Ada 4 tipe pesawat angkut yang akan diproduksi PT DI yaitu : CN-295, CN-235, CN-212, dan CN-219. (photo : Militaryphotos)
Target 12 Pesawat per Tahun
BANDUNG – PT Dirgantara Indonesia (PT DI) optimistis mampu memproduksi 12 pesawat jenis CN untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik. Kesiapan ini berdasar kemampuan dan pengalaman yang dimiliki tenaga ahli perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut menggarap pesawat jenis itu,termasuk CN-235.Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.
Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. “Nantinya, PT DI akan bertanggung jawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50% oleh PT DI dan 50% oleh Airbus Military. Namun, untuk membuat CN-295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada,avionik dari Amerika Serikat, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain, ”jelasnya.
Menurut dia,membuat CN- 295 nyaris sama dengan membuat CN-235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter. Adapun produksi CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan struktur CN sejenis. Perbedaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang di buat memanjang mengikuti panjang pesawat sehingga bisa membawa 70 pasukan serta barang dalam jumlah besar.
Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berplat merah itu secara resmi memulai kerja sama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal, PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI AU dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.
Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden berharap kerja sama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan, kerja sama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi juga pada beberapa tipe CN lainnya, CN-235, CN-212–200, dan CN-219.
Dia optimistis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar karena tiap tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara. Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil tapi lincah bisa memesan CN-219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN-212–200 dengan kapasitas 24 penumpang. Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN-235 (42 penumpang) atau CN-295 (70 penumpang).
“Tapi kita akan lebih fokus memasarkan tipe CN-219.Selain investasinya tidak terlalu besar, hanggar yang kami miliki juga cukup untuk memproduksi beberapa pesawat sekaligus,” tegas dia. Ekonom dari Univesitas Padjadjaran Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN-295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.
Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekitar Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata (alutsista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri. “Namun, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan AS.Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,” jelasnya.
Salah satu hal yang bisa dikerjakan Pemerintah Indonesia adalah dengan menyertakan penjualan pesawat pada paket kerja sama ekonomi dengan negara lain seperti Afrika.
(Seputar Indonesia)
Baca juga :
PTDI Patok Produksi 250 Unit Pesawat CN295
26 Oktober 2011
BANDUNG: PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menargetkan bisa memproduksi 200 unit hingga 250 unit pesawat CN295, proyek baru bersama Airbus Militery Industry untuk membidik pasar di Asia Pasifik.
Tahap pertama diproduksi sebanyak 9 unit untuk memenuhi pesanan dari Kementerian Pertahanan senilai US$325 juta yang ditargetkan selesai pada semester I 2014.
Dirut PTDI Budi Santoso mengatakan target produksi itu sangat realistis dengan menjadikan seluruh permintaan di pasar domestik untuk sipil dan militer sebagai pasar yang akan dipenuhi melalui produk CN295 yang merupakan pesawat multifungsi.
"Untuk memenuhi pesanan itu, proses produksi tidak menjadi persoalan lagi karena sudah ada suntikan dana cash melalui APBN 2012 senilai Rp1 triliun," katanya sesuai peresmian proyek pesawat baru itu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pabriknya di Bandung, hari ini.
Selain pesanan dari TNI, lanjutnya, produk anyar itu juga sudah dipesan Korsel sebanyak empat unit.
Sementara itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan kontrak pesanan CN295 senilai US$325 juta merupakan bagian dari rencana pembelian alutsista periode 2009-2014 yang disiapkan Rp150 triliun.
Menurut dia, pemerintah terus memberdayakan produk alutsista yang diproduksi oleh industri dalam negeri untuk mendukungan pengembangan industri strategis nasional.
Penuhi komitmen
Dia mengharapkan PTDI bisa memenuhi komitmen produksi sembilan pesawat itu pada semester I 2014.
Dia mengatakan pemerintah ingin PTDI dengan industri strategis lain bisa melakukan kebijakan-kebijakan yang inovatif dan menguntungkan supaya bisa kembali berkembang.
PTDI dengan Airbus Militery Industry yang menjadi mitra kolaborasinya untuk mengembangan tipe pesawat baru itu telah menandatangani nota kesepahaman memproduksi bersama sekaligus pemasaran ke kawasan Asia Pasifik.
Nota itu ditandatangani dihadapan Presiden Yudhoyono dalam acara kunjungan ke pabrik itu untuk meresmikan proyek produksi pesawat tersebut. (bsi)
(Bisnis Indonesia)
View the Original article
0 comments:
Post a Comment