Bandung - PT Dirgantara Indonesia (DI) menyelesaikan produksi belasan pesawat dan helikopter pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI untuk kebutuhan alutsista tiga satuan TNI. Jumlah transportasi udara yang diracik PT DI terdiri dari 10 helikopter dan 7 pesawat.

Juru Bicara PT DI Sonny S Ibrahim mengatakan pesanan yang akan diserahkan pada 2013 ini masing-masing tiga unit pesawat CN 295 untuk TNI AU, tiga unit pesawat CN 235 PATMAR untuk TNI AL, satu unit pesawat jenis NC 212 untuk TNI AU, dan satu unit helikopter jenis Super Puma NAS 332 untuk TNI AU.

"Untuk 2013 sudah enam unit helikopter Bell 412 EP diserahkan kepada TNI AD. Satu lagi di tahun ini segera menyusul," jelas Sonny kepada wartawan di kantor PT DI, Bandung, Rabu (24/4/2013).


Helikopter Bell 412 EP untuk TNI AD (photo : Detik)

Sonny menambahkan, alat transportasi udara itu diproduksi sejak 2011-2012. Ia menegaskan, seluruh pesawat dan helikoter tersebut dilengkapi intial spare part.

"Semua pesawat yang diserahkan Kemhan untuk TNI, PT DI menjamin kelaikan terbangnya sesuai dengan persyaratan pengguna dan regulasi pemerintah untuk pesawat militer. Intinya, PT DI siap mendukung alutsista dalam negeri," tutur Sonny.

Pada 2014-2015, sambung Sonny, PT DI sudah siap menyelesaikan pesawat dan helikopter pesanan Kemhan.

Rencananya guna memenuhi kebutuhan TNI AU, 2014 diserahkan dua unit CN 295, dan dua unit pesawat sejenis diserahkan 2015. Di 2014 satu unit Super Puma NAS 332 diserahkan ke TNI AU. Sementara enam unit helikopter Cougar EC 725 dipesan TNI AU, PT DI akan menyerahkan dua unit pada 2014 dan empat unit pada 2015 mendatang.

(Detik)

View the Original article

Pindad Siap Luncurkan Tank Pertama Buatan RI

on Monday, April 22, 2013

22 April 2013


Tank medium rancangan Pindad : mengadopsi kemampuan Leopard (image : istimewa)

Bandung - PT Pindad (Persero) akan meluncurkan kendaraan tempur roda rantai atau tank. Tank yang rencananya akan dirilis merupakan tank tempur tipe ringan atau light dan medium versi Indonesia. 

Hal disampaikan Kepala Departemen Produksi II (Divisi Kendaraan Khusus), Hery Mochtady kepada detikFinance di Kantor Pusat Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/4/2013).

“Kalau light tank kita sudah punya prototype awal. Kalau medium kita masih tahapan konsep desain atau mematangkan desainnya seperti apa sih,” tutur Hery.

Untuk konsep tank versi light, Pindad mengadopsi tenologi dan desain tank jenis Scorpion buatan Inggris. Nantinya, tank ini, akan dikendalikan oleh tiga orang yakni bertindak sebagai commander, gunner dan driver.

“Kalau light tank itu skala Scorpion, kalau medium itu skala dengan Marder. Ke sana kita akan kembangkan. Kalau kelas heavy seperti Leopard sepertinya kita belum. Itu terlalu berat. Kita lebih cocok di medium tapi persenjentaan kita bisa pakai misil anti tank atau pakai 105 kaliber besar,” tambahnya.

Meskipun akan mengembangkan 2 tipe tank yakni tipe light dan medium. Kemampuan senjata, tetap bisa ditingkatkan atau mengadopsi kemampuan heavy tank seperti Leopard.

“Teknologi sudah berkembang, tank medium pun mampu membawa senjata dengan kaliber besar,” sebutnya.

Untuk komponen, Hery mengakui, pihaknya di Pindad tetap memprioritaskan komponen lokal. Namun, saat komponen tersebut tidak dijual atau dikembangkan di dalam negeri, pihaknya baru membeli dari luar negeri.

