Smoke Warhead Buatan Indonesia Ungguli AS-Rusia

on Sunday, March 24, 2013

24 Maret 2013


Smoke warhead bauatan PT Sari Bahari (photo : Sari Bahari)

MALANG – Sebanyak 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Chile akhir bulan  Maret  ini. Menariknya, produk alutsista (alat utama sistem senjata) ini  dibuat dan diproduksi oleh  PT. Sari Bahari dari Ngalam. 

“Ini eskpor pertama kami keluar negeri, setelah kami  mulai memproduksi selongsong bom dan beberapa alutsista lain dengan mandiri sejak  tahun 2010 lalu. Jika Chile merasa  puas segera akan ada MoU untuk kerjasama tetap dan berkelanjutan dengan kami,” kata pemilik Sari Bahari, Ir. Ricky Bahari seperti dilansir Malang Post (JPNN Group), Minggu (24/3). 

Ditambahkan, produsen alutsista yang menjadi mitra PT.Pindad sejak 10 tahun terahir ini berhasil memasarkan kepala roket latih jenis smoke warhead setelah mengikuti pameran Indo Defence di Jakarta  bulan November lalu. Produknya  mengalahkan produk serupa buatan pabrikan berbagai negara maju diantaranya Amerika Serikat  dan Rusia.“ Ini adalah prestasi pertama kami.  Kami saat ini juga sedang melakukan negosiasi dengan beberapa negara lain. Produk kami  dapat diterima oleh mereka karena harga lebih hemat dan  kualitasnya juga lebih baik,” katanya optimis.

Dipaparkan bahwa smoke warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano. Smoke warhead memberikan informasi pada pilot tentang posisi persis jatuhnya roket mereka. “Ketika roket menyentuh tanah, kepala roket milik kami akan lepas dan mengeluarkan asap selama 2 menit. Itu waktu yang cukup bagi pilot untuk memutar haluan pesawat dan kembali melihat letak roket jatuh, karena ini adalah kepala roket untuk latihan,” lanjut alumnus SI Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini.

Lebih lanjut, Ricky Bahari menuturkan bahwa produk tersebut sudah diproduksi sejak tahun 2000 untuk memenuhi pesanan TNI. Bahkan, sudah lebih dari 3000 smoke warhead yang dipesan TNI. ‘’Sedangkan yang baru  mulai dibeli oleh luar negeri. TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) sekitar 40 persen. Bahan baku memang  ada yang impor, tetapi desain dan pembuatanya 100 persen dalam negeri,” bebernya.

Dengan jumlah pekerja sekitar 80 orang, PT Sari Bahari mampu memproduksi hingga 150 pieces smoke warhead setiap harinya. Seluruh pekerja ditempat usaha tersebut adalah penduduk sekitar Jalan  Muharto. “Kami sudah berekanan dengan PT. Pindad selama puluhan tahun. Kami juga sudah mengantongi sertifikat dari Dislitbang TNI-AU  untuk seluruh kepala roket dan kasing yang kami produksi. Jadi walaupun produk lokal tetap tersertifikasi nasional dan sekarang juga diakui internasional,” ucapnya.

Selain Smoke Warhead, PT Sari Bahari juga memproduksi beberapa selongsong bom jenis areal bombing, bom yang dijatuhkan dari udara. Ada P-100 (practice) untuk latihan dengan bobot 100 kilogram, bom P-100 (live) untuk amunisi perang, bom P-25  (practice), folding fin for motor rocket ffar 70 ml. Seluruh produk tersebut dipamerkan di dalam bengkelnya. Khusus untuk bom live atau perang, bom dilengkapi dengan amunisi di dalam roket. 

Isi peledak di dalam bom tidak dikerjakan oleh Sari Bahari. Perusahaan yang diberi nama merujuk pada profesi ayah Ricky yang seorang perwira dari TNI-AL, akan mengirim kasing untuk diisi bahan peledak oleh PT Dahana, salah satu BUMN yang bergerak di bidang material energi tinggi. Kasing bom yang memiliki bentuk tidak lancip dibagian hulu ledak tersebut, memiliki radius ledakan hingga 300 meter jika telah di isi bahan peledak.

 “Bom ini jenis high drag, ujungnya tidak lancip agar memiliki kecepatan tinggi untuk jatuh ke tanah. Kami juga tidak memproduksi bahan peledak di sini. Kasing di kirim ke PT. Dahana di Subang kemudian masuk ke Depo di Madiun , jadi aman,” tandasnya. Uniknya, seluruh bom latihan atau practice buatan Sari Bahari dilengkapi dengan asap ketika menyentuh target, “ fungsinya jelas, untuk melihat keakuratan tembakan. Apakah jatuh tepat dengan target atau tidak,”  tutupnya.  (pit/nug) 

(JPNN)

View the Original article

0 comments:

Post a Comment