Pembuatan CN-235 di PT Dirgantara Indonesia (photo : iwan hermawan)
Dahlan: Dirgantara Indonesia kebanjiran order
"Dirgantara Indonesia sedang kebanjiran pekerjaan. Dirgantara memperoleh kontrak pembuatan pesawat dan komponen pesawat senilai lebih Rp7 triliun," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta , Jumat.
Ia menyebutkan, kontrak yang diraih perusahaan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Dirgantara Indonesia .
"Kemarin (Kamis, 6/9) saya langsung mengecek ke kantor Dirgantara di Bandung . Dalam sejarah perusahaan bahkan sejak perusahaan masih bernama IPTN pun, belum pernah meraih nilai kontrak seperti sekarang ini," ujar Dahlan.
Menurutnya, sederet pesanan yang harus diselesaikan Dirgantara yaitu sebanyak 68 unit helicopter, pesawat CN 212.
"Sebelumnya CN 212 buatan Dirgantara tersisa atau belum laku sebanyak 6 unit. Namun belakangan sanat diminati oleh sejumlah negara-negara di ASEAN dan Asia . Bahkan Merpati pun yang seharusnya mendapatkan pesanan tersebut tidak kebagian lagi," ujar Dahlan.
Tidak hanya itu, Dirgantara juga dipercaya untuk memenuhi kontrak memasok komponen pesawat untuk Airbus meliputi jenis A-320, A-330, A-340, A-380, dan A-350.
"Dirgantara memperoleh kepercayaan penuh Airbus dengan mendapatkan "life time contract", sebagai "pemasok komponen sepanjang masa" atau selama perusahaan Airbus masih beroperasi," tegas Dahlan.
Sedangkan untuk pesawat jenis C 295, Dirgantara bekerjsama dengan Airbus Military sedang menyelesaikan pembuatan sebanyak 9 unit pesawat di mana komponen dipasok ke Spanyol tempat perakitan C 295.
Namun mulai akhir tahun 2013 diutarakan Dahlan, nantinya seluruh pesanan pesawat C 295 di Asia Pasifik akan dialihkan pembuatannya ke Dirgantara, Bandung.
Selain Airbus tambahnya, Dirgantara juga membuat komponen pesawat jenis Boeing yang dipesan oleh negara ketiga.
Perbaikan kinerja
Dahlan mengatakan, saat ini Dirgantara telah memasuki babak baru dengan kinerja keuangan yang sudah semakin membaik.
"Dalam sejarahnya, ibarat orang yang sakit dulu Dirgantara sempat masuk ruang ICU, rawat inap, rawat jalan. Sekarang perusahaan sudah menunjukkan performa yang lebih bagus dari waktu ke waktu," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dalam masa sekarang ini "Dirgantara harus belajar berjalan dulu, kemudian jogging, jangan diajak marathon".
Untuk memenuhi kontrak yang cukup besar tersebut perusahaan membutuhkan modal kerja yang cukup sejalan dengan restrukturisasi usaha perseroan.
"Pemerintah sudah menyuntik dana sebesar Rp1 triliun pada 2011 yang mengakibatkan neraca keuangan Dirgantara menjadi lebih baik. Untuk itu saat ini perusahaan sangat layak untuk mendapat pinjaman pembiayaan dari perbankan," katanya.
Ia menjelaskan pada tahun 2011 lalu Dirgantara mendapat pinjaman sebesar Rp1 triliun dari Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan pertanda bahwa perseroan semakin feasible untuk mendapat pembiayaan.
Dahlan juga memberikan bocoran selain Bank BUMN, Dirgantara juga akan mendapatkan kreditur perbankan asing seperti BNP Paribas.
(Antara)
Baca Juga :
PT Pindad Diusulkan Dapat Tambahan Modal untuk Genjot Produksi
08 September 2012
Dahlan Setuju Pindad Dapat PMN Revitalisasi Mesin
“Belum diusulkan PMN-nya, tetapi saya setuju bila diusulkan," kata Dahlan Iskan saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta , Jumat. Dahlan beralasan, PMN tersebut sekaligus untuk mendorong kemampuan persenjataan di Tanah Air.
Ia menilai, kemampuan Pindad untuk memproduksi peralatan pertahanan dapat meningkat seiring dengan adanya sumber pendanaan. Sebab, potensi sekaligus minat luar negeri cukup besar untuk peralatan persenjataan. "Sayang sekali, kalau minat dari luar negeri begitu besar tetapi tidak bisa kita layani, karena keterbatasan pabrik," tuturnya.
Saat ini, mesin produksi persenjataan Pindad yang berada di Turen, Malang , sudah lama dan tidak mampu lagi memproduksi senjata secara massal. Padahal, pabrik senjata Pindad itu memiliki luas sekitar 200 hektar. "Diperkirakan butuh investasi Rp150 miliar untuk peremajaan mesin Pindad," imbuhnya.
Pindad sudah mengajukan penambahan modal sekitar Rp974 miliar untuk APBN 2012. Dalam Rencana Jangka Panjang Pindad 2011-2015, perusahaan yang bergerak di bidang alutsista, diperhadapkan dengan masalah fasilitas mesin yang sudah tua sehingga kapasitas produksi terbatas. Belum lagi sistem pengendalian produksi sudah tidak mampu menangani persoalan yang kompleks.
Pemerintah akan memberikan tambahan modal di setor sebagai pengalihan utang kepada pemerintah sekitar Rp277,3 miliar termasuk SLA, RDI, dan Ex BBD menjadi PMN, serta memberikan dana segar sekitar RP696,7 miliar untuk investasi yang bersifat mendesak. (ant/gor)
(Investor)
View the Original article
0 comments:
Post a Comment