on Monday, April 5, 2010

Pengadaan Kapal Selam TNI AL Selesai 2014

Pengadaan Kapal Selam TNI AL Selesai 2014



15 Januari 2010

Combat system kapal selam U-214 buatan Jerman (photo : Military Today)

JAKARTA--MI: Pengadaan kapal selam untuk memperkuat jajaran TNI AL dijadwalkan selesai pada 2014. Saat ini, TNI AL kembali menyusun ulang spesifikasi teknis dan operasional dari kapal selam yang dibutuhkan.

Hal ini disampaikan KSAL Laksamana Madya Agus Suhartono seusai menghadiri peringatan Dharma Samudra di Jakarta, Jumat (15/7). "Sekarang baru kita proses awal lagi untuk pengadaannya mulai dari operation requirement, spesifikasi teknik kita tata ulang. Aplikasi kontrak tahun ini sudah bisa dilaksanakan. Pada tahun 2011, sudah bisa dibangun dan tahun 2014 sudah jadi," kata KSAL.

Ia beralasan perkembangan situasi saat ini menjadi alasan pihaknya harus meninjau kembali pengadaan kapal selam. Maka itu, ia menyatakan bahwa kemampuan kapal selam selanjutnya harus lebih baik dari kemampuan kapal selam yang ada. Kapal selam Nanggala dan Cakra memiliki kemampuan ketahanan menyelam hingga dua minggu. Karena itu kemampuan minimal kapal selam baru haruslah dua minggu.

"Kemampuan kapal selam dilihat dari ketahanan kapal selam itu menyelam lebih lama. Itu yang paling utama bagi kapal selam, minimal dua minggu. Kalau kapal selam tiap hari harus muncul yah ketahuan. Maka itu, harus bisa menyelam cukup lama," jelasnya.

Dalam cetak biru pertahanan TNI AL, KSAL menyatakan bahwa Indonesia setidaknya memiliki empat kapal selam pada 2014. Itu terdiri dari dua kapal selam yang ada ditambah dua pengadaan baru.

Meski pilihan negara produsen belum ada, ia memperkirakan hanya ada tiga negara yang menjadi pilihan. "Tetap saja kan mbahnya kapal selam kan Jerman. Korea juga memiliki kemampuan dengan lisensi Jerman, kemudian Rusia. Ya sekitar itu. Hanya kita belum tahu mana yang dipilih," tandasnya. (DM/OL-06)

(Media Indonesia)

Baca Juga :

Kaji Ulang Kapal Selam
16 Januari 2010

Jakarta, Kompas - Pengadaan kapal selam oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dikaji dari awal lagi. Alasannya, selain adanya prioritas anggaran pada kesejahteraan prajurit, juga ada beberapa perubahan dalam spesifikasi teknis yang diajukan TNI AL.

Demikian disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Agus Suhartono dan Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Eris Herryanto di Jakarta, Jumat (15/1), seusai peluncuran buku Mission Accomplished-Misi Pendaratan Pasukan Khusus oleh Kapal Selam RI Tjandrasa karya Atmadji Sumarkidjo.

?Kapal selam tetap diadakan, tahun 2014 diharapkan sudah selesai,? kata Agus Suhartono.

Ia menyampaikan, kapal selam adalah senjata strategis yang memberikan dampak politis dan penangkalan. Sebagaimana rencana sebelumnya, pada 2014 diharapkan akan ada dua kapal selam baru. Dengan demikian, pada 2010 ini kontrak direncanakan untuk ditandatangani dan pembangunan yang memakan waktu tiga tahun bisa dimulai tahun 2011.

?Kita proses lagi pengadaannya dari awal mulai dari kebutuhan operasi dan spesifikasinya kita tata ulang,? kata Agus.

Menyelam Lebih Lama

Menurut Agus, salah satu spesifikasi yang diinginkan adalah kemampuan menyelam yang lebih lama, yaitu minimal 2 minggu. Kemampuan ini belum dimiliki oleh kapal selam yang kita miliki saat ini.

Beberapa pilihan yang sempat dibuat beberapa waktu lalu juga dianggap kurang memikirkan hal itu. Padahal, menurut Agus, ini merupakan salah satu hal yang paling penting. ?Itu kemampuan yang paling utama. Kalau kapal selam muncul setiap hari, ya ketahuan, dong,? katanya.

Oleh karena perkembangan tersebut, TNI AL ingin meluaskan pilihan dari yang selama ini pernah disebut-sebut.

Berdasarkan catatan Kompas, Indonesia memiliki KRI Cakra dan KRI Nanggala yang merupakan hasil produksi Jerman kelas U 209/1300 pada 1981.

Beberapa waktu lalu, sempat disebut-sebut kapal selam Jerman kelas U 214/U-212/U209 yang dibuat Korea Selatan dan Kelas Kilo buatan Rusia sebagai calon kuat yang akan dibeli Pemerintah Indonesia.

?Kita meluaskan pilihan dari itu. Akan tetapi, mbahnya kapal selam kan sekitar Jerman dan Rusia atau Korea yang punya kemampuan dengan lisensi Jerman saja,? kata Agus.

Eris Herryanto mengakui adanya proses pengkajian dari awal ini. Menurut dia, saat pembukaan seminar revitalisasi industri pertahanan Desember 2009, Presiden Yudhoyono menekankan anggaran pada kesejahteraan prajurit dulu.

?Itu salah satu faktor yang membuat adanya pengkajian kembali,? kata Eris.

Penyebab lain adalah berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan TNI AL. Adanya perkembangan teknologi membuat TNI AL beberapa kali melakukan perubahan kebijakan.

Hal lain, juga ada kebijakan baru dari pemerintah untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang tidak tersedia di dalam negeri dan harus dibeli dari luar harus mengikutsertakan industri dalam negeri. Hal ini ditujukan untuk proses transfer teknologi.

Eris membantah adanya beberapa pilihan sebelumnya. Menurut dia, pilihan-pilihan masih terbuka dan semuanya masih dalam proses. Dana yang dianggarkan untuk pembelian dua kapal selam ini adalah 700 juta dollar AS.

?Belum tentu tahun ini kontrak ditandatangani,? katanya. (EDN)

(Kompas)



Source: Defense Studies

0 comments:

Post a Comment