“Tapi secara realistis, kita masih terbatas untuk power pack, engine, transmisi, dan cooling. Kita belum ada yang supply. Kalau senjata kaliber besar, kita masih impor karena di dalam negeri belum ada. Tapi kita usahakan, setiap kegiatan development setiap. Kalau terpaksa dengan luar negeri, kita harus ada TOT (transfer of technology), apa yang bisa kita ambil dari sana. Minimal kita tahu, konsep desain dan kalkulisinya seperti apa,” tegasnya.

(Detik)

View the Original article

Indonesian Navy Selects NAUTIS Class A FMB Simulators for SIGMA Class Corvette Bridge Training

on Sunday, April 21, 2013

20 April 2013


Nautis VSTEP full mission bridge simulator (all photos : Nautis)

For training of its Sigma Class Corvette bridge personnel, the Indonesian Navy and Ministry of Defence selected VSTEP to supply two Class A NAUTIS Full Mission Bridge (FMB) Simulators for its Kobangdikal marine training facility in Surabaya.

The Indonesian Navy is currently modernizing its fleet to more effectively combat maritime crime and piracy. Beginning 2012, the Indonesian Navy added several Sigma Class Corvettes to its active fleet. To allow realistic training of the Sigma Class bridge personnel, the Navy ordered two NAUTIS Full Mission Bridge Simulators, each with a 270 degree field of view projected on a cylindrical screen. The simulator bridges match the actual SIGMA Class Corvette bridge, allowing efficient and true-to-life bridge operations and navigation training. The Indonesian Navy also ordered five custom built ports, and customised navigation screens. VSTEP cooperated with local development and implementation partners, to increase the local content.

The NAUTIS FMB simulators have been delivered by maritime simulator developer VSTEP in cooperation with its Indonesian partner Terravision. The Kobangdikal Marine Facility in Surabaya counts as one of the most important development, training and education facilities of the Indonesian Navy. In addition to the two Class A NAUTIS FMB Simulators, two NAUTIS Instructor Stations and  two NAUTIS Desktop Training Simulators have also been installed at the premises.




VSTEP Director, Cristijn Sarvaas: “We are deeply honoured to have been selected as the simulation partner at this prestigious technology centre. The cooperation with our local partners has worked out really well and we look forward to working with them on other projects in the future. We are looking forward to the delivery and commissioning of these impressive simulators, and the training of the local instructors.


About NAUTIS
NAUTIS is a new generation of advanced DNV certified maritime training simulators for the civilian & military maritime industry. The NAUTIS range of maritime training simulators is developed by VSTEP and offers an affordable alternative for training maritime officers and crews. With a full range of simulators, from desktop trainer to full mission bridge simulator, VSTEP delivers high quality cost-effective simulator solutions fulfilling the training requirements of nautical colleges, naval academies, maritime training centres and individual ship owners in compliance to the latest STCW requirements. www.nautissim.com

About TerraVision
Terravision is a system integrator company which focuses in system implementation and integration and technical support of various system technology to Indonesian market which utilizes satellite network and data, high performance database with user friendly application.
www.terravision-indonesia.com

About VSTEP
VSTEP is a leading International developer of simulators and virtual training software. VSTEP creates 3D virtual training applications and simulators that allow people to build their skills in a practical and cost effective way. VSTEP has several core product lines, focusing on virtual incident training for first responders (RescueSim), maritime training solutions for the civilian & military maritime industry (NAUTIS) and training simulators to prepare camera operators to identify suspect human behavior before a crime or terrorist attack takes place (EyeObserve). www.vstepsimulation.com

(Nautis)

View the Original article

Aron Eyes 20 Littoral Combat WIG Order from Indonesia

on Friday, April 19, 2013

17 April 2013

Aron M50 WIG aircraft (photo : dcn)

According to several South Korean media, Indonesian Navy and Coast Guard would be interested in ordered up to 20 Aron wing in ground effect craft, following an initial order of 2 units by the government. 


Aron M50 during demonstartions in Indonesia (photo : Maritimepress)

Aron would be offering the M50 variant of its craft in a littoral combat configuration to the Indonesian Navy and Coast Guard.


Aron M50 littoral combat configuration (image : Aron)

Equipped with Optronics systems and a small naval radar, an armed Aron M50 can fire small anti-ship missiles or guided rockets to attack larger ships.


Marina for WIG operation in Ulleung-Do Korea (image : dcn)

In its basic configuration, the WIG craft is capable of reaching a top speed of 200 Km/h and has a range of 800 Km.

See full article Navy RecognitionKomec

View the Original article

Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013

on

18 April 2013


Pesawat tanpa awak akan datang akhir 2013 atau awal 2014 (photo : timesofisrael)

SUNGAI RAYA, KOMPAS.com — Pangkalan Udara (Lanud) Supadio mendapat tambahan kekuatan satu skuadron pesawat tanpa awak, yang diharapkan tiba pada akhir tahun ini. Pesawat itu akan menjalankan tugas pemantauan wilayah, termasuk kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan Barat.

Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga menjelaskan, pesawat tanpa awak itu akan membantu skuadron pesawat tempur Hawk yang juga berpangkalan di Supadio.

"Rencananya, pesawat tanpa awak akan tiba di Supadio sebelum akhir tahun 2013 atau paling lambat tahun 2014," kata Novyan, Kamis (18/4/2013).

Pesawat tanpa awak akan bekerja lebih efisien sehingga Skuadron Hawk akan fokus pada patroli udara. Menurut Novyan, ini adalah rencana strategis Indonesia untuk meningkatkan kekuatan pertahanan udara. Terlebih lagi, Kalimantan Barat berbatasan di darat dengan Malaysia dan berbatasan di laut dengan beberapa negara.

(Kompas)

View the Original article

Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR-60) Kedua untuk TNI AL

on

19 April 2013


TNI AL memesan tiga KCR-60 kepada PT PAL (image : PAL)

PT PAL INDONESIA (PERSERO) kembali menggelar acara Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M hull No. M000274 yang merupakan kapal kedua dari 3 (tiga) kapal sejenis pesanan TNI-AL. Direncanakan Kasal beserta jajaran berkenan hadir untuk menyaksikan acara tersebut.

Pembangunan KCR 60 M ini berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Nomor : KTR/1056/02-48/XII/2011/Disadal No. Pembangunan M000273, W000274 dan W000275 antara PT PAL INDONESIA (PERSERO) dan TNI-AL yang diwakili oleh DINAS PENGADAAN MABESAL, di bangun atas dasar kelas BKI.

Dijadwalkan kapal ke-2 ini akan diserahkan pada medio Maret 2014, sedangkan kapal yang ke-1, direncanakan akan diserahkan pada akhir Desember 2013, sedangkan kapal ke-3 akan diserahkan pada medio Juni 2014.


Impresi artis KCR-60 (image : incoherrent)

Ukuran Utama

Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR-60M) :
- Panjang keseluruhan (LOA)  :  59.80 M
- Panjang garis air (LWL)  :  54.82 M
- Lebar (B)  :  8.10 M
- Tinggi pada tengah kapal (T)  :  4.85 M


- Sarat muatan penuh (Dd)  :  2.60 M
- Berat muatan penuh (Displacement)  :  460 Ton

Sistem Persenjataan
1.  1 X Meriam Utama 57 mm
2.  2 X  Senjata 20 mm
3.  2  X 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM)
4.  2 X Decoy Launcher

Olah Gerak
KCR 60M mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

Ketahanan Berlayar
1. Ketahanan dilaut  :  9 hari
2. Jarak jelajah  : 2.400 nm pada kecepatan 20 knot
3. Akomodasi   :  43 orang

Kelaikan Kapal
KCR 60m dirancang dengan mempertimbangkan kriteria kelaikan laut sbb :
1. Stabilitas kapal memenuhi kriteria standar IMO A (749)
2. Tugas patroli hingga sea state 3
3. Kemampuan pengoperasian senjata hingga sea state 4

Diharapkan dengan even ini, semakin memperkokoh komitmen PT PAL INDONESIA (PERSERO) serta wujud nyata untuk terus berperan aktif dalam pemenuhan alutsista negara, menuju kemandirian bangsa pada ALUTSISTA khususnya bidang kemaritiman.

(PAL)

View the Original article

Tank Leopard Tiba pada Oktober 2013

on

19 April 2013


Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 Revolution (photo : Tempo)

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan menyatakan tidak lama lagi senjata baru TNI Angkatan Darat, yakni tank tempur utama Leopard dan tank tempur menengah Marder, tiba di Indonesia. Sesuai dengan rencana, kedua tank asal pabrik Rheinmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai Oktober 2013.

"Tank Leopard dan Marder yang datang bukan cuma contoh saja, tapi sudah yang produksi," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat ditemui kemarin malam di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 18 April 2013.

Sjafrie menambahkan, rencananya pengiriman kedua tank akan rampung akhir tahun 2014. Jumlah tank yang akan dikirim dari Jerman sebanyak 153 unit. Tank tersebut yakni tank Leopard Ri sebanyak 61 unit, tank Leopard 2A4 sebanyak 42 unit, dan tank Marder sebanyak 50 unit. Pembelian tank ini dikatakan tidak melebihi pagu anggaran sebesar US$ 280 juta. 

Pembelian tank ini juga dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken pada November 2012 lalu. PT Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan mendapatkan kerja sama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat. 

Kehadiran 153 unit tank ini diharapkan bisa menambah kekuatan TNI AD. Saat ini Indonesia belum juga punya tank kelas berat yang mumpuni. Selama ini, TNI AD mengandalkan tank tempur ringan seperti Scorpion buatan Inggris, tank AMX-13 dan AMX-10p. Ketiga jenis tank ringan itu terbilang uzur, sebab diproduksi pada 1940-1950-an.

(Tempo)


View the Original article

LAPAN Menyampaikan Sasaran Kegiatan 2013

on Monday, April 15, 2013

15 April 2013


Program-program strategis LAPAN (all photos : LAPAN)

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Indonesia mempunyai 4 pilar yaitu : Penginderaan jauh ; Teknologi Dirgantara ; Sains Antariksa ; Iklim dan Atmosfir ; serta Kebijakan Kedirgantaraan telah membuat Sasaran Kegiatan 2013. Dua link di bawah dapat diakses untuk membaca secara penuh, sementara hal yang menyangkut penerbangan dan pertahanan disarikan di bawah ini.


Pengideraan Jauh

Penyelesaian upgrading sistem akuisisi data Landsat Data Continuity Mission (LDCM) di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare.
Penyelesaian upgrading sistem akuisisi data SPOT-5 dan SPOT- 6 di Stasiun Bumi Penginderaan Jaug Parepare.
Akuisisi data satelit penginderaan jauh lingkungan dan cuaca serta sumberdaya alam (MTSAT, NOAA, Terra/Aqua, NPP, Feng Yung, Landsat-7, LDCM/Landsat-8, SPOT-5, dan SPOT-6).


.

Satelit

Mengirim Satelit Lapan-A2 ke SDSC (Satish Dawan Space Center), Shriharikota, India. Menempatkan sejumlah engineer untuk mengawasi dan memantau kondisi Satelit Lapan-A2, serta menyiapkan dan membangun sistem remote monitoring untuk memantau satelit dari Indonesia hingga hari peluncuran, yang direncanakan pada kuartal pertama 2014.

Menyiapkan clean-room dan sarana-uji sistem lensa/fokus kamera untuk melihat jarak jauh, bagi pelaksanaan AIT (Assembly, Integration and Test) Satelit Lapan-A3. Clean-room kelas 100.000 berukuran 10x5m adalah primer untuk integrasi komponen high rate X-band transmitter, dan lensa/detektor optis pada sistem pencitra push-broom Imager 4 kanal. Target AIT adalah dihasilkannya Flight Model (FM) satelit Lapan-A3 dengan capaian 70%. Pelaksanaan AIT satelit masih membutuhkan supervisi, konsultasi dan peningkatan
kualitas SDM Lapan. Mengadakan sejumlah alat-ukur untuk melengkapi fasilitas uji RF di dalam negeri, untuk memenuhi persyaratan uji EMI/EMC satelit, baik untuk downlink data misi pada frekuensi 8.0 s/d 8.4 GHz, maupun TT&C satelit pada pita VHF/UHF.

Menyiapkan konsep awal rancangan satelit Lapan-A4. Satelit Lapan- A4 merupakan pengembangan lanjut dari Satelit Lapan-A3, dimana imagernya akan ditingkatkan dengan pencitra inframerah dekat (Near Infra red, NIR). Prosesnya dimulai dengan kajian komprehensif mengenai sub-sistem satelit dan komponen ruas-bumi untuk imager visible s/d inframerah dekat, pembelajaran teknologi sensor inframerah-dekat tanpa cooler (bolometer) serta identifikasi kebutuhan koreksi data imager infra-merah dekat. Target kegiatan Lapan-A4 meliputi pembuatan dokumen PDR (Preliminary Design Review), peningkatan kemampuan SDM tentang sensor Bolometer dan pengadaan komponen dasar satelit.


Roket

Kegiatan utama peroketan Lapan tahun 2013 adalah Ekspedisi Morotai, yaitu melaksanakan kegiatan peluncuran roket RX-122, RX-200, RX-320, RX-450 dan RX-550 di Morotai. Kegiatan peluncuran roket tersebut dilaksanakan setelah uji statik setiap roket berhasil dilaksanakan. Disamping pencapaian sasaran di atas, fasilitas yang dikembangkan di Lapan di bidang peroketan juga dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan program roket nasional (konsorsium) untuk penggunaan di bidang pertahanan dan pemanfaatan lainnya. Untuk tahun 2013 program roket konversi mempunyai sasaran empat prototip, yaitu RX-122 dengan jangkauan 23 Km, RX-200 dengan jangkauan 40 Km, RX-320 dengan jangkauan 70 Km dan RX-450 dengan jangkauan diatas 100 Km (roket 3 digit)

Roket Kendali

Pengembangan Roket Kendali pada tahun 2013 mempunyai sasaran prototipe roket kendali dengan sistem propulsi roket padat (booster), Electrical Ducted Fan (RKX-200EDF) dan Turbo Jet (RKX-200TJ) berkecepatan 250 km/jam, terbang secara AutoPilot, dengan menitik beratkan pada Uji Darat (simulasi HILS, Wind Tunnel dan Captive Test) sebelum akhirnya dilakukan Flight Test. Serta peningkatan performance RKX-200 khususnya pada bagian Separasi, Booster dan Aktuator.


Pesawat Terbang

Akan dihasilkan beberapa optimasi subsistem pesawat N219 seperti High Lift Device dan Airfoil. Dalam program ini akan dihasilkan data uji terowongan angin dan data hasil simulasi numerik CFD untuk optimasi Advance High Lift device, Airfoil design dan winglet pesawat N219. Adapun validasi hasilnya akan dilakuka noleh NLR Belanda. Disamping kegiatan penelitian di atas, jika di tahun 2013 ini program N219 mendapatkan dukungan dana dari pemerintah untuk pembuatan prototipe, Lapan akan ikut berpartisipasi dalam pembuatan prototype pesawat N219 tersebut.


Pesawat Tanpa Awak

Akan dihasilkan sebuah pesawat tanpa awak dengan kemampuan membawa payload misi 10 Kg (LSU-03) yang mampu terbang secara autonomous dengan jarak jangkau 150 Km dan lama terbang 2 jam. Dalam program ini akan dilakukan pengembangan desain dan manufaktur LSU-03 dalam hal: Optimalisasi desain agar lebih aerodinamis dengan analisis, simulasi dan pengujian, optimalisasi perhitungan beban dan kekuatan struktur, serta optimalisasi pemilihan bahan. Beberapa prototype akan dibuat dan diuji terbang. Disamping itu akan dilakukan optimalisasi LSU-02 sehingga dapat11 mencapai jarak jangkau 150 km dan lama terbang 4 jam (pemecahan rekor MURI). Sedangkan aplikasi LSU ini akan diperluas pada bidang mitigasi bencana, pertanian, kehutaan, dan pertahanan.


Pesawat Ringan untuk Surveillance


Di tahun 2013 akan dihasilkan sebuah pesawat ringan dua penumpang berbasiskan S15 dengan modifikasi sistem surveillance untuk kebutuhan pemetaan dan pemantauan (LSA-01). Dalam program ini, akan di laksanakan training 6 orang engineer di Technische Universitat Berlin (TU Berlin) dan di Stemme (sebuah perusahaan UKM Jerman) untuk melakukan reverse engineering terhadap pesawat S15. Pembuatan prototype LSA-01 akan dilakukan di Jerman, sedangkan integrasi akhir akan dilakukan di Indonesia. Untuk menguji kinerja LSA-01 ini, pengujian terbang akan dilakukan di akhir tahun 2013. Dari program ini akan dihasilkan juga sebuah desain konsep pesawat ringan hybrid untuk pemantauan, yang merupakan kelanjutan dari pengembangan LSA-01. Disamping itu, beberapa engineer akan ikut serta dalam pengujian pesawat LSA unmanned yang tengah dikembangkan TU Berlin bekerjasama dengan Stemme.

(LAPAN)

View the Original article

Pabrik Kapal Selam TNI AL Ditargetkan Terealisasi 2017

on Friday, April 12, 2013

11 April 2013

Pabrik kapal selam modern ditargetkan dapat direalisasikan tahun 2016 atau 2017 (photo : aviasi)


Jakarta (Antara Kalbar) - Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan tahun 2016 atau 2017 karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai tahun 2014.

"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaannya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati di sela-sela seminar tentang "Teknologi Perkapalan sebagai Bagian dari Peradaban Maritim Indonesia", di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu.

Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.

"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.

Pembangunan pabrik modern ini, tambah dia, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif.

"Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.

Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.

Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.

Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.

Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun 2013 ini.

"Hingga kemarin (minggu lalu) saat Kepala Staf Angkatan Laut (Laksamana Marsetio) berkunjung ke sana, pangkalan sudah rampung lebih dari 90 persen. Diharapkan akhir tahun ini diresmikan," katanya menjelaskan.

Pangkalan seluas 13 hektare inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan.


(Antara)

View the Original article

TNI AU akan Membentuk Skadron C-130 di Makassar

on Monday, April 8, 2013

08 April 2013

Skadron C-130 Hercules di Makassar akan diisi dengan 10 pesawat C-130H Hercules ex Australia (photo : )

TNI AU Tambah 3 Skadron Udara

JAKARTA - TNI Angkatan Udara (AU) berencana untuk menambah tiga skadron udara, yakni skadron udara tempur, angkut, dan pesawat intai menyusul program pembelian 102 unit pesawat berbagai jenis.

"Saat ini tengah disiapkan skadron udara 16 di Pekanbaru (Riau), pembangunan skadron udara di Makassar, Sulawesi Selatan dan skadron udara Pontianak, Kalimantan Barat," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, pembangunan skadron udara 16 nantinya akan dipakai sebagai home base pesawat tempur F-16, yang merupakan hibah dari Amerika Serikat. "Sekarang ini sudah mulai bangun shelter untuk pesawat. Tahun depan akan datang 8 unit (dari 24 unit)," katanya.

Pembangunan skadron udara untuk pesawat angkut di Makassar, Sulawesi Selatan, kemungkinan akan diisi oleh pesawat jenis Hercules C-130 pembelian teranyar dan hibah dari Australia yang totalnya sebanyak 10 unit.

Sementara skadron udara di Pontianak, Kalimantan Barat akan dijadikan markas dari pesawat tanpa awak (UAV). "Skadron UAV di Pontianak sudah disiapkan, tinggal menunggu pesawatnya saja. Mudah-mudahan segera datang," kata Ida Bagus.

Ia mengatakan, penambahan jumlah skadron tersebut sangat dimungkinkan mengingat masih banyak pesawat pesanan yang belum tiba. TNI AU memprogramkan pembelian total 102 pesawat guna mencapai target kekuatan pokok minimal (MEF), antara lain, enam unit Sukhoi SU-30 MK2, 24 unit F-16, Super Tucano, Hercules C-130, Grob, T-50 Golen Eagle, C-295 dan beberapa jenis pesawat rotary wing (helikopter).

Penerbang perempuan

KSAU mengatakan, selain menambah skadron udara baru, TNI AU juga terus melakukan penambahan penerbang untuk mengawaki alat utama sistem senjata (alutsista) baru. "Kita butuh penerbang banyak, kita sudah membuat perencanaannya," tuturnya.

Oleh karena itu, pihaknya membuka kesempatan bagi penerbang perempuan (wanita angkatan udara/wara), yang saat ini hanya ada dua penerbang Wara yang masih aktif terbang, yakni penerbang pesawat angkut dan helikopter.

Kesempatan wanita untuk menjadi penerbang TNI AU semakin terbuka karena mulai tahun 2013 ini TNI membuka kesempatan bagi wanita untuk masuk Akademi Angkatan Udara (AAU). Jumlah penerimaan karbol (sebutan taruna AAU) wanita sebanyak 12 orang. Pihaknya berharap bisa mendapatkan karbol wanita yang berkualitas.

Karbol wanita (taruni) nantinya mengikuti kurikulum yang sama dengan karbol pria.

"Kegiatannya sama, pelajarannya sama, latihan lapangan sama. Kita akan merekrut dari lulusan SMA Taruna Nusantara dan Krida Nusantara," kata Gubernur AAU Marsekal Muda TNI Tabri Santoso. 

(Investor Daily)

View the Original article

Navy Opens New Base Prepared for Submarines

on Sunday, April 7, 2013

07 April 2013


The naval base was precisely located in Palu Bay, it is the third-deepest sea in the world. (photo : Kaskus Militer)

Indonesian Navy (TNI AL) chief of staff Adm. Marsetio opened on Friday the Palu Naval Base in Palu, Central Sulawesi, as part of an effort to secure Indonesian waters, especially in the eastern part of the country.

The naval base is located on a 13-hectare plot in Palu’s Watusampu subdistrict, Ulujadi district, of which only 2.8 hectares have been built on. 

The building, which faces Palu Bay, has been built over the past two years and cost around Rp 7 billion (US$717,000).

“The naval base location is ideal and strategic, and there is no such dock in Indonesia like the one in Palu,” Marsetio told the media after the opening ceremony.

He said the naval base was precisely located in Palu Bay and at an ideal depth. It is the third-deepest sea in the world.

It will also serve as the Navy’s submarine base, where three submarines purchased from South Korea, will be stationed. “The KRI Cakra 401 and KRI Nanggala 402 submarines have often docked here, as the sea is very deep and suitable for submarines,” said Marsetio.

Palu Bay was picked as one of TNI AL’s submarine bases because the bay is quite strategic in Indonesia. It is 10 kilometers wide and its coastline stretches for 68 kilometers while its depth reaches 400 meters. Natural protection against extreme ocean currents is also considered to be adequate and advantageous for a submarine base.

“At such a depth, large vessels, such as aircraft carriers from the United States could easily navigate through the bay,” said Marsetio.

The Palu Naval Base will in the future not only serve as a forward base, but a main naval base. Therefore, the navy will equip it with various facilities given the base’s close proximity with the Malaysian border.

“The Ambalat waters remains vulnerable, so the submarine base in Palu is most strategic to secure the region,” he added.

Meanwhile, Central Sulawesi Governor Longki Djanggola said that based on documents belonging to the Palu city administration, in terms of defense strategy, Palu Bay is centrally situated between the Indonesian border in the north and the Java Sea in the south, so submarines stationed there could cover the region effectively.

The area is also part of the second Sea Lane of Communications (ALKI) II, where large merchant ships could traverse under the UNCLOS international maritime law.

“Malaysia, the Philippines, Japan and China, which are very strategic for Indonesia from the geopolitical and geoeconomic aspects, are located north of the ALKI II. So, Palu Bay is very suitable as TNI AL’s submarine base,” said Longki.

Indonesia’s current submarines, the U-206 type KRI Cakra and KRI Nanggala, were made by German shipyard Howaldtswerke in Kiel, Germany, and were commissioned in 1981.

The three U-209 type submarines, worth some $1.07 billion, will be delivered in 2015 and 2016. Two of the submarines will be build at Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) facilities in Busan, South Korea. The third would be completed at the state-owned shipyard PT PAL Indonesia facilities in Surabaya, East Java.

Initial reports said the submarines would weigh 1,400 tons and be 61.3 meters long. Each submarine will carry up to 40 crew members and have eight weapons tubes for torpedoes and other weapons.

(The Jakarta Post)

View the Original article

1 Kapal Replenishment Oiler dan 2 Kapal LST Ditargetkan Selesai 2014

on Saturday, April 6, 2013

30 Maret 2013


Desain kapal LST 117m dari galangan kapal DKB yang dipamerkan pada ajang JIDD 2013 (all photos : ARC)

TNI AL Bangun Kapal BCM dan AT

Jakarta, —TNI Angkatan Laut saat ini tengah membangun kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) di galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, S.E., M.Sc., melaksanakan peninjauan di galangan I PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, Pondok Dayung, Jakarta Utara, Rabu (27/3).

Dalam peninjauan tersebut, Wakasal didampingi oleh Direktur Utama PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Riry Syeried Jetta selain meninjau pengerjaan kapal BCM di galangan I, juga meninjau pengerjaan  kapal jenis Angkut Tank (Landing Ship Tank) yang dibangun di galangan II. “Saat ini Kapal BCM proses pembangunannya  sudah berjalan 60,27%, dan Kapal Angkut Tank sudah berjalan 37,47% dan 38,31%. Ketiganya merupakan kapal yang dipesan oleh TNI AL dan dijadwalkan akan selesai pada tahun 2014,” kata Dirut PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Riry Syeried Jetta.

Kedua jenis kapal yang tengah dibangun tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut: Kapal Bantu Cair Minyak  (BCM) memiliki panjang keseluruhan 122,40 m, panjang garis tegak 113,90 m, lebar 16,50 m, tinggi 9,00 m, kecepatan maksimal 18 knots, jarak jelajah 7.680 nm, kapasitas muatan cair 5.500 m3, tenaga penggerak utama berjumlah dua buah daya 6.114 PS, berat baja 2.400 ton, dengan sistem propulsi twin screw dan fixed pitch propeller. Sedangkan spesifikasi Kapal Angkut Tank memiliki panjang keseluruhan 117,00 m, panjang antara garis tegak 107,77 m, lebar 16,40 m, tinggi 7,80 m, kecepatan maksimal 16 knots, jarak jelajah 6.240 NM, tenaga penggerak utama berjumlah dua buah daya 3.600 HP, dengan sistem propulsi fixed pitch propeller.



Pembuatan kapal ini sebagai tindak lanjut program Kementerian Pertahanan RI yang telah tertuang dalam Kesepakatan Bersama antara Menteri Pertahanan RI dengan Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian Negara RI tentang “Revitalisasi Industri Pertahanan” dalam menerapkan Program MEF (Minimum Essential Force). PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari adalah salah satu industri strategis milik pemerintah yang telah mendapat kepercayaan untuk mengerjakan program pemerintah dimaksud, dan juga sebagai upaya dalam memberdayakan industri perkapalan dalam negeri untuk membangun alutsista TNI.

Sementara itu, Wakasal Laksamana Madya TNI Hari Bowo, S.E., M.Sc. dalam kesempatan tersebut mengatakan, bahwa maksud peninjauannya adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan pengerjaan kapal tersebut, serta ingin melihat pemenuhan terhadap kriteria yang dipesan, baik spesifikasi teknis, kualitas, serta keamanannya (zero accident). “Saya harap pengerjaan kapal ini sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, serta senantiasa memperhatikan kualitas dan keamanan pengerjaannya,” kata Wakasal.

Turut mendampingi Wakasal dalam peninjauan ini adalah Asisten Logistik Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto, Kadismatal Laksamana Pertama TNI Ir. Bambang Naryono, M.M., Kadiskomlekal Laksamana Pertama TNI Ir. Yuhastihar, Kadissenlekal Laksmana Pertama TNI Bambang Sugeng, S.E., Kadislaikmatal Laksamana Pertama TNI Ir. Harry Pratomo, dan Kadisadal Kolonel Laut (E) Agus Setiadji.

(TNI AL)

View the Original